Mohon tunggu...
Andi Hakim
Andi Hakim Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Fat Collector. Menerima pembuatan pidato kenegaraan, pidato kawinan, pemakaman, pidato kelurahan, business plan, political plan, action plan, retirement plan, dead plan dll. Peneliti di Bonn, Jerman, Singapore dan Boston

Selanjutnya

Tutup

Politik

Context Framework (Belajar Membaca Negosiasi Internasional)

7 Februari 2014   01:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:05 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Context Framework
(Belajar membaca negosiasi internasional)

Pertemuan Jenewa 2, antara pemerintah Syiria dan SNC sebagai wakil oposisi seperti empat hari lalu kita bahas memang gsgsl mencapai konsensus dan berakhir dengan unanimitas, dimana masing2 pihak setuju dengan posisinya masing-masing.

Ketika di awal konflik sipil Syiria saya menjelaskan tentang kemungkinan Assad akan menang, Mursi, Erdogan akan terjungkal bukan dibuat berdasarkan perkiraan tebak-tebakkan.

Dalam memahami konflik ada dikenal dengan compromise haggling, yaitu satu kondisi untuk mencegah terjadinya zero sum game atau permainan tiada akhir dan tiada ada menguntungkan. Compromise haggling atau dorongan ke arah kompromi atau tawar menawar ini ditentukan oleh dua keadaan; kondisi lapangan dan kondisi politik.

Di awal perang kedua pihak memilih jalan konflik karena masing-masing tidak menerima tawaran (reject demands). Assad menolak tawaran Barat untuk turun oleh demonstrasi dan lebih memilih diadakan referendum atau pemilu. Sementara bagi oposisi adalah bagaimana caranya Bashir Assad turun dari kursi presiden.

Mengatasnamakan demokratisasi dan Arab Spring, Barat (eropa-US) dan beberapa negara timteng (Arab Saudi, Qatar) mendukung oposisi menjungkalkan Assad. Maka bermunculan segala tetek-bengek isu SARA, suni-syiah, humanisme vs anti humanisme, demokrasi vs rejim.

Di sini kemudian muncul aneka tafsir dan dugaan2 soal arah perang yang malah melenceng dari analisa konflik sendiri. Pada kawan di fb ada beberapa yang menuduh ini perang entis, prang agama, atau madzab atau konspirasi. Sambil dia kirim foto-foto pembantaian yg katanya dilakukan rejim Assad dari situs-situs dakwah islam.

Logika ini tentu saja tidak laku bagi mereka yang terbiasa turun di medan konflik resolution. Itu karena ada dikenal istilah context framework atau kerangkakerja berdasarkan keadaan dengan melibatkan banyak komponen. Mereka yang berkecimpung di dunia IT memahami ini sebagai contex architecture' dimana di dalamnya disusun aneka input bagi sebuah keputusan atau program.

Ini misalnya ketika konflik baru dimulai kita boleh mempertanyakan mengapa kedua pihak mentok kepada reject demands atau menolak tawaran-tawaran masing-masing pihak?. Maka menjawabnya pertama-tama kita gunakan kriteria qualitative dimana determinan faktornya adalah Power + Market untuk kemudian dimasukkan dalam kerangka kerja.

Orang harus mencari tahu kenapa Assad harus dipertahankan dan apa keuntungannya. Demikian juga pada pihak oposisi, mengapa mereka perlu didukung dan dibantu dan apa keuntungannya. Tidak ketinggalan skenario; jika keduanya dihancurkan atau minimal dilemahkan maka apa keuntungannya? Juga dimasukkan input bagi siapa saja keuntungan-keuntungan tadi.

Framing kualitatif ini dibutuhkan sehingga jawabannya tidak akan lari misalnya dengan; Assad harus jatuh karena dia adalah musuh Islam, musuh suku non alawit, ahlusunah dll.. Pada teman yang Pro
Hisbullah, berkata bahwa Assad menang karena dukungan Hisbullah. Padahal kita faham bahwa mustahil Hisbullah berperang di Al Qusair Syria tanpa menghitung apa keuntungan bagi kelompok mereka sendiri kecuali mengamankan supply dan stok senjata dari Syiria.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun