Mohon tunggu...
Andi Saputra
Andi Saputra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | VIJF

13 Desember 2016   17:29 Diperbarui: 13 Desember 2016   18:31 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

VIJF

By: andigrow

Vijf. Lima. Angka yang mempertemukan dan memisahkan kita. Angka yang membuatku bahagia dan bersedih di satu masa. Aku masih mendengar suara Glenn Fredly melantunkan lagu itu dari laptopku. Berulang-ulang, sudah lima kali kukira. Ya, hanya ini yang menjadi penyemangat hidupku saat ini. Perpisahan mendadak setelah pertemuan singkat.

“ Tuhan bila masih kudiberi kesempatan. Izinkan aku untuk mencintanya. Namun bila waktuku telah habis dengannya, biar cinta...”

Kali ini aku ikut bernyanyi, mencoba meresapi setiap kata dalam bait itu, juga mencoba mengatakan pada diriku, pada jiwaku bahwa dia telah pergi. Pergi untuk selamanya . Dia Chika, seorang cewek pecinta alam yang telah menjadi sahabat hatiku lima bulan ini. Dan aku, Andhika. Orang-orang memanggilku Dhika. Hanya Chika yang memanggilku And, dia pikir Dhika lebih terdengar seperti nama seorang cewek. Pikiranku menerawang, mencoba mengurai kembali memori indah saat pertama kali bertemu dengannya. Dia itu bisa dibilang sahabat masa kecilku, aku pertama kali bertemu dengannya di suatu kursus menggambar saat kami baru kelas lima sekolah dasar. Aku tak terlalu pintar menggambar, tapi aku bercita-cita menjadi seorang Arsitek, oleh sebab itu aku mengikuti kursus ini. Aku tak begitu mengenalnya, tetapi sejak pertama kali bertemu, aku tertarik padanya. Mungkin karena dia satu-satunya cewek yang mengikuti kursus ini, tak lebih dari itu. Kalau dilihat dari wajahnya, dia pasti tipe cewek yang usil plus slengekan. Dan tebakanku benar. Menjadi satu-satunya cewek di kelas itu, dia bukannya jadi pendiam tapi malah sok jadi tuan puteri yang ingin dihormati dan dihargai. Dia mengungkapkan hal-hal yang tidak penting saat guru kami menerangkan bagaimana cara menggambar tubuh manusia, Dan masih banyak lagi sederet keanehan-keanehannya. Masa kursus kami berakhir. Kami akhirnya berpisah. Setelah itu aku tak pernah melihatnya lagi selama lima tahun.

Lima tahun setelahnya, saat mengikuti pendaftaran di SMA Pelita Harapan, aku melihatnya. Aku melihat dia berdiri diantara kerumunan siswa yang mengantri di loket pendaftaran. Dia sangat terlihat berbeda. Lebih tinggi, lebih cantik, lebih terlihat seperti seorang cewek yang sedang melewati masa pubertas dibanding cewek ingusan yang kutemui lima tahun lalu. Aku senang bisa bertemu dengannya, meski mungkin dia sudah tak mengenaliku. Tiba-tiba dia menoleh, kulemparkan senyum tipisku. Dan reaksinya sungguh mengejutkan, dia membalasku dengan ekspresi seolah-olah mengatakan “ siapa kau?”. Wah ternyata dia sudah lupa padaku.

Sebulan kemudian kami dinyatakan lulus kriteria menjadi murid SMA Pelita Harapan. Dan secara kebetulan kami ditempatkan di kelas yang sama yaitu kelas Sepuluh B.

“ Heiii, kamu yang ikut kursus menggambar, namamu Andhika kan?” suara itu mengejutkanku. Aku menoleh,

“ Ya ada apa? Ku kira kau sudah tak mengenaliku!” jawabku ketus

“ Hahaha,, awalnya memang seperti itu, tapi aku masih cukup hafal wajahmu. Aku hanya terkejut, ternyata kau bisa kurus juga ya..”

“ Eh, apa maksudmu?’ ternyata sifat usil plus slengekan belum hilang juga ya ckckck,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun