Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Jalan Cahaya

16 November 2024   19:06 Diperbarui: 16 November 2024   19:52 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan Cahaya adalah sebuah perjalanan dan perjuangan menuju Cahaya.  

Bagi individu maupun bangsa, Cahaya adalah
Kebajikan
Keberanian
Kecerdasan
Kemerdekaan

Kezaliman atas jiwa dan raga adalah kegelapan.  

Manusia merdeka selalu berada dalam bahaya untuk kembali menjadi budak.  

Perang hampir selalu berakibat fatal bagi Demokrasi.  

Mereka menciptakan tirani dan mengkonsolidasikan kekuasaan mereka.  

Baca juga: Bahaya Drone

Ketika kelompok kecil dan rakyat kecil diberi wewenang untuk memegang kekuasaan, legislasi dan administrasi hanya menjadi dua rangkaian kesalahan yang paralel yang berakhir dengan perang, bencana dan naiknya seorang tiran.  

Ketika bangsa ini merasa kakinya tergelincir ke belakang seolah-olah berjalan di atas lumpur, sudah tiba waktunya untuk melakukan upaya yang maksimal.  

Para tiran yang hebat di masa lalu hanyalah teladan dari para tiran di masa depan.  

Manusia dan bangsa akan selalu menjual dirinya sebagai budak, demi memuaskan hawa nafsunya.  

Ketika seorang tiran berkuasa, kebutuhan akan keselamatannya membuatnya menjadi orang yang biadab.  

Agama adalah sebuah kekuatan, makanya harus dikendalikan.  

Independensi tempat-tempat sucinya mungkin akan disekat.  

Kemudian menjadi haram bagi manusia untuk menyembah Tuhan dengan cara mereka sendiri dan despotisme spiritual yang lama bangkit kembali.  

Manusia harus percaya sesuai keinginan Kekuasaan atau mati.

Bahkan jika mereka beriman sesuka mereka, semua yang mereka miliki, tanah, rumah, tubuh dan jiwa, dicap dengan merek pemerintah.  

"Saya adalah Negara," kata Louis Keempat Belas kepada para petani, "Kemeja yang ada di punggungmu adalah milikku dan aku bisa mengambilnya jika aku mau."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun