Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bangsa-bangsa

28 Agustus 2024   19:54 Diperbarui: 28 Agustus 2024   19:56 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bangsa-bangsa bukan hanya sekedar tubuh politik, namun juga jiwa-politik. Maka celakalah orang-orang yang hanya mencari materi, namun lupa bahwa ia mempunyai jiwa.  

Kemudian kita menghadapi sebuah ras, yang membatu dalam dogma, yang mengandaikan tidak adanya jiwa dan hanya hadirnya ingatan dan naluri atau terdemoralisasi oleh keberuntungan.  
Sifat seperti itu tidak akan pernah bisa memimpin peradaban.  

Genufleksi di hadapan berhala atau uang membuat otot yang berjalan dan kemauan yang bergerak berhenti berkembang.  

Penyerapan yang hirarkis atau merkantil mengurangi pancaran suatu bangsa, merendahkan cakrawalanya dengan menurunkan derajatnya dan menghilangkan pemahamannya akan tujuan universal, sekaligus manusiawi dan ilahi, yang menjadikan bangsa-bangsa misioner.  

Orang-orang yang merdeka, lupa bahwa mereka mempunyai jiwa yang harus diperhatikan, mencurahkan seluruh energinya untuk kemajuan materi.  

Jika mereka berperang, maka hal itu dilakukan demi kepentingan komersial mereka.  

Warga negara meniru Negara dan menganggap kekayaan, kemegahan dan kemewahan sebagai kekayaan hidup.   

Negara seperti ini menciptakan kekayaan dengan cepat namun mendistribusikannya dengan buruk.  


Dari situlah terdapat dua perbedaan yang sangat mencolok, kemewahan yang luar biasa dan kesengsaraan yang luar biasa. Semua kenikmatan bagi segelintir orang, sementara kemelaratan bagi orang lain, yakni bagi rakyat.

Hak Istimewa, Pengecualian, Monopoli, Feodalitas yang muncul dari Buruh itu sendiri, menjadikan Buruh bagaikan Cyclops yang buta dan dirantai

Baik itu di tambang
Di bengkel- bengkel,
Di atas asap beracun
Di pabrik-pabrik yang tidak memiliki ventilasi
Menempatkan kekuasaan publik di atas kesengsaraan pribadi dan menanamkan kebesaran Negara dalam penderitaan individu.  

Ini adalah keagungan yang tidak dibangun dengan baik, yang di dalamnya semua elemen material digabungkan dan tidak ada elemen moral yang masuk ke dalamnya.  

Jika suatu bangsa, seperti bintang, mempunyai hak untuk mengalami gerhana, maka cahayanya harus kembali.   

Gerhana seharusnya tidak berubah menjadi gulita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun