Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keindahan dalam Sebuah Kehancuran

9 Agustus 2024   19:42 Diperbarui: 9 Agustus 2024   19:43 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun ada pesan yang lebih mendalam yang saya tangkap dari film dokumenter itu. Lebih dari sekedar seni, kintsugi adalah konsep spiritual yang dimaksudkan untuk mengajarkan kita menerima dan merayakan keaslian dan ketidaksempurnaan serta hidup sederhana.

Poin utama yang saya pahami dari kintsugi bukanlah untuk menyembunyikan retakan, namun untuk benar-benar menonjolkan "retak" atau "bekas luka" sebagai bagian dari desain.

Seperti yang dikatakan oleh salah satu mahasiswa seni ini: "Kintsugi menunjukkan kepada Anda bahwa Anda lebih baik dengan retakan emas Anda."

Bekas luka emas sebenarnya merupakan penghormatan kepada Anda. Lalu bagaimana jika Anda pernah rusak atau patah? Kintsugi bertujuan memperkaya Anda sebagai pribadi.

Jadi jangan menyembunyikan bekas luka, tapi terimalah ketidaksempurnaan sebagai bagian dari diri kita.

Ada tetangga kami. Keluarga itu dulunya sombong dan tidak malu memamerkan kekayaan mereka. Namun ketika putri mereka yang belum menikah menghasilkan seorang cucu yang didiagnosis menderita sejenis distrofi otot, kehidupan mereka berubah secara tak terduga. Mereka menjadi lebih rentan. Tapi mereka mencintai "anak istimewa" ini. Mereka tidak menyembunyikannya. Sebaliknya, mereka bangga dan menunjukkannya di lingkungan kami dan di postingan media sosial mereka. Jelaslah, mereka menerima ketidaksempurnaannya. Pada akhirnya, anak tersebut telah mengubah mereka  sedikit demi sedikit. Mereka mulai mengurangi sifat pamernya dan lebih bertetangga serta menghormati orang  lain yang memiliki anak.

Saya berdoa agar, meskipun kita sedang patah hati, kita akan dibimbing menuju suatu tempat di mana kita dapat melampaui penderitaan hari ini untuk menciptakan kisah baru dalam hidup kita dan menjadi sumber kekuatan bagi orang lain.

Yang terpenting, saya sangat berharap agar negara kita yang terpecah belah ini dapat dijiwai dengan semangat kintsugi. Biarkan sejarah bersama dan aspirasi kolektif kita menjadi pernis emas untuk memperbaiki kehancuran kita dan menutup kesenjangan di banyak celah yang terus-menerus memecah belah dan memisahkan kita. Kemudian, dari kehancuran yang telah kita perbaiki, marilah kita muncul sebagai komunitas yang lebih indah, tangguh, dan kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun