Dua kisah yang kontras ini membawa kita pada pertanyaan, Â Mengapa begitu banyak orang yang tiba-tiba menjadi cemas dan terjerumus ke dalam depresi berat sementara banyak orang lainnya terlihat begitu bersemangat, ceria dan penuh semangat bahkan ketika menghadapi cobaan di tahap akhir kehidupan mereka?
Jawaban saya: Ini masalah sikap.
Sikap Anda menentukan bagaimana Anda merespons kehidupan yang menimpa Anda. Sikap yang bertumpu pada spiritualitas Anda. Yang saya maksud dengan spiritualitas bukanlah menjadi religius atau bertakwa, meskipun itu salah satu tanda spiritualitas. Ini adalah keyakinan bahwa kita adalah makhluk spiritual dan bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri, sesuatu yang lebih dari menjadi manusia.
Spiritualitas yang sehat dapat membantu kita mengatasi stres dengan memberi kita rasa damai, tujuan dan pengampunan. Hal ini sering kali menjadi lebih penting pada saat mengalami stres emosional atau penyakit.
Apa yang dibutuhkan batin kita untuk memiliki spiritualitas yang sehat?
Dalam bukunya "Search for Meaning," Victor Frankl, seorang penyintas kamp konsentrasi yang terkenal, menulis, "Kehidupan tidak pernah menjadi tidak tertahankan karena keadaan, namun hanya karena kurangnya makna dan tujuan." Lebih ringkasnya: "Mereka yang mempunyai 'mengapa' untuk hidup, akan mampu menghadapi hampir semua 'bagaimana'."
Masing-masing dari kita perlu merasa seolah-olah kita sedang melakukan sesuatu yang berkontribusi terhadap kebaikan yang lebih besar. Hal ini dapat berupa mengasuh anak, melayani orang lain atau hal lain dimana kita mempunyai andil dalam membuat hidup lebih baik bagi orang-orang di sekitar kita.
Sedihnya, R. tidak mampu melakukan upaya bermakna yang dapat menambah kehidupannya di tahun-tahun terakhirnya. Sebagai seorang seniman, ia bisa saja mengabdikan dirinya untuk melukis sepuasnya. Atau dia bisa saja menjadi seorang guru, berbagi keterampilan seninya dengan orang-orang muda maupun tua.
Tak seorang pun terpikir untuk mengundangnya ke komunitas yang memiliki minat yang sama, baik itu bersepeda, bernyanyi karaoke, mendaki gunung atau bertani perkotaan.
T. sebaliknya, memupuk kehidupan spiritualnya sejak dini. Sebagai seorang pianis dan guru musik, ia menyerap kekuatan musik yang membangkitkan semangat dan melihat kemampuan transformasi musik pada siswa pianonya. Dia terhubung dengan baik dengan komunitas yang lebih besar dari dirinya.
Dengan demikian, T. memiliki kekuatan batin yang menakjubkan untuk menerima bahwa hidup memiliki banyak penderitaan dan kegembiraan. Dia tahu penderitaannya tidak sia-sia dan justru itu adalah sesuatu yang bisa dia kembangkan. Ada makna dalam penderitaannya. Dia juga merasa menyatu dengan komunitas yang memberinya peningkatan spiritual yang luar biasa.