Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kita Perlu Mendirikan Bank Makanan

10 Maret 2024   18:25 Diperbarui: 10 Maret 2024   18:36 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi dari apa yang saya lihat saat ini, mungkin akan tiba saatnya kita akan menghadapi masa depan dimana makanan akan menjadi sangat langka sehingga makan akan menjadi perhatian utama kita.

Akhir-akhir ini, semakin banyak anak-anak dari komunitas terpinggirkan yang tinggal di gubuk-gubuk di sepanjang aliran sungai turun ke jalan dan mengetuk pintu gerbang, meminta sedikit uang untuk membeli beras atau sisa makanan.  

Inflasi terus berdampak besar pada harga pangan, khususnya daging dan ikan beku serta sayuran segar.

Di Amerika, yang terkenal sebagai negara dengan segala kelimpahan, saya mengetahui bahwa sebanyak 40 persen persediaan makanan mereka buang setiap hari. Menurut perkiraan, jumlah ini dapat memberi makan hampir satu miliar orang yang menderita kekurangan gizi di belahan dunia lain.

Lewat media sosial kita dibujuk untuk makan dan makan, terkadang melebihi kapasitas kita. Makanlah sepuasnya! Makanan berlimpah! Beras tanpa batas! Barbekyu tanpa batas! Hari demi hari, saya mengamati orang-orang mengantri di restoran makan sepuasnya.

Yang menurut saya paling menjijikkan adalah video mukbang produksi Korea yang menampilkan seseorang yang melahap makanan dalam jumlah banyak sambil berbicara kepada penonton betapa nikmatnya makanan tersebut.

Seringkali saya bertanya-tanya apa yang terjadi dengan kelebihan makanan dan bahan-bahan yang mudah rusak lainnya yang tidak dikonsumsi pada akhir hari? Saya tidak tahu apakah ini benar, namun banyak supermarket mempunyai kebijakan untuk membuang makanan yang sudah melewati tanggal kadaluwarsanya daripada memberikannya untuk para gelandangan dan fakir miskin.

Kita semua bersalah karena menjadi "lapar mata". Kita bisa mengubah keadaan dengan hanya membeli makanan yang akan kita makan. Mari kita menjadi orang yang teliti dan makan dalam jumlah sedang dan hanya makan apa yang bisa kita habiskan. Mari kita normalkan daur ulang sisa makanan serta memanaskan kembali makanan kita dan secara kreatif menggabungkan sisa makanan untuk membuat makanan baru dan unik.

Bahkan jika Anda tidak tahan untuk memakan sisa makanan, Anda masih dapat menemukan cara untuk menawarkan makanan tersebut kepada orang lain, termasuk kucing dan anjing yang ada di jalan.

Mungkin kita perlu mendirikan bank makanan dimana makanan berlebih atau tidak terjual dapat disimpan untuk didistribusikan kepada masyarakat miskin dan kelaparan.

Yang terpenting, kita perlu mengubah sikap kita. Jangan pernah menganggap remeh makanan, karena makanan sangat berharga. Mari kita hargai makanan itu sendiri karena nutrisinya akan menambah kehidupan kita selama bertahun-tahun. Miliki hati yang menghargai saat setiap hidangan membuka harta karunnya untuk Anda.

"Setiap kali kelebihan makanan dibuang, itu seperti dicuri dari meja orang miskin, dari meja orang lapar!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun