Karakteristik menonjol dari Minilateralisme, seperti yang diutarakan oleh Nickolay Mladenov dari Washington Institute adalah penekanan pada kepentingan bersama, bukan nilai-nilai bersama atau keselarasan ideologis. Hal ini memungkinkan negara-negara untuk berkolaborasi dalam isu-isu penting tanpa memerlukan kesepakatan menyeluruh mengenai setiap aspek pandangan dunia mereka sehingga format minilateral menjadi lebih gesit dan fleksibel dibandingkan diplomasi tradisional.
Yang penting, minilateralisme tidak membuat multilateralisme menjadi usang. Sebaliknya, hal ini menyoroti perlunya menemukan pendekatan seimbang yang memanfaatkan kekuatan kedua sistem untuk mengatasi tantangan spesifik dan global. Gejolak seputar minilateralisme mencerminkan perdebatan yang lebih luas tentang cara terbaik mengelola hubungan internasional di abad 21.
Perspektif lain menunjukkan bahwa bilateralisme telah mencapai titik jenuh dan multilateralisme hanya memberikan hasil yang terbatas sehingga menyebabkan munculnya minilateralisme. Tren ini mencerminkan pergeseran dari geopolitik ke geoekonomi ketika negara-negara berupaya memanfaatkan sinergi ekonomi untuk mencapai tujuan strategis mereka.
Pada akhirnya, efektivitas dan kesesuaian minilateralisme bergantung pada permasalahan yang ada dan kebutuhan akan inklusivitas dan kerja sama berbasis luas. Pendekatan hibrida yang secara strategis menerapkan minilateralisme dalam konteks kerja sama multilateral yang lebih luas mungkin merupakan cara paling efektif untuk menavigasi rumitnya hubungan global.
Pendekatan ini menggabungkan kelincahan dan fokus minilateralisme dengan legitimasi luas dan jangkauan multilateralisme yang komprehensif sehingga menawarkan pendekatan yang fleksibel dan pragmatis untuk mengatasi tantangan-tantangan di zaman kita.
Dalam konteks ASEAN dan kawasan Asia yang lebih luas, konsep minilateralisme mempunyai relevansi yang signifikan. Lanskap Asia yang dicirikan dalam jaringan dinamika geopolitik yang kompleks, beragam kepentingan nasional serta banyaknya tantangan keamanan dan ekonomi menjadikan minilateralisme dapat menawarkan negara-negara di kawasan ini cara yang efektif untuk mengatasi permasalahan unik mereka.
Kawasan ini telah menyaksikan banyak  persaingan dan perubahan yang menjadikan pendekatan multilateral tradisional sering kali sulit dan tidak efektif. Mekanisme minilateral, dengan sifatnya yang berorientasi pada tujuan dan informal dapat memberikan pendekatan yang lebih pragmatis.Â
Misalnya, negara-negara di kawasan ini dapat membentuk kemitraan minilateral untuk mengatasi ancaman keamanan tertentu seperti ketidakstabilan regional atau berkembangnya aktor non-negara. Kemitraan ini dapat menyatukan negara-negara yang berpikiran sama dan memiliki kepentingan bersama dalam menjaga stabilitas dan keamanan sehingga memungkinkan respons yang lebih cepat dan koordinasi yang lebih efektif.
Selain itu, tantangan perekonomian di Asia seperti diversifikasi ekonomi, transisi energi dan dinamika perdagangan regional juga mendukung kerja sama minilateral. Inisiatif-inisiatif minilateral dapat menumbuhkan sinergi ekonomi, meningkatkan hubungan perdagangan dan mengatasi tantangan-tantangan bersama seperti ketahanan pangan misalnya.
Dalam ekosistem geopolitik yang kompleks di sekitar kita, minilateralisme membawa angin segar dan menawarkan pendekatan yang menjanjikan bagi negara-negara di Asia untuk menavigasi lanskap kompleks mereka dan mengatasi tantangan keamanan dan ekonomi yang mendesak.
Dengan secara strategis menerapkan mekanisme minilateral dan keterlibatan multilateral, negara-negara Asia mungkin dapat membuka peluang kerja sama baru sehingga secara efektif meningkatkan stabilitas regional dan memajukan kepentingan bersama.