MINILATERALISME
Minilateralisme menjadi alat penting dalam hubungan internasional abad 21. Pendekatan ini menjadi daya tarik karena efisiensi dan kepraktisannya dalam mengatasi isu-isu spesifik yang sering kali melibatkan kemitraan trilateral dan segiempat dan berkembang pada informalitas dan penyelesaian masalah yang berorientasi pada tujuan.
Minilateralisme dibangun atas dasar pemikiran bahwa sekelompok kecil pemangku kepentingan yang memiliki tujuan atau permasalahan yang sama seringkali dapat berkoordinasi dan mencapai kesepakatan dengan lebih efektif dibandingkan dengan kelompok multilateral yang besar di mana beragam kepentingan dapat menyebabkan kemacetan dan inefisiensi.
Manifestasi minilateralisme baru-baru ini menunjukkan relevansi dan dampaknya di dunia di mana permasalahan kompleks memerlukan solusi yang cepat dan terfokus.
Geng Australia, Inggris dan Amerika Serikat yang dikenal sebagai AUKUS berupaya meningkatkan kerja sama pertahanan dan keamanan di antara ketiga negara tersebut.
Quad yang terdiri dari Amerika Serikat, Jepang, India dan Australia diharapkan dapat mengatasi tantangan keamanan regional di kawasan Indo-Pasifik.
Aliansi intelijen Five Eyes yang melibatkan Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru telah lama memainkan peran penting dalam keamanan global dan tugas intelijen.
Kini ada inisiatif I2U2 yang menyatukan India, Israel, UEA dan Amerika Serikat dalam satu platform yang mencerminkan tren kemitraan minilateral yang berkembang dalam mengatasi beragam masalah.
Bangkitnya minilateralisme juga dikaitkan dengan munculnya negara-negara kekuatan menengah dan negara-negara dengan pengaruh moderat yang mencari cara yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah kompleks.
Kemitraan ini memungkinkan tindakan yang lebih terfokus dan cepat dibandingkan upaya multilateral yang lebih luas sehingga menjadikannya pilihan yang menarik bagi negara-negara yang ingin memajukan kepentingan mereka di bidang-bidang tertentu.
Menurut laporan Foundation for Strategic Research, efektivitas minilateralisme bergantung pada evolusi hubungan bilateral yang menjadi prioritas para pihak yang terlibat. Laporan ini juga mencatat bahwa inisiatif-inisiatif minilateral yang paling kontroversial tampaknya bersifat ekstra-regional dan tidak terlalu penting bagi kepentingan dan sumber daya para pemain regional. Hal ini menekankan pentingnya menyelaraskan upaya-upaya kementerian dengan kebutuhan dan dinamika spesifik di kawasan yang ingin mereka tangani.