Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bagaimana Caranya Menghadapi Disinformasi?

21 November 2023   21:34 Diperbarui: 24 November 2023   01:53 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Disinformasi. (Sumber: KOMPAS/SPY)

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi setiap individu dan masyarakat adalah mendeteksi dan menangani prevalensi informasi palsu di dunia saat ini.

Penyebaran informasi palsu terjadi dalam dua bentuk. Jika informasi yang tidak benar disebarkan dengan sengaja dengan maksud agar orang salah menyatakan fakta dan menyesatkan hal ini disebut disinformasi.

Namun jika tidak disengaja maka disebut misinformasi. Namun demikian, akibat dari disinformasi dan misinformasi sama saja.

Oleh karena itu, penting untuk menemukan cara untuk melawan segala bentuk disinformasi dan misinformasi seperti teori konspirasi, berita palsu, foto yang direkayasa, manipulasi audio dan video serta penipuan.

Munculnya kecerdasan buatan telah memperburuk masalah ini karena teknologi tersebut mempermudah penyebaran informasi yang tidak akurat dan membuatnya tampak nyata, kredibel, dan sah.

Seringkali bot, akun palsu, dan orang-orang yang tanpa sadar membagikan informasi palsu membuat disinformasi menyebar lebih cepat. Dengan kata lain, dampak buruk dari penyebaran informasi palsu tidak boleh dianggap remeh.

Jangkauan disinformasi dapat meningkat secara eksponensial ketika orang-orang dengan banyak pengikut mendukung atau membagikannya.

Selain itu, yang membuat penyebaran informasi palsu begitu cepat adalah mudahnya akses masyarakat terhadap konten online khususnya melalui perangkat seluler.

Penyebaran misinformasi dan disinformasi dapat menimbulkan beberapa konsekuensi.

Pertama, dapat berdampak negatif terhadap pengambilan keputusan masyarakat terkait kesehatan dan selanjutnya berdampak pada sistem layanan kesehatan di suatu negara. 

"Penafsiran yang salah terhadap informasi kesehatan yang meningkat selama wabah dan bencana sering kali berdampak negatif pada kesehatan mental masyarakat serta dapat menunda penyediaan layanan kesehatan," demikian catatan tinjauan Organisasi Kesehatan Dunia.

Misinformasi mengenai perubahan iklim yang disebarkan untuk mendistorsi dan menentang penelitian dan temuan ilmiah merupakan salah satu hambatan utama bagi dunia untuk mengambil tindakan nyata dan bermakna dalam mengatasi krisis iklim.

Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa diperlukan upaya terpadu dan kolektif untuk mengatasi dampak negatif perubahan iklim. Jika terjadi perpecahan dan perselisihan, tugas menjadi jauh lebih sulit.

Dalam skala yang lebih besar, penyebaran informasi dan berita palsu dapat menjadi ancaman terhadap keamanan nasional suatu negara.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak gerombolan penjahat yang berusaha mempengaruhi proses politik di negara-negara tertentu.

Entitas-entitas ini meluncurkan kampanye disinformasi dengan menyebarkan berita tidak jujur atau palsu di media sosial yang populer dengan ratusan juta pengguna.

Mereka juga membuat dan menyebarkan berita utama dan video palsu sambil menyebarkan gambar-gambar yang tidak akurat dan bahkan juga mengandalkan penyebaran disinformasi untuk merekrut anggota.

Penggunaan propaganda dalam upaya mempengaruhi masyarakat demi keuntungan politik dan finansial juga sudah menjadi hal yang lumrah.

Pelaku berupaya melemahkan dan mengikis kepercayaan masyarakat terhadap institusi dan norma-norma negara untuk menciptakan perpecahan dan perselisihan yang mendalam, menimbulkan kerusakan pada politik dalam negeri dan pada akhirnya membentuk wacana politik sedemikian rupa sehingga memajukan kepentingan ideologis dan geopolitik mereka sendiri.

Beberapa media sosial besar yang digunakan untuk menyebarkan disinformasi adalah X dan Facebook.

Media-media ini telah memblokir banyak akun dalam beberapa tahun terakhir karena terlibat dalam perilaku tidak autentik termasuk menyebarkan propaganda dan disinformasi di banyak negara.

Sayangnya, sebagian orang terlalu naif atau bahkan memang dengan niat jahat, mengambil setiap informasi yang salah hingga akhirnya memperbesar setiap propaganda.

Beberapa kelompok yang berada di balik kampanye disinformasi mungkin juga berupaya memanipulasi media sehingga dapat merusak reputasi dan integritas media yang sudah lama berdiri. Hal ini harus menjadi perhatian semua media terkemuka.

Misinformasi dan disinformasi menghambat kemajuan masyarakat sipil yang sehat dan sejahtera.

Meskipun meningkatkan kesadaran terhadap setiap kampanye misinformasi sangatlah penting, salah satu pendekatan efektif dan jangka panjang yang dapat digunakan untuk melawan disinformasi adalah dengan meningkatkan literasi media digital dan cetak di kalangan masyarakat.

Hal ini mencakup pembelajaran kepada masyarakat sejak usia dini termasuk bagaimana memverifikasi keabsahan informasi dan memeriksa sumbernya.

Jika setiap individu menyadari bahwa salah satu tanggung jawab mereka adalah memeriksa legitimasi dan keakuratan informasi yang mereka baca, maka masyarakat akan menjadi lebih tangguh terhadap kampanye disinformasi.

Membaca berbagai sumber dalam beragam perspektif juga membantu mendeteksi informasi palsu.

Tidak semua yang ditulis atau disiarkan secara online harus diterima sebagai sesuatu yang benar.

Mempromosikan jurnalisme profesional dan independen yang mengandalkan analisis dan laporan berkualitas tinggi juga penting untuk memerangi informasi palsu.

Selain itu, media sosial dan perusahaan teknologi harus mengembangkan sistem yang dapat mendeteksi informasi palsu dan mempersulit mereka yang berniat menyebarkan disinformasi dengan mudahnya mendaftar, menyebarkan informasi yang tidak akurat dan memonetisasi saluran mereka.

Selain itu, media mainstream juga harus mengenali dan mengungkap informasi palsu.

Jurnalis, cendekiawan, perusahaan teknologi, analis kebijakan publik dan politisi dapat bekerja sama satu sama lain dan membentuk sebuah lembaga yang secara efektif mendeteksi dan merekayasa balik tindakan dan perilaku semacam ini.

Yang terakhir, masyarakat juga mempunyai kewajiban untuk memerangi kampanye misinformasi global yang meluas.

Singkatnya, meningkatkan literasi media dan digital di masyarakat serta mendorong jurnalisme berkualitas tinggi harus menjadi dua pilar utama dalam upaya apa pun untuk memerangi kampanye disinformasi dan berupaya membentuk masyarakat yang berpendidikan dan secara naluriah memiliki ketahanan terhadap upaya penyebaran informasi palsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun