Bagaimana sebuah negara kecil yang memiliki sedikit sejarah keterlibatan diplomatik secara regional atau global, bisa menjadi pemain yang berpengaruh dan signifikan dalam menentukan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Timur Tengah dan negara lain.
Negara-negara anggota Uni Eropa yang lebih kecil menghadapi tantangan terkait pemungutan suara yang berbobot dalam pembuatan kebijakan sehari-hari yang mana undang-undang sekunder Uni Eropa dihasilkan atau beban kerja yang tinggi dan sumber daya yang lebih sedikit selama konferensi antar pemerintah (IGC) untuk menetapkan undang-undang sekunder Uni Eropa.
Sangat penting bagi negara-negara kecil untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Oleh karena itu, mereka dapat menggunakan strategi yang berbeda, terutama strategi keterlibatan dan negosiasi selektif yang tidak memerlukan banyak kekuatan material seperti persuasi, penyusunan kerangka dan pembentukan koalisi, serta kursi Kepresidenan Dewan sebagai jendela peluang untuk mempengaruhi agenda. Â
Menerapkan strategi-strategi ini memungkinkan negara-negara kecil untuk melampaui beban mereka. Â Namun, hal ini akan lebih mudah dilakukan jika negara-negara tersebut sudah lama menjadi anggota Uni Eropa.Â
Negara-negara yang lebih tua dan lebih kecil memiliki jaringan yang lebih luas, lebih banyak wawasan tentang kebijakan-kebijakan masa lalu dan pengetahuan mendalam tentang praktik-praktik terbaik yang membantu mereka dalam menavigasi negosiasi di Uni Eropa secara efektif.
Negara-negara kecil selalu rentan terhadap invasi, ancaman, campur tangan asing dan perlu melakukan peningkatan kemampuan ekonominya. Â
Di sini diperlukan militer yang kuat namun negara kecil tidak mempunyai kemampuan militer yang kuat sehingga harus melakukan aliansi dengan negara-negara besar demi kelangsungan hidup dan perlindungannya.Â
Negara-negara kecil hanya bergantung pada negara-negara besar. Â Negara-negara besar selalu menyalahgunakan kebutuhan dan kerentanan negara-negara kecil dan mengancam negara-negara kecil. Â
Untungnya tidak ada negara yang dapat mengancam atau menyerang negara lain tanpa resolusi Dewan Keamanan PBB. Â Oleh karena itu negara terikat untuk mematuhi aturan internasionalisme.
Negara-negara kecil mengadopsi kebijakan luar negeri yang berbeda untuk mencapai hasil kebijakan yang menguntungkan dibandingkan negara-negara besar. Â
Jadi mereka lebih memilih organisasi multilateral untuk mengurangi kesenjangan kekuasaan antar negara dan memberikan batasan pada negara-negara besar. Â