Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mampukah Tiongkok Menantang Amerika?

24 Juli 2023   19:42 Diperbarui: 24 Juli 2023   19:44 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengapa Tiongkok menantang Amerika? Jelas. Industri Tiongkok lebih mapan. Biaya tenaga kerja lebih murah. Tapi itu dulu.  Sekarang biaya tenaga kerja justru lebih mahal di Tiongkok.

Dulu sekitar tahun 80 an. Amerika melihat Tiongkok ini tempat yang potensial untuk berinvestasi karena Labor cost itu. Tahun 90 an lebih gencar lagi. Apalagi Amerika masuk dalam NAFTA dimana didalamnya ada Kanada dan Meksiko juga.

Namun tiba-tiba ada orang yang bernama Ross Perot dan berkoar-koar bahwa Meksiko merampas pekerjaan warga Amerika yang akan mengancam kesejahteraan warganya. Padahal saat ini Meksiko lah yang banyak menyelamatkan ekonomi Amerika.

Terus terang. Disamping biaya buruh murah. Mereka juga harus mempertimbangkan masalah logistik.

Contohnya Walmart. Padahal awalnya mereka sudah berunding dengan salah satu pabrik di Tiongkok untuk memesan 50 ribu seragam sebesar 1 juta dolar Amerika. Tapi akhirnya mereka malah deal dengan Preslow di Meksiko karena ternyata biaya buruhnya sama saja tapi biaya logistik lebih rendah.

Sejak wabah Covid-19 merebak, menyeberangkan barang melintasi Pasifik itu mahal sekali dan lambat. Bisa 2-3 bulan. Sementara jika di Preslow 2-3 Minggu saja sudah sampai.

Ada lagi Zipfox. Sebuah perusahaan sub kontraktor yang bermukim di San Diego. Mereka cari orderan di Amerika. Setelah itu antar ke Meksiko dan perusahaan seperti ini banyak sekali di Amerika.

Sejak tahun 2019 Meksiko telah mengekspor lebih dari 382 milyar dolar Amerika ke Amerika.  Kebanyakan adalah tempahan yang dulu biasa dikerjakan di Tiongkok.  

Tapi kan Tiongkok masih punya Uni Eropah. Jadi tidak harus bergantung pada Amerika semata dong.

Masalahnya Uni Eropa juga sekarang sedang melakukan hal yang sama dengan Amerika. Persoalannya sama. Berkaitan dengan biaya buruh murah. Saat ini ada lima negara yang menjadi langganan Uni Eropa yaitu India, Vietnam, Thailand, Bangladesh dan Guess what? Malaysia. Kenapa ga ke Indonesia ya? Soalnya pekerja pabriknya kan orang Indonesia juga.

Jadi baik Amerika maupun Uni Eropa mempermasalahkan satu hal. Biaya buruh di Tiongkok sudah mahal. Bayangkan untuk seorang pekerja Tiongkok saja dibayar 670 dolar Amerika sebulan. Bandingkan dengan Bangladesh yang hanya 120 dolar Amerika sebulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun