Setelah penjajah angkat kaki dari Jazirah Arab, harusnya itu momen yang paling berharga buat bangsa Arab untuk bersatu. Padahal mereka sudah bertekad dengan memanaskan mesin Nasionalisme. Hanya yang jadi masalah mereka masih berkabilah- kabilah.
Di Mesir setelah perang dunia kedua. Monarki mulai Dirongrong oleh Nasionalisme. Mereka tidak ingin Inggris campur tangan di negara mereka. Sementara Inggris tidak ingin melepaskan Mesir karena ada Terusan Suez.
Setelah perang dunia kedua kerajaan Mesir akhirnya runtuh. Padahal Fuad II baru saja naik tahta. Untuk menurunkannya mereka melakukan revolusi pada tahun 1952.
Saat raja Fuad II dilengserkan, Mesir mengalami kekosongan kekuasaan. Setelah itu mereka sepakat untuk mengangkat Presiden Mesir Mohamed Naguib karena popularitas anti Israelnya.
Sampai tahun 1954 Naguib memegang tiga posisi sekaligus yaitu Presiden, Perdana Menteri dan Ketua Revolusi. Dibelakangnya ada Gamal Abdel Nasser. Hingga akhirnya setahun kemudian Naguib dilengserkan oleh Gamal Abdel Nasser karena sebenarnya beliaulah yang memiliki kuasa penuh atas pemerintahan Mesir waktu itu. Akhirnya Nasser nanti bakal jadi figur besar dalam dunia Arab.
Sekarang kita beralih dulu ke Jordania dan Iran. Disana ada dua keturunan Rasulullah yang sedang memimpin. Keduanya adalah anak dari cucu Rasulullah yaitu Husein bin Ali. Salah satunya yang berkuasa di Jordania yaitu Abdullah I.
Namun sebelum ke Abdullah I kita bahas adiknya dulu yang mendirikan kerajaan di Irak yaitu Faisal I (1922-1933). Saat meninggalnya raja Faisal I masih berumur 48 tahun. Beliau meninggal akibat serangan jantung.
Kemudian Ghazi I mengambil alih. Enam tahun kemudian Ghazi I meninggal dunia diusianya yang baru 27 tahun. Isu yang beredar waktu itu mengatakan bahwa beliau meninggal karena dibunuh oleh perintah Perdana Menterinya Nuri  bin Sa'id yang tidak ingin Ghazi I menyatukan Irak dengan Kuwait.
Ghazi I lantas digantikan oleh Faisal II yang waktu itu baru berumur 4 tahun. Meskipun hanya simbol semata namun paling tidak Faisal II masih bisa bertahta sampai usianya 18 tahun. Setelah itu beliau pun digulingkan karena rakyat Irak menginginkan pemimpin seperti Gamal Abdel Nasser. Â
Sekarang kita bahas negara lain lagi yaitu Suriah. Pada tahun 1955 Shukri al-quwatli berkuasa. Militer takut padanya. Waktu itu Shukri tidak suka dengan METO (Middle East Treaty Organization) atau Organisasi Perjanjian Timur Tengah. Hingga akhirnya beliau berpikir untuk melawan organisasi tersebut dengan mengajak Gamal Abdel Nasser bekerjasama dan kemudian terbentuklah United Arab Republik (UAR) atau Republik Arab Bersatu.
Negara ini seakan-akan mewujudkan mimpi Gamal Abdel Nasser yang ingin menyatukan negara-negara Arab. Gamal Abdul Nasser yang menjadi presidennya.
Agar ada konsolidasi kekuasaan maka Nasser membagi anggota parlemen menjadi 400 orang di parlemen Mesir sementara hanya 200 orang di Suriah. Anggota kabinet juga banyak orang Mesirnya. Namun rakyat Suriah masih melihat ini fine-fine aja karena mereka terlalu silau dengan pesona Gamal Abdel Nasser.
Melihat penyatuan Mesir dan Suriah, Jordania dan Irak mulai panas. Hingga Faisal II dan Husein bin Talal merasa harus melakukan sesuatu. Karena mereka berdua pada dasarnya adalah sepupuan maka mereka kemudian memutuskan untuk bergabung dan membentuk Hashemite Arab Federation (HAF) atau Federasi Arab.
Untuk pihak Irak, sebenarnya yang panas itu bukan Faisal II tetapi yang mengendalikan beliau yaitu Perdana Menterinya Nuri Al Said. Jadi dalam hal ini sebenarnya ada perseteruan tidak langsung antara Nasser dan Nuri Al Said. Hanya jika dibandingkan dengan Presiden Nasser sudah pasti Nuri ini tidak ada apa-apanya. Dia hanya tokoh politik. Sementara Presiden Nasser punya segalanya. Kekuasaan dan tentara. Sehingga ambisi Nuri untuk terus mempertahankan Faisal II akhirnya gagal saat rakyat Irak ternyata juga terpesona dengan kharismanya Presiden Nasser.
Sementara di pihak Jordania sendiri waktu itu ada kesalahan yang dilakukan oleh Husein bin  Talal saat meminta bantuan pasukan Irak untuk membantunya mengatasi masalah di Lebanon. Memang akhirnya Kolonel Abdul Karim Qasim datang ke Jordania dengan ribuan pasukan tapi bukan untuk membantu mereka mengatasi masalah di Lebanon tetapi membuat masalah dengan menggulingkan raja Hussein bin Talal dan saat kembali ke Irak juga berhasil menculik Faisal II dan membawanya ke suatu tempat untuk dieksekusi. Berakhirlah Federasi Arab. Muhammad Najib naik tahta dan Perdana Menterinya Kolonel Abdul Karim Qasim.
Lima tahun kemudian giliran sang Kolonel pula yang dibantai tepat di bulan Ramadhan. Hingga akhirnya kekuasaan jatuh ke tangan SADDAM HUSEIN.
Bagaimana dengan Negara Arab Bersatu? Negara ini akhirnya juga bubar saat rakyat Suriah mulai muak dengan Presiden Nasser yang Pro Mesir. Apalagi beliau kan sosialis sehingga rakyat Suriah tidak bebas untuk berdagang.
Jelaslah bahwa memang sulit bagi bangsa Arab untuk bersatu jika ego ras ini masih mendominasi pemikiran mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H