Khalifah Utsman memiliki kuasa dengan harta melimpah. Saat beliau ingin melakukan reformasi maka yang dilihat umat adalah Khalifah Utsman berpihak pada Bani Umayyah.
Padahal maksud dan tujuan sang Khalifah sebenarnya bukan itu. Beliau hanya ingin melakukan konsolidasi kekuasaan dengan membuat sistem administrasi yang lebih efektif juga efisien. Mengapa banyak Bani Umayyah yang direkrut? Sebab beliau berasal dari Bani Umayyah yang pasti mengenal lebih dalam karakteristik dari kaumnya tersebut.Â
Akhirnya banyak yang tidak senang pada sang Khalifah. Puncaknya terjadi saat Khalifah Utsman bin Affan dibunuh. Saat itu muncul Ummah Leader yang baru yaitu Ali bin Abi Thalib. Sementara kekuasaan masih ditangan Bani Umayyah. Muawiyah pun tidak mengakui kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Sementara jasad Ustman bin Affan masih belum bisa dikebumikan karena rumah dikepung. Hingga akhirnya terjadi pertempuran dan untuk mengakhirinya Ali bin Abi Thalib bersedia untuk berunding.
Keputusan ini membuat kaum Khawarij berang. Hingga akhirnya mereka memberontak dan kalah di Nahrawan tahun 658. Sementara di Suriah, Muawiyah dilantik sebagai Khalifah oleh pendukungnya diwaktu yang sama. Sehingga ada dua Khalifah dalam satu masa.Â
Namun krisis ini akhirnya berakhir saat Khalifah Ali di bunuh oleh pihak Khawarij saat beliau sedang sholat di Mesjid Kufa.
Setelah itu Muawiyah menjadi Khalifah tanpa saingan. Apalagi beliau juga mampu membujuk Hasan Bin Ali. Namun bagi pendukung Ali bin Abi Thalib kekuasaan yang dipegang oleh Muawiyah itu tidak sah karena menurut mereka Khalifah hanya bisa dipegang oleh ahli waris Rasulullah saja.Â
Itulah awal mula Krisis Muawiyah-Ali dalam sejarah Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H