Mohon tunggu...
ANDI FIRMANSYAH
ANDI FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Guru - Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Hanya Seorang Marhaen yang menyenangi bidang Geopolitik, Sejarah dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Saat Saddam Hussein Menjadi Sekutu Barat di Perang Teluk

30 Juni 2023   17:00 Diperbarui: 30 Juni 2023   17:01 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Situasi Geopolitik di Timur Tengah sebenarnya asalnya dari negara-negara Barat.

Irak pernah ada masalah. Selama tidak menggangu Amerika maka tidak masalah.
Iran pernah ada Shah yang pro Barat.

Namun sejak 1979 segalanya berubah...

Arus yang Pro Ayatullah Rohullah Khomeini mampu menumbangkan Shah Iran Reza Pahlevi dan bahkan negara yang dulu sekuler lantas berganti jubah menjadi Republik Islam.

Lantas Iran muncul sebagai penantang Dunia Barat dan Dunia Arab. Bahkan Amerika mencium ada gerakan yang hendak memicu gerakan revolusi Islam di negara-negara yang bertetangga dengan Iran.

Maka keberadaan Sadam Husein yang berseberangan politik dengan Khomeini perlu dimanfaatkan. Maka Amerika pun dengan sukacita membantu Saddam Hussein berperang melawan Khomeini atas dasar perbedaan ideologi.

Segala macam peralatan tempur dipasok. Situasinya mungkin mirip Zelensky sekarang.

Akhirnya perang berakhir pada 20 Agustus 1988. Setelah itu Saddam mulai membuat gebrakan.

Saddam sadar bahwa setelah itu dia tidak berguna lagi bagi barat. Sementara Iran masih tetap musuhnya secara geopolitik. Saddam ingin membangun negaranya yang hancur akibat perang. Namun sumber daya minyak yang harusnya menjadi andalan untuk pemulihan juga ikut hancur. Jadi sumber daya mana lagi yang harus dimanfaatkannya?

Saddam mulai melirik tetangganya Kuwait. Bahkan dia menganggap Kuwait adalah penyebab hancurnya harga minyak dunia.

Maka pada 2 Agustus 1990 Saddam mengirimkan pasukannya sebanyak 88 ribu orang untuk menginvasi Kuwait dan berhasil.
Dalam dua hari Kuwait telah menjadi bagian negara Irak.

Kuwait memang lemah dari segi militer. Namun dari segi diplomasi jangan ditanya. PBB langsung bereaksi. Dewan keamanan langsung mengeluarkan resolusi dan menuntut Irak untuk mundur.

Amerika kemudian mendapat dukungan dari 34 negara dan berjanji akan menurunkan pasukan sebanyak 956 ribu dimana 700 diantaranya berasal dari Amerika.

Apakah perang langsung terjadi? Belum. Amerika masih memberi tenggang waktu sampai 19 Januari untuk Saddam mundur dari Kuwait. Kemudian dukungan bertambah dari 34 negara menjadi 39 negara. Irak mulai berjalan sendirian.

Bahkan PBB memberi mandat untuk melakukan kebijakan apapun jika Irak tidak mau mundur dari Kuwait. Apakah Irak takut? Tidak.  Bahkan sampai tanggal 17 Januari Sadam masih bertahan di Kuwait.

Apa alasan Irak masih bertahan?
Karena dari 39 negara tersebut tidak ada Israel didalamnya.
Lantas mengapa Israel tidak ikut?
Alasan pertama negaranya tidak ada kaitan dengan masalah tersebut.
Alasan kedua kalau negaranya ikut maka Saddam Hussein yang menang.

Karena Israel tidak ikut dan agar memancing supaya Israel ikut campur maka Irak melepaskan roket Al-husayn ke Israel.

Mengapa Saddam begitu menginginkan Israel untuk terlibat dalam perang ini?
Agar suara Dunia Arab pecah.

Amerika yang mengetahui trik ini meminta Israel untuk tidak terpancing provokasi. Israel nurut.

Irak tahu tindakannya terhadap Kuwait pasti dibenci Dunia Arab. Namun kalau ada common enemy masuk, itu bisa lain cerita.

Makanya tanpa Israel, maka Irak habislah sudah. Arab Saudi sebagai sekutu terkuat Amerika ikut berperang. Mesir yang memang ada sedikit konflik dengan Saddam menganggap ini peluang bagus buat memberi pelajaran.

Irak tidak tahu mau minta tolong pada siapa. Pada Iran ga mungkin. Sama juga dengan kalau minta bantuan Sovyet karena Sovyet masa itu mulai mendekati masa-masa kehancurannya. Jadi tidak mungkin mengurusi Irak.  

Jadi selama 42 hari bumi Irak bergetar di bombardir oleh pasukan Amerika dan kawan-kawan. 88 ribu ton bom dilepaskan dari udara untuk meratakan bumi Irak.

Namun Irak tetap membandel. Kota Khafji di Arab Saudi diserang. Bahkan mereka mampu menguasainya selama 2 hari sampai akhirnya direbut kembali oleh militer Arab Saudi.

Masuk bulan Februari. Irak jatuh. Setelah itu pembebasan Kuwait. Namun hanya sampai pembebasan Kuwait saja. Tidak sampai menggulingkan Saddam Hussein. Karena mandat PBB memang hanya sampai pembebasan Kuwait. Apalagi Amerika didukung oleh 39 negara. Jadi mereka tidak berani macam-macam.

Namun invasi Irak terhadap Kuwait ini sebenarnya adalah poin penting bagi kebijakan Amerika nanti dikemudian hari yaitu tepatnya di tahun 2003.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun