Kuwait memang lemah dari segi militer. Namun dari segi diplomasi jangan ditanya. PBB langsung bereaksi. Dewan keamanan langsung mengeluarkan resolusi dan menuntut Irak untuk mundur.
Amerika kemudian mendapat dukungan dari 34 negara dan berjanji akan menurunkan pasukan sebanyak 956 ribu dimana 700 diantaranya berasal dari Amerika.
Apakah perang langsung terjadi? Belum. Amerika masih memberi tenggang waktu sampai 19 Januari untuk Saddam mundur dari Kuwait. Kemudian dukungan bertambah dari 34 negara menjadi 39 negara. Irak mulai berjalan sendirian.
Bahkan PBB memberi mandat untuk melakukan kebijakan apapun jika Irak tidak mau mundur dari Kuwait. Apakah Irak takut? Tidak. Â Bahkan sampai tanggal 17 Januari Sadam masih bertahan di Kuwait.
Apa alasan Irak masih bertahan?
Karena dari 39 negara tersebut tidak ada Israel didalamnya.
Lantas mengapa Israel tidak ikut?
Alasan pertama negaranya tidak ada kaitan dengan masalah tersebut.
Alasan kedua kalau negaranya ikut maka Saddam Hussein yang menang.
Karena Israel tidak ikut dan agar memancing supaya Israel ikut campur maka Irak melepaskan roket Al-husayn ke Israel.
Mengapa Saddam begitu menginginkan Israel untuk terlibat dalam perang ini?
Agar suara Dunia Arab pecah.
Amerika yang mengetahui trik ini meminta Israel untuk tidak terpancing provokasi. Israel nurut.
Irak tahu tindakannya terhadap Kuwait pasti dibenci Dunia Arab. Namun kalau ada common enemy masuk, itu bisa lain cerita.
Makanya tanpa Israel, maka Irak habislah sudah. Arab Saudi sebagai sekutu terkuat Amerika ikut berperang. Mesir yang memang ada sedikit konflik dengan Saddam menganggap ini peluang bagus buat memberi pelajaran.
Irak tidak tahu mau minta tolong pada siapa. Pada Iran ga mungkin. Sama juga dengan kalau minta bantuan Sovyet karena Sovyet masa itu mulai mendekati masa-masa kehancurannya. Jadi tidak mungkin mengurusi Irak. Â