Tiongkok memang sedang gila – gilanya pada tekhnologi. Bahkan tekhnologi mereka sudah merambah keberbagai bidang. Termasuklah sarana transportasi.
Kali ini mereka hendak menciptakan sarana transportasi yang benar – benar futuristic. Bahkan mereka menyajikannya pun dengan cara yang unik pula.
Sarana transportasi yang mereka ciptakan bahkan lain daripada yang lain dengan konsep yang agak nyeleneh…
Bukan mobil Hybrid bukan pula kereta dengan kecepatan suara. Bahkan sarana transportasi ini tidak berjalan di langit maupun di permukaan laut.
Alat transportasi ini bakal berjalan jauh di bawah permukaan laut
Sejak ditemukannya Concorde pada masanya. Sebuah pesawat yang mampu membawa kita dari satu Negara ke Negara lain dalam hitungan menit, sampai saat ini sepertinya belum ada inovasi lagi di bidang sarana transportasi.
Baru kali ini akhirnya Tiongkok yang merintis penemuan yang menggantikan masa kejayaan Concorde. Kalau dulu Concorde Berjaya di udara, kini Tiongkok berusaha merambah Samudera luas.
Tepatnya di Harbin Institute of Technology, para saintis bekerja siang dan malam untuk menemukan kekuatan dan kecepatan sebuah torpedo pada saat ditembakkan dari kapal selam untuk kemudian di aplikasikan pada sebuah kapal selam sehingga kapal selam tersebut mampu memiliki kecepatan seperti yang dimiliki Concorde waktu itu.
Pertanyaannya, Apa mungkin kapal selam tersebut mampu menandingi Concorde? Sementara tak perlu saintis bahkan orang awam pun mengerti bahwa udara atau langit yang dilintasi Concorde tentu berbeda dengan kedalaman air yang bakal dilalui oleh kapal selam tersebut. Hambatan yang dihadapi oleh kapal selam tersebut tentunya lebih besar ketimbang Concorde.
Atas dasar itulah para saintis yang melakukan penelitian tersebut menggunakan konsep yang disebut Supercavitation.
Pada awalnya Supercavitation ditemukan oleh militer Uni Sovyet pada Perang Dingin. Cara kerja Supercavitation kurang lebih menciptakan gelembung – gelembung udara disekitar kapal selam. Nah, gelembung – gelembung udara inilah yang nantinya menjadi tameng untuk menahan derasnya terjangan air sekaligus meningkatkan performa kapal selam sehingga mampu melaju dengan kecepatan tinggi.
Dulunya Supercavitation digunakan Uni Sovyet untuk meningkatkan performa torpedo mereka, Shkval, menjadi 230 Mph dengan daya jelajah dan jangkauan sejauh 6.8 sampai 9 mil. Ini mengalahkan kecepatan torpedo konvensional waktu itu yang cuma 31 Mph saja.
Berdasarkan pemberitaan South China Morning Post katanya kapal selam ini bakal memiliki kecepatan 3.600 Mph
Itu artinya Kapal selam ini mampu menyeberangkan anda dari Jakarta ke Shanghai hanya butuh waktu 90 menit alias satu setengah jam doang..
Gimana kalo Jakarta – Papua? Palingan cuma setengah jam doang
Tapi ya itu tadi, menciptakan sebuah tekhnologi itu lebih rumit dan banyak makan biaya ketimbang yang non tekhnologi. Makanya kemaren BPPT kagak jalan kayanya. Entah Kementrian Tekhnologi nya Jokowi saat ini?
Bayangin aja, untuk menciptakan gelembung – gelembung udara tersebut kapal selam itu butuh propeller yang mampu berhembus dengan kecepatan 60 Mph. Hitung aja berapa energi yang dibutuhkan untuk semua propeller tesebut.
Seperti yang dikatakan oleh Professor Wang Guoyu, Head of the Beijing Institute of Technology’s Fluid Mechanics Laboratory. Katanya, untuk mencapai kecepatan tertentu maka kapal selam tersebut harus berada di dalam gelembung dan jauh dari air. Sementara gelembung udara yang dihasilkan sulit untuk di kontrol. Untuk itu kapal selam tersebut harus punya mekanisme yang dapat menjamin bahwa kapal selam tetap berada di dalam gelembung. Agar mekanisme tersebut bekerja dengan baik maka kapal selam tersebut harus dilapisi dengan zat anti air (water proof) untuk mengurangi gesekan terhadap air.
Nah tekhnologi untuk Kapal Selam Supercavitation inilah yang sedang dirintis oleh para saintis di Harbin Institute of Technology tersebut. Sebab mereka harus mendesain bagaimana caranya menyematkan roket propeller yang mumpuni ke dalam kapal selam tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H