Asistensi mengajar merupakan program yang dirancang untuk memberikan pengalaman praktis bagi calon guru dalam mengajar di sekolah. SMKN 1 Malang, sebagai salah satu sekolah menengah kejuruan terkemuka di kota Malang, menawarkan lingkungan yang kaya akan pengalaman belajar. Dengan berbagai program keahlian yang ditawarkan, sekolah ini menjadi tempat yang ideal untuk memahami bagaimana teori pendidikan diterapkan dalam praktik.Sekolah ini dikenal karena komitmennya dalam mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang baik. Dalam konteks pendidikan saat ini, penting bagi calon guru untuk memahami bahwa pendidikan tidak hanya melibatkan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter siswa agar siap menghadapi tantangan di masa depan. Oleh karena itu, program asistensi ini memberikan kesempatan yang berharga untuk belajar dari pengalaman langsung di lapangan.
Sebelum memulai proses asistensi, saya melakukan persiapan dengan mempelajari kurikulum dan materi ajar yang akan diajarkan. Saya berfokus pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, yang merupakan bagian penting dari pembentukan karakter siswa. Dalam persiapan ini, saya juga berkoordinasi dengan guru pembimbing untuk memahami metode pengajaran yang efektif dan cara berinteraksi dengan siswa.Mempelajari kurikulum menjadi langkah awal yang sangat penting. Kurikulum tersebut tidak hanya mencakup materi yang harus diajarkan, tetapi juga tujuan pebelajaran yang ingin dicapai. Saya mempelajari dan memahami kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. Dengan memahami hal ini, saya dapat merancang pembelajaran yang lebih terstruktur dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Hari pertama saya di SMKN 1 Malang dimulai dengan observasi kelas. Saya mengamati bagaimana guru-guru berinteraksi dengan siswa dan menyampaikan materi pelajaran. Dari observasi ini, saya belajar bahwa pendekatan yang digunakan oleh guru sangat berpengaruh terhadap minat dan pemahaman siswa. Guru yang menggunakan metode interaktif dan melibatkan siswa dalam diskusi cenderung mendapatkan respon positif.Saya melihat berbagai teknik yang digunakan oleh guru dalam mengajar, seperti penggunaan media visual, permainan edukatif, dan metode diskusi kelompok. Metode-metode ini terbukti berhasil menarik perhatian siswa dan membuat mereka lebih aktif dalam proses belajar. Selain itu, saya juga mencatat pentingnya membangun hubungan baik antara guru dan siswa untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.
Setelah melakukan observasi selama satu minggu, saya mulai mengajar secara langsung. Pengalaman ini sangat menantang, terutama saat pertama kali berdiri di depan kelas. Saya merasa gugup, tetapi dukungan dari guru pembimbing dan siswa membuat saya lebih percaya diri. Dalam mengajar, saya menerapkan metode **Video Based Learning (VBL)** untuk menjelaskan materi tentang konstitusi dan sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Saya menggunakan video pendek yang menggambarkan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia sebagai pengantar diskusi. Metode ini terbukti efektif karena siswa lebih tertarik dan aktif berpartisipasi setelah menonton video tersebut.
Penggunaan video dalam kelas memberikan nuansa yang berbeda. Siswa yang sebelumnya tampak kurang tertarik mulai menunjukkan antusiasme. Mereka mulai bertanya tentang detail yang ada dalam video, dan ini membuka jalan bagi diskusi yang lebih mendalam. Saya menyadari bahwa media yang tepat dapat membuat pembelajaran lebih hidup dan menarik.
Selama proses mengajar, saya berusaha membangun hubungan baik dengan siswa. Saya mendorong mereka untuk bertanya dan berdiskusi tentang materi yang diajarkan. Salah satu momen paling berkesan adalah ketika seorang siswa mengajukan pertanyaan kritis tentang relevansi konstitusi dalam kehidupan sehari-hari. Diskusi ini tidak hanya memperkaya pemahaman mereka tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam menyampaikan pendapat.Saya juga berusaha untuk mengenal karakter masing-masing siswa. Beberapa siswa lebih suka belajar secara mandiri, sementara yang lain lebih menikmati interaksi dalam kelompok. Dengan memahami kepribadian siswa, saya dapat menyesuaikan metode pengajaran agar lebih sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini membuat proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dan menyenangkan.
Tentu saja, perjalanan ini tidak tanpa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah menghadapi siswa yang kurang termotivasi. Beberapa siswa tampak tidak tertarik dengan materi ajar, sehingga saya perlu mencari cara untuk menarik perhatian mereka. Saya mencoba berbagai pendekatan, termasuk penggunaan permainan edukatif dan diskusi kelompok kecil untuk meningkatkan keterlibatan mereka. Menghadapi siswa yang kurang termotivasi adalah salah satu tantangan yang paling sulit. Saya menyadari bahwa setiap siswa memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda, yang dapat mempengaruhi sikap mereka terhadap pembelajaran. Untuk mengatasi masalah ini, saya berusaha untuk lebih memahami kondisi siswa dan mencari tahu apa yang menjadi minat mereka. Saya juga mengajak mereka untuk berbagi pengalaman pribadi yang relevan dengan materi ajar.
Salah satu cara yang saya gunakan adalah mengaitkan materi ajar dengan isu-isu aktual yang sedang berkembang di masyarakat. Dengan menunjukkan relevansi materi dalam kehidupan sehari-hari, saya berharap siswa dapat lebih tertarik untuk belajar. Selain itu, saya juga mengadakan sesi tanya jawab yang memungkinkan siswa untuk mengungkapkan pendapat mereka. Untuk mengatasi kesulitan ini, saya melakukan refleksi terhadap metode pengajaran yang digunakan. Saya meminta umpan balik dari guru pembimbing dan siswa mengenai apa yang mereka anggap menarik atau membosankan dalam pembelajaran. Dari umpan balik tersebut, saya belajar pentingnya fleksibilitas dalam metode pengajaran dan perlunya penyesuaian berdasarkan kebutuhan siswa.
Saya juga mulai menerapkan teknik-teknik baru seperti pembelajaran berbasis proyek, di mana siswa dapat bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang berkaitan dengan materi ajar. Melalui pembelajaran berbasis proyek, siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari teman-teman mereka. Ini membantu meningkatkan kolaborasi dan interaksi di kelas. Setelah tiga bulan menjalani program asistensi mengajar, saya menyadari betapa berharganya pengalaman ini bagi perkembangan pribadi dan profesional saya. Saya belajar bahwa menjadi seorang pendidik bukan hanya tentang menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga tentang membangun hubungan positif dengan siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.
Pengalaman ini juga membantu saya meningkatkan keterampilan mengajar saya. Saya menjadi lebih percaya diri dalam berbicara di depan umum dan lebih terampil dalam merancang kegiatan pembelajaran yang menarik. Selain itu, saya belajar bagaimana cara mengevaluasi pemahaman siswa secara efektif melalui berbagai metode penilaian.
Saya menyadari bahwa evaluasi tidak hanya dilakukan melalui ujian, tetapi juga dapat dilakukan melalui observasi dan penilaian formatif selama proses belajar. Dengan cara ini, saya dapat mengetahui perkembangan siswa secara lebih akurat dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Melalui interaksi dengan siswa, saya juga menjadi lebih sadar akan isu-isu sosial yang dihadapi oleh generasi muda saat ini. Banyak siswa memiliki latar belakang berbeda dan menghadapi tantangan unik dalam kehidupan mereka. Menyadari hal ini membuat saya semakin berkomitmen untuk menjadi pendidik yang peduli dan peka terhadap kebutuhan siswa.
Sebagai contoh, saya mendapati bahwa beberapa siswa menghadapi masalah keluarga yang mempengaruhi konsentrasi mereka di kelas. Hal ini menyadarkan saya bahwa sebagai seorang guru, saya tidak hanya memiliki tanggung jawab untuk mengajar, tetapi juga untuk mendukung siswa secara emosional dan sosial. Saya berusaha untuk menciptakan suasana yang aman dan nyaman, di mana siswa merasa dihargai dan didengar. Pengalaman asistensi mengajar di SMKN 1 Malang selama tiga bulan telah memberikan banyak pelajaran berharga bagi saya sebagai calon guru. Dari persiapan hingga pelaksanaan pengajaran, setiap langkah membawa tantangan sekaligus kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Saya berharap pengalaman ini akan menjadi fondasi yang kuat bagi karier saya di dunia pendidikan.
Dengan semangat untuk terus belajar dan berkembang, saya siap menghadapi tantangan baru di masa depan sebagai pendidik yang inspiratif bagi generasi mendatang. Pengalaman ini bukan hanya sekadar praktik mengajar; ini adalah perjalanan menuju pemahaman mendalam tentang peran seorang guru dalam membentuk karakter dan masa depan siswa. Saya juga menyadari bahwa perjalanan ini tidak akan berhenti di sini. Setiap pengalaman baru, baik itu di dalam maupun di luar kelas, akan terus membentuk saya sebagai pendidik. Saya bertekad untuk terus memperbaiki diri dan belajar dari setiap pengalaman, agar dapat memberikan yang terbaik bagi siswa-siswa saya di masa depan. Pengalaman ini bukan hanya tentang mengajar, tetapi juga tentang belajar dan tumbuh bersama siswa dalam perjalanan pendidikan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H