Oleh : Andi Roni Saputra
Menjadi Pemilih Cerdas Demi Menyongsong Riau Lebih Baik
Mendekati proses politik pemilihan Kepala Daerah Langsung pada Pemilihan Gubernur Riau ( Gubri ) dan Wakil Gubernur Riau Riau semakin kencang memanas. Sebanyak 4,5 Juta Jiwa pemilih akan menjadi rebutan politik oleh lima calon kandidat yang akan bertarung pada suksesi demokrasi guna memperebutan kursi empuk Gubernur Riau untuk lima tahun mendatang. hari pencoblosan yang dijadwalkan pada empat september mendatang, Mendorong sejumlah kandidat harus bereaksi dan bekerja secara marathon untuk meraih suara pemilih yang tersebar di seluruh pelosok Provinsi Riau.
Tak heran jika manuver politk yang dilakoni oleh masing-masing tim sukses pasangan calon terhadap gerakan mobilisasi pemilih kerap terus terjadi guna meraih dukungan suara mayoritas pada hari pemilihan nantinya. Fenomena demikian memang lumrah terjadi di setiap momentum politik lima tahunan seperti ini.
Paradigma pemilih di setiap event politik memang menjadi barometer politik yang patut diperhitungkan dalam menentukan pemimpin masa depan. Begitu juga dengan kecenderungan masyarakat memilih menggunakan rasionalisasi dan hati nurani. Dengan memilih berdasarkan Rasional dan hati nurani, masyarakat sudah tentu menginginkan siapa pun kandidat yang terpilih benar-benar sesuai dengan harapan. Mengedepankan Rasionalitas dan hati nurani, setidaknya mereka yang terpilih benar-benar mewakili kepentingan masyarakat. Hal ini mengindikasikan masyarakat tidak lagi menginginkan sekadar dijadikan objek pelengkap dalam pilgubri.
Lahirnya figur pemimpin yang berkompeten apabila rakyat menjadi pemilih cerdas. Idealnya menjadi pemilih cerdas yakni pemilih yang menentukan pilihannya dengan rasionalisasi dan hati nurani, sehingga masyrakat riau mampu mengindentifikasi para calon dan menjatuhkanpilihannya pada calon pemimpin yang berkualitas dan profesional tanpa ada hal lain yang mempengaruhinya. Sementara itu, bias pilihan politik bisa saja terjadi ketika cara tak sehat melalui transaksi suara atau pendekatan primordial lebih dikedepankan. Hati nurani bisa saja dikalahkan oleh uang, atau hati nurani juga dapat dikalahkan dengan penekanan-penekanan. Penekanan ini bisa bersifat fisik juga bisa nonfisik seperti ancaman dipindah tugaskan atau non-job. ''Ya... mudah-mudahan masyarakat makin melek politik, tak mudah dibodohi atau diiming-imingi janji politik jelang hari H pemilihan.
Menjadi Pemilih Cerdas
Menjadikan bangsa yang cerdas adalah tugas negara.peran mencerdaskan pemilih adalah tugas menyeluruh dari berbagai aspek seperti ; Pemerintah, LSM, kaum intelektual dan akademisi harus mengambil peran di dalamnya. Disamping itu, melalui ajang demokrasi Partai politik memiliki peranan yang sangat signifikan dalam setiap sistem demokrasi. Partai politik merupakan pilar bangsa yang memainkan peran penghubung yang sangat strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara. Sistem kepartaian yang baik sangat menentukan bekerjanya sistem ketatanegaraan berdasarkan prinsip ‘checks and balances’ dalam arti yang luas. Target dari pendidikan politik yang harus diberikan partai politik kepada masyarakat untuk menciptakan pemilih cerdas adalah pertama; respon terhadap keinginan sosial, misalnya visi dan misi partai, program kerja partai politik, kesetaraan gender, track record partai dan kader – kadernya. Kedua; isu – isu yang diangkat sangat relevan dengan kondisi kekinian, misalnya pemberantasan korupsi, penanggulangan kimiskan, dan keberlanjutan lingkungan. Ketiga; konteks sosial kultural pada tingkat lokal, hal ini dilakukan untuk mengkaji kebutuhan blok-blok pemilih (petani, nelayan, buruh dan kelompok perempuan).
Seruan partai politik harusnya mendorong pemilih agar menjatuhkan pilihan politik dengan baik tanpa ada keterpaksaan oleh berbagai pihak. Seruan politik yang sering menggema di pikiran rakyat yakni “ Suara itu Mahal” akan menjadi tempat tersendiri bagi rakyat sepanjang hal ini tidak mempengaruhi hak politik rakyat dalam menjatuhkan pilihannya.
Tak kalah penting juga penulis sekilas menyampaikan, Peran media juga sangat dibutuhkan dalam mendorong penguatan warga negara sebagai pemilih cerdas. Informasi politik melalui media secara berimbang dan profesional sangat berperan dalam memainkan emosi dan kesadaran masyarakat dalam menentukan sikap politik. Untuk itu media harus lebih sensitif dan responsif pada realitas sosial dan tidak menjadi alat politik kelompok tertentu.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah ‘Bagaimana agar Pilgubri yang akandilaksanakan 4 September mendatang tidak sekadar formalitas prosedur demokrasi, tapilebih dari itu, mempunyai makna untuk perubahan ke arah yang lebih baik.? Tidak adajawaban tunggal tentang hal ini. Namun salah satu elemen penting yang bisa dijadikanjawaban adalah mendorong pemilih untuk lebih cerdas dalam menentukan pilihan.
Dalam ilmu politik ada empat perilaku pemilih (voter behavior), yaitu : pertama; pemilih rasional, yakni mereka yang menjatuhkan pilihan terhadap program kerja partai politik atau kontestan pemilihan umum. Kedua; pemilih pragmatis, yakni mereka yang mau memilih berdasarkan pertimbangan kepentingan seperti materi atau tercukupinya kebutuhannya. Pemilih seperti ini tidak memiliki ’sense of civic competence’.
Ketiga; pemilih berdasarkan ikatan emosi. Pemilih dengan kategori ini adalah mereka yang menjatuhkan pilihannya berdasarkan ikatan primordial dan kepartaian. Keempat; pemilih tradisional, yakni mereka yang mendasarkan pilihan terhadap kharismatik seorang figur, seperti pilihan terhadap figur keturunan pemuka agama, tokoh adat atau keturunan bangsawan
Lalu bagaimana menjadi pemilih cerdas?, Beberapa indikator pemilih cerdas yakni ; Pertama, Saat memilih bebas dari segala bentuk pengaruh orang/pihak luar. Kedua, Memilih parpol berdasarkan program kerja yang menekankan pada perjuangan mencapai kesejahteraan rakyat, bukan berdasarkan figur yang ada di dalamnya. Ketigaa, Memilih pemimpin yang memang benar-benar bisa dipercaya tingkat moralitasnya. Keempat, Memilih pemimpin tidak berdasarkan pertimbangan besarnya nama figur semata. Kelima, Menggunakan pengalaman Pilkada di masa lalu sebagai bahan perbandingan untuk menentukan pilihan pada Pilkada mendatang. Hal ini sudah pastinya akan menjadi indikator politik bagi pemilih cerdas di provinsi Riau dalam menentukan pilihan politiknya. Maka pemilih cerdas Adalah pemilih rasional, pemilih yang melalui hati nurani dan tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang mempengaruhinya.
Namun penulis mengamati realita hari ini, secara general menjadikan rakyat indonesia sebagai pemilih rasional tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan. Terjebak dalam pilihan-pilihan yang sifatnya irasional masih mudah terjadi, karena ketundukan atas budaya di sekelilingnya sangat besar. Di samping itu, masyarakat yang cenderung pragmatis materialistis makin menyulitkan upaya pencerdasan.
Kalau kita menganggap bahwa proses pemilihan cuma salah satu cara untuk mendapatkan pemimpin yang paling kompeten dan berkualitas, seyogyanya pemisahan dalam berbagai kelompok kepentingan cuma terjadi saat pemilihan. Setelah pemilihan seluruh kelompok lebur lagi dalam satu kesatuan. Dengan demikian pemimpin yang terpilih adalah pemimpin semua umat. Sebaliknya bila proses pemilihan dianggap sebagai proses perebutan kekuasaan, maka kita tidak akan pernah bekerja dengan baik untuk mencapai visi dan misi Provinsi Riau untuk lima tahun Kedepan.
Oleh karena itu, Pilgubri mendatang mestinya menjadi semacam "proyek percontohan" bagi pilkada di berbagai daerah di Tanah Air. Itulah sebabnya, dengan momentum ini sangat diharapkan proses pilkada mencerminkan sebuah proses pemilihan yang cerdas, bersih, terbuka,dan demokratis.
Selamat berdemokrasi yang cerdas dan selamat berkompetisi bagi calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Riau yang bertarung, bagi masyarkat riau yang memiliki hak suara untuk itu gunakan hak politik dengan akal sehat dan hati nurani dengan baik dan benar, hindari politik uang yang menyesatkan, semoga Riau tetap aman, damai dan sejahtera guna menyonsong Riau yang lebih baik di masa depan. Selamat berdemokrasi…***
Penulis, adalah Andi Roni Saputra
Peminat Politik / Mahasiswa STIA Lancang Kuning Dumai dan Ketua Komisariat HMI STIA – AMIK Dumai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H