Mohon tunggu...
Andi Chorniawan
Andi Chorniawan Mohon Tunggu... -

Y

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pohon dan Partai

21 November 2013   18:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:50 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah pulang kuliah, aku dan temanku pergi ke warung kopi Pak Lik. Warungnya sederhana tapi sangat ramai karena selain jualan kopi, ada pula masakan dan cemilannya. Warung Pak Lik berada di pinggir jalan raya yang hanya dibatasi oleh trotoar jalan dan di seberang jalan ada dua pohon asam besar dan tua.

Saat itu, di dalam warung sudah tidak ada tempat duduk lagi. Kami memutuskan untuk duduk bersila diatas tikar menghadap ke jalan raya sambil melihat kendaraan yang lalu lalang. Sambil menikmati kopi, kami asyik mengobrol tentang mereka yang lewat di depan kami. Mulai dari mbak-mbak yang berpakaian seksi hingga orang-orang yang berkendaranya ngawur.

Di samping kananku, kami mendengar seorang pemuda yang sedang mengobrol dengan temannya.

“Hey lihat mobil box berwarna hitam di sebelah sana. Ada beberapa bapak-bapak yang keluar membawa spanduk besar. Kamu tahu tulisannya apa?”

“Mobil yang berhenti di depan pohon asam itu? Tidak tahu.” Jawab temannya.

“Partai Nasgor.” Celetuk pemuda yang seumuran denganku itu sambil tertawa.

Mendengar itu, aku dan temanku pun ikut tersenyum. Kami jadi tertarik untuk  menyaksikan apa yang akan mereka lakukan dengan spanduk tersebut.

Mereka tampak sibuk membentangkan spanduk yang panjangnya dua meter lebih. Lalu salah satu dari mereka mengambil tangga lipat dari dalam mobil.

“Mau apa mereka?” Aku bertanya kepada temanku.

“Sepertinya mereka akan memasang spanduk, diantara kedua pohon asam tersebut. “ Temanku memberikan pendapatnya.

Dan benar saja, bapak yang berbadan besar, rambutnya gondrong, berkumis tebal sedang menaiki tangga dan memaku pohon. Lalu bapak yang satunya lagi yang rambutnya sedikit botak memasangkan tali pada paku yang telah ditancapkan pada pohon. Tidak ada sepuluh menit, pekerjaan mereka selesai. Spanduk besar berwarna biru kuning itu terpampang dengan jelas.

Keesokan harinya, ketika tidak ada jam kuliah. Aku pergi sendirian ke warung Pak Lik untuk mencari makan. Warungnya agak sepi. Mungkin karena cuaca saat itu mendung, pertanda turun hujan. Selain itu, angin juga berhembus sangat kencang. Bahkan, orang-orang di dalam warung merasa ketakutan.

“Bruukkkkk…”

Aku dikejutkan oleh suara gemuruh. Kulihat pohon asam besar tumbang menutupi separuh badan jalan raya.

“Ciitttt…. braaakkk….”

Kaki dan tanganku gemetaran, dengan mata kepala sendiri, aku melihat kejadian mengerikan itu. Sebuah motor terlempar dan bergulling-guling akibat menabrak pohon asam yang baru saja tumbang tersebut. Satu orang pengendaranya terpental beberapa meter dan yang satunya lagi terguling ke tengah jalan.

Tak berapa lama warga datang berkerumun. Beberapa orang langsung membopong pengendara yang tergeletak di tengah jalan. Kulihat, wajahnya sangatlah tidak asing. Berkumis tebal dan berambut gondrong. Aku menggeleng-gelengkan kepala seakan tidak percaya. Pengendara itu adalah bapak yang kemarin menancapkan paku di pohon asam tersebut. Dan nafsu makanku pun menghilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun