Mohon tunggu...
Andi Chairil Furqan
Andi Chairil Furqan Mohon Tunggu... Dosen - Menelusuri Fatamorgana

Mengatasi Masalah Dengan Masalah Baru

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Koperasi Kini: Rohnya Ditiru, Jasadnya Diselewengkan

13 Juli 2017   09:52 Diperbarui: 14 Juli 2017   17:11 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, tepatnya tanggal 12-15 Juli 2017 di Kota Makassar sedang berlangsung peringatan hari koperasi nasional ke-70 yang dirangkaikan dengan kongres koperasi ke-3, Expo dan Jambore Koperasi yang konon dihadiri 10 ribuan peserta.

Menarik untuk dicermati... Bagaimana nasib koperasi saat ini?

Ya, tidak seperti 10 tahun yg lalu dan tahun-tahun sebelumnya, seiring dengan semakin berkembangnya lembaga keuangan (perbankan/non perbankan), semakin menjamurnya perusahaan retail, dan semakin berkembangnya teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk menjual maupun membeli barang/jasa secara cepat... Keberadaan koperasi semakin lama semakin meredup.

Saat ini sudah sulit dijumpai orang tua yang menyuruh anaknya ambil (kredit) barang di koperasi; pegawai yang mengandalkan pinjaman di koperasi kantornya untuk keperluan konsumtif/produktif; dan masyarakat (usaha rumah tangga, petani, pekebun) yang mengandalkan koperasi untuk membeli/memasarkan produk-produknya....

Yang populer adalah ke mal, supermarket, bahkan mini market untuk berbelanja sambil cuci mata; menggunakan kartu kredit/jasa lembaga pembiayaan untuk membeli barang secara kredit, mendatangi pegadaian dan layanan 2 jam langsung cair (termasuk rentenir) untuk keperluan dana mendesak, mendatangi bank, layanan setor tunai dan laku pandai untuk menabung, serta membuka HP/komputer/internet untuk menjual maupun membeli barang secara online.

Selain itu, di sisi lain, yang membuat kondisi koperasi semakin memprihatinkan, sehingga semakin banyak masyarakat menjadi tidak percaya atau apatis terhadap keberadaan/perkembangan koperasi adalah adanya pihak-pihak (oknum) tertentu yang menggunakan "jasad" koperasi hanya untuk meraup keuntungan pribadi, sebut saja kasus Koperasi Pandawa yang belakangan menjadi perhatian OJK dan masyarakat, khususnya di wilayah Depok dan sekitarnya.

Namun, pertanyaannya apakah koperasi benar-benar ditinggalkan dan terpinggirkan seiring dengan derasnya perkembangan teknologi dan bisnis saat ini?

Jika dicermati maka kita akan tersadarkan bahwa tren bisnis saat ini cenderung mengadopsi "roh" koperasi..

Misalnya saja ketika kita berbelanja ke Matahari, Carrefour, Hypermart, Alfamart, Indomart dan raksasa retail lainnya (selain Sevel yang sudah gulung tikar), yang ditanyakan di kasir adalah apakah ada kartu member? Belum lagi jika kita naik pesawat Garuda dengan Skyteam-nya, di situ kita akan dipertontonkan bagaimana perbedaan pelayanan terhadap non member dan pemegang kartu silver dibandingkan dgn pemegang kartu gold dan platinum.

Begitupula jika Anda ingin menjual di lapak-lapak online, sebut sj Tokopedia, Lazada, Bukalapak, Blibli, dan lain sebagainya.... Anda diwajibkan untuk memiliki akun sendiri sebelum bertransaksi (sebagai wujud dari keanggotaan).

Dan mungkin yg sempat populer selama 10-15 tahun belakangan ini di sekitar kita adalah bisnis MLM, di mana suatu proses bisnis yang dibangun berdasarkan kekuatan jaringan (keanggotaan) dengan beberapa fasilitas-fasilitas tertentu yg diberikan kepada anggotanya, termasuk fee dari setiap transaksi dan bonus-bonus tertentu.

Realitas di atas menunjukkan bahwa baik disadari maupun tidak, sebenarnya roh koperasi sudah banyak ditiru dan menjadi strategi bisnis yang paling populer dimanfaatkan saat ini, termasuk oleh perusahaan-perusahaan raksasa. Sebaliknya, yang membuat koperasi kehilangan popularitas bahkan mendapatkan stigma negatif di tengah masyarakat, lebih dikarenakan pengurus koperasi sendiri yang menyelewengkan jasad koperasi, sehingga kehilangan roh atau jati dirinya sendiri.

Oleh karena itu, jika Muhammad Yunus (penerima nobel tahun 2006) mengampanyekan untuk menggencarkan social entrepreneurship dalam mengatasi permasalahan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat secara bersamaan, maka untuk mewujudkan masyarakat yg makmur, adil dan sejahtera, bangsa Indonesia sebenarnya cukup mengembalikan "roh" koperasi kepada "jasad"nya seperti yang telah digagas oleh Bung Hatta (Bapak Koperasi Indonesia) sejak 1947 silam.

Selamat Harkopnas ke-70!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun