Dari perhelatan timnas Indonesia ini, PSSI sepertinya tak banyak memperoleh cuan. Maklum PSSI harus menanggung biaya pertandingan. Bahkan PSSI, sebagai tuan rumah yang mengundang, harus menanggung seluruh kebutuhan timnas Curacao.Â
Dari LED sponsor di lapangan pun tampak tak banyak logo sponsor yang muncul. PSSI tampaknya lebih ingin mengambil benefit yang tak bisa dinilai dengan uang, yaitu timnas bisa bermain maksimal dengan bertanding di kendang sendiri.
Dan memang terbukti bahwa Timnas U-16 dan Timnas U-20 tampil menjadi juara Group. Sementara Timnas Indonesia juga menunjuk permainan yang baik.
Perfomance pertandingan timnas Indonesia (termasuk U-16 dan U-20) pun sesuai prediksi. Secara keseluruhan memperoleh rating/share tak kurang dari 6%/25%.
Bahkan pada pertandingan terakhir U-16 Indonesia melawan Vietnam bisa memperoleh rating 9,1% dan share 41,9% yang ditaksir disaksikan sekitar 3,5 juta pemirsa.
Sedangkan pertandingan U-20 Indonesia (yang juga) melawan U-20 Vietnam mendapat rating 8,5% dan share 35,9% yang setara dengan 3,2 juta pemirsa.
Sementara pada pertandingan pertama FIFA Match Day antara Indonesia melawan Curacao memperoleh rating 7,6% dan share 34% yang disaksikan sekitar 2,8 juta pemirsa.
Sehingga tak mengherankan bila hak siar pertandingan sepak bola bikin pening. Seperti naik roller coaster -- dimana sensasi yang menyenangkan dengan perolehan performance tetapi membuat dag-dig-dug dalam hal performance sponsorship.
Apalagi dalam kondisi ekonomi yang tak menentu ini -- sayangnya pihak distributor cenderung tidak mau ikut pusing. Bahkan mereka (pura-pura) tak tahu kalau minat orang menonton bola di tv tak lagi prioritas karena untuk melihat proses gol dan drama yang terjadi sepanjang pertandingan, dapat lihat di Youtube. Tanpa harus mantengin 90 menit lebih tv.
Mungkin jika tidak ada Youtube, perfomance rating dan share Liga Champion pasti bisa lebih tinggi dari sekarang ini. Pun perfomance pertandingan Liga Inggris.