Ada sebuah idiom: Sepak bola itu adalah agama. Gambaran betapa olahraga--yang konon pertama kali dimainkan di Cina abad ke-3 sebelum masehi itu--memiliki pengikut yang sangat besar.Â
Penduduk bumi saat ini di kisaran 8 miliar jiwa dan 4 miliar di antaranya adalah penggemar sepak bola. Sehingga bisa dimaklumi jika sepak bola adalah olahraga terfavorit di muka bumi.
Kalau kita lihat aplikasi Live Score, nyaris sepanjang 365 hari ada pertandingan sepak bola dari seluruh belahan dunia. Mulai dari kompetisi kasta terendah hingga premier.Â
Sebagai olahraga dengan penggemar terbanyak, tentu membuat sepak bola sangat saleable. Sehingga tidak mengherankan harga hak siar tayangan sepak bola bisa bikin pening.Â
Meski tiap tahun selalu naik, namun tak menghentikan banyak distributor tayangan olahraga dan stasiun tivi untuk tidak berebut--yang dilakukan melalui bidding dan disertai presentasi akan dibuat seperti apa tayangan yang incar tersebut.Â
Meski yang utama tetaplah soal gede-gedaen bidding. Dan sejak era digital mencuat, lipatan harga hak siar pun bertambah. Kalau dulu hanya untuk tayang free to air (FTA) dan tv berbayar sejenis Transvision atau Indihome, maka sekarang ada harga untuk live streaming.
Sebagai contoh tayangan Liga Inggris. Untuk 3 musim kompetisi tahun 2004-2006, TV7 (sebelum bersalin nama TRANSl7) 'hanya' membayar USD13,2 juta atau Rp125,4 miliar (Kurs dolar AS pada tahun 2004 sekitar Rp9500).Â
Jadi harga rata-rata per musim atau per tahun kompetisi sekitar Rp42 miliar untuk sekitar 240-an pertandingan dari total 380 pertandingan setiap tahun. Itu hanya untuk FTA karena pada kurun waktu tersebut belum dikenal tayangan live streaming.
Sementara untuk musim kompetisi 2019-2022, kabarnya, MOLA mesti mengeluarkan USD124 juta atau sekitar Rp1,8 triliun untuk semua platform. Berarti per tahun sebesar R620 miliar. Makjleb.. Apakah untung ? Wallahu a'alam.Â
Sedangkan EPL musim kompetisi 2022-2024 tengah tayang di Group EMTEK. Entah berapa nilai hak siar. Yang pasti tidak mungkin turun dari harga hak siar sebelumnya. Dan kisaran naik rerata antara 15% - 20%. Meski terasa berat, balik modal tidak semata-mata mengharapkan dari penjualan iklan.Â
Bahkan kalau hanya berharap dari iklan, rasanya sulit untuk untung. Seperti halnya MOLA, EMTEK pun tampaknya memanfaatkan pertandingan Liga Inggris untuk meningkatkan awereness aplikasi OTT yang mereka miliki. Yakni aplikasi VIDIO.Â
Dimana untuk menonton live streaming pertandingan Liga inggris di VIDIO dikenakan biaya antara Rp40-60 ribu per bulan. Belum tersedia data berapa banyak pelanggan yang berhasil digaet VIDIO melalui pertandingan Liga Inggris ini.
Lantas bagaimana harga hak siar Piala Dunia dan Liga Champions?
Seperti halnya Liga Inggris, kompetisi sepak bola terakbar Piala Dunia juga menjadi magnit bagi banyak stasiun tv. Nilai kompetisi 4 tahunan itu juga sangat heboh.Â
Bisa di kisaran Rp700 miliar untuk 64 pertandingan dalam waktu hampir 1 bulan. Mungkin harga Piala Dunia 2026 kelak yang akan digelar di 3 negara, Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada bisa-bisa mencapai Rp850 miliar. Hanya untuk 30 hari tayangan!
Sementara untuk Liga Champian atau Champion League juga tidak kecil harga hak siar yang ditawarkan. Untuk musim kompetisi 2015-2017 misalnya, Liga Champion dibanderol sebesar USD15 juta atau sekitar Rp195 miliar.Â
Entah berapa untuk musim kompetisi 2022-2023 ini. Namun, menurut seorang yang sering berhubungan dengan distributor program olahraga, ekspetasi dari distributor untuk harga hak siar Liga Champion musim kompetisi 2025-2027 berada di harga USD30 juta (Kalau kurs Rp15 ribu, berarti sekitar Rp450 miliar.
Tapi harga bombastis tersebut memang berbanding lurus dengan rating/share yang bisa diperoleh dari tayangan Liga Inggris, juga Liga Champion.
Untuk share Liga Inggris yang pada tahun ini banyak tayang di dinihari, misalnya, tak kurang dari 15% atau disaksikan sekitar 400 ribu pemirsa.Â
Saat pertandingan pra musim Liverpool melawan Manchester United pada Juli lalu, mendapat share 17,9% (sekitar 1,4 juta pemirsa) -- yang sangat mendongkrak performance stasiun.
Pun performance tayangan Liga Champion yang kerap tayang pada dinihari di Indonesia. Perolehan share kompetisi klub-klub Eropa ini jauh di atas pertandingan Liga Inggris di area jam tayang yang nyaris sama.Â
Rerata share pertandingan Liga Champions bisa mencapai 20%. Bahkan pada babak perempat final hingga semifinal bisa menyentuh share 35%.
Sedangkan saat pertandingan final Liga Champions antara Liverpool melawan Real Madrid pada akhir Mei 2022 disaksikan 65,1% dari seluruh jumlah penonton tv di waktu bersamaan atau dikonversi dengan 1,2 juta pemirsa. Lagi-lagi perolehan rating/share ini membantu performance stasiun pada hari itu.
Liga 1 dan Timnas Indonesia
Begitu massif dan fanatik pemirsa sepak bola, mampu dikapitalisasi sebagai sebuah produk yang legit. Pun di Indonesia dengan kompetisi Liga 1 dan juga pertandingan Tim Nasional Indonesia. Baik itu pertandingan persahabatan, apalagi jika dalam sebuah pertandingan turnamen resmi.
Dari sisi hak siar, konon Liga 1 di angka Rp. 175 miliar lebih untuk sekitar 250 pertandingan -- dari total 380 pertandingan. Itu sudah termasuk produksi pertandingan. Ditaksir harga per episode atau harga 1 pertandingan sekitar Rp. 750 juta. Tiap tahun bisa terjadi kenaikan antara 10% - 15%.
Namun performance dari pertandingan Liga 1 juga berbanding lurus. Rerata rating/share 2%/15% -- atau dikonversi mendekati 1 juta pemirsa. Bahkan pada pertandingan Liga 1 antara Persija melawan Madura United (17/09/2022) bisa mendapat rating/share 4,1%/20,9% atau disaksikan sekitar 1,56 juta pemirsa.
Seperti halnya kualitas pertandingan dan klub yang bermain di liga-liga dunia, di Liga 1 pun demikian. Sebut saja jika Persija, Persib, Bali United, Arema dan Persebaya berlaga memiliki potensi memperoleh performance yang bagus.
Faktor jumlah fans dan mutu menjadi salah satu penyebab. Sehingga meski hanya kompetisi pra musim, Piala Presiden juga menunjukan hasil yang hampir sama.
Sementara untuk pertandingan Tim Nasional Indonesia juga memiliki nilai jual yang tinggi. Apalagi sejak masuk Shin Tae Yong sebagai Pelatih Kepala seperti membuat masyarakat penasaran dengan kualitas permainan Timnas Indonesia.
Untuk mudah mengingatkan saja. Misalnya 2 turnamen dan 2 pertandingan persahabatan Timnas Indonesia. Yakni :
- Kualifikasi AFC U-20
- Kualifikasi AFC U-16
- Pertandingan FIFA Match Day Indonesia melawan Curacao
Berdasarkan info yang dikumpulkan, diperkirakan hak siar yang dilepas PSSI sekitar Rp. 24 miliar. Dimana hak siar 2 pertandingan Indonesia melawan Curacao sebesar Rp. 10 miliar. Sementara sisanya untuk 2 turnamen AFC di atas.
Dari perhelatan timnas Indonesia ini, PSSI sepertinya tak banyak memperoleh cuan. Maklum PSSI harus menanggung biaya pertandingan. Bahkan PSSI, sebagai tuan rumah yang mengundang, harus menanggung seluruh kebutuhan timnas Curacao.Â
Dari LED sponsor di lapangan pun tampak tak banyak logo sponsor yang muncul. PSSI tampaknya lebih ingin mengambil benefit yang tak bisa dinilai dengan uang, yaitu timnas bisa bermain maksimal dengan bertanding di kendang sendiri.
Dan memang terbukti bahwa Timnas U-16 dan Timnas U-20 tampil menjadi juara Group. Sementara Timnas Indonesia juga menunjuk permainan yang baik.
Perfomance pertandingan timnas Indonesia (termasuk U-16 dan U-20) pun sesuai prediksi. Secara keseluruhan memperoleh rating/share tak kurang dari 6%/25%.
Bahkan pada pertandingan terakhir U-16 Indonesia melawan Vietnam bisa memperoleh rating 9,1% dan share 41,9% yang ditaksir disaksikan sekitar 3,5 juta pemirsa.
Sedangkan pertandingan U-20 Indonesia (yang juga) melawan U-20 Vietnam mendapat rating 8,5% dan share 35,9% yang setara dengan 3,2 juta pemirsa.
Sementara pada pertandingan pertama FIFA Match Day antara Indonesia melawan Curacao memperoleh rating 7,6% dan share 34% yang disaksikan sekitar 2,8 juta pemirsa.
Sehingga tak mengherankan bila hak siar pertandingan sepak bola bikin pening. Seperti naik roller coaster -- dimana sensasi yang menyenangkan dengan perolehan performance tetapi membuat dag-dig-dug dalam hal performance sponsorship.
Apalagi dalam kondisi ekonomi yang tak menentu ini -- sayangnya pihak distributor cenderung tidak mau ikut pusing. Bahkan mereka (pura-pura) tak tahu kalau minat orang menonton bola di tv tak lagi prioritas karena untuk melihat proses gol dan drama yang terjadi sepanjang pertandingan, dapat lihat di Youtube. Tanpa harus mantengin 90 menit lebih tv.
Mungkin jika tidak ada Youtube, perfomance rating dan share Liga Champion pasti bisa lebih tinggi dari sekarang ini. Pun perfomance pertandingan Liga Inggris.
Seperti yang disampaikan salah satu orang yang berpengalaman pembelian hak siar, eksklusifitas sebuah pertandingan sepak bola jauh berkurang karena bisa menyaksikan hasil dan drama di lapangan hijau pasca pertandingan tanpa harus menyaksikan tayangannya.
Kayaknya tambah pening ya.. Udah harga hak siar melangit, jualan bikin ketar-ketir dan eksklusifitas juga berkurang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI