Mohon tunggu...
andi chairil
andi chairil Mohon Tunggu... Lainnya - Mantan wartawan dan praktisi media

Mantan wartawan dan praktisi media elektronik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Becak Anies Seleraskan Metodelogi Kampanye Prabowo?

16 Januari 2018   20:30 Diperbarui: 17 Januari 2018   18:11 1581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Genap 3 bulan Anies Baswedan menjabat Gubernur DKI Jakarta, beberapa gebrakannya terhitung banyak mengundang kontroversi bagi sejumlah kalangan menengah ke atas -- baik itu bagi yang ber-KTP Jakarta maupun yang tinggal di luar Jakarta.

Mencoba mengingat-ingat kebijakan Anies mulai dari soal reklamasi -- yang merupakan janji kampanye Anies -- Sandi yang hingga kini masih pro-kontra -- kemudian soal penataan Tanah Abang, pernyataannya tentang pencabutan pelarangan sepeda motor melintas di Jl. Sudirman -- Thamrin bahwa, "Jakarta milik semua warga Jakarta" dan yang terakhir adalah kebijakannya untuk membuat rute becak di Jakarta. 

Seluruh kebijakan tersebut terkesan bersifat populis. Ingin memanjakan wong cilik. Memang setiap orang harus memiliki hak untuk 'dimanjakan' oleh pemerintah (daerah). 

Namun agar dibalik hak dimanjakan itu tidak merugikan banyak orang, maka diperlukan aturan. Meski karena aturan itu menimbulkan kontradiksi. Yakni segelintir warga menjadi terpinggirkan. Namun sebuah keniscayaan bahwa masyarakat memang perlu diatur untuk kepentingan masyarakat itu sendiri.

Lantas, apakah kebijakan itu karena ingin populis semata ? Atau bersifat politis ? Jika ingin populis, sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan Anies tanpa harus membuat kebijakan yang kontraproduktif yang membuang energi untuk berdebat tepat atau tidak. 

Misal pemenuhan air bersih atau bagaimana menata mobilitas warga Jakarta sekitarnya lebih lancar. Bukan malah menambah potensi keruwetan. Lagi pula untuk apa Anies tergesa-gesa membuat kebijakan populis saat baru 3 bulan menjabat jadi orang nomor 1 di Ibukota Negara ini. 

Bukankah seharusnya Anies lebih berpikir jauh ke depan menyiapkan Jakarta di masa depan, yang tidak saja nyaman, indah, modern serta dengan penduduk yang kian tertib dan meningkat keekonomiannya ?

Apakah dengan menghadirkan rute becak dapat membuat warga Jakarta lebih nyaman dan meningkat taraf hidupnya ? Apakah selama ini ada protes warga Jakarta atas ketiadaan becak? 

Rasanya, tidak ! Pengayuh becak itu akan datang dari luar kota. Bukan orang Jakarta asli dan ketika mereka berduyun-duyun datang, bagaimana kesediaan mereka untuk berlindung dari terik dan hujan ? Siapkan Anies menjawab dampak-dampak yang mengiringi kehadiran para Pengayuh Becak tersebut ? Termasuk potensi bentrok dengan Ojek (online) yang kelak dilarang masuk ke dalam kampung oleh para Pengayuh Becak.

Lantas ke mana arah kebijakan Anies Baswedan ini ?

Karena tahun 2018 -- 2019 adalah Tahun Politik, maka penulis mencoba pendekatan politis pula dalam membaca arah kebijakan Anies ini. Sebagai penantang Jokowi di Pilpres 2019, Prabowo jelas kalah langkah dengan Jokowi sebagai incumbent. Dalam 3 tahun terakhir ini tentu Jokowi dengan mudahnya memamerkan karya-karya yang telah dibuatnya yang nyata bisa dimanfaatkan rakyat Indonesia -- seraya menyimpan erat kekurangannya.

 Sementara apa yang bisa dipamerkan oleh Prabowo sebagai oposisi selain janji-janji kampanye sembari menelanjangi kekurangan Jokowi selama jadi Presiden ? Meski Prabowo banyak merebut posisi Ketua Organisasi Kemasyarakatan seperti Ketua Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) dan Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI).

Sebelumnya Prabowo sempat menjabat Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), yang kini dipegang Jend. (Pirn) Moeldoko, yang dekat dengan Jokowi -- toh itu tidak bisa menjual prestasi Prabowo, kecuali untuk menjaga pundi-pundi suara pemilih kelak. 

Karena itu, Prabowo sangat berkepentingan jika Gubernur dan calon Gubernur yang diusung oleh Prabowo kelak menjadi kepanjangan-tangan  dari Prabowo, yang nanti akan jadi portofolio dari kebijakan Prabowo bila jadi Presiden RI. Ia butuh contoh konkrit dari metodelogi isi kampanye yang akan digaungkan selama proses kampanye Pilpres 2019. Ia tak ingin bicara retorika.

Diperkirakan isi kampanye Prabowo tak akan jauh-jauh dari visi yang diutarakan saat Pilpres 2014 lalu -- dengan penambahan akan lebih memperhatikan kepentingan dan keinginan umat Islam. 

Seperti kita ketahui bahwa di pertengahan masa kampanye Pilpres 2014, Prabowo banyak berhubungan dengan kalangan umat Islam kanan dan berlanjut hingga sekarang sampai. Prabowo akan menekankan isu untuk kalangan marjinal : Kepentingan Orang Terpinggirkan dan Nasionalisme. 

Untuk isu Nasionalisme, sebagai Tentara bukan hal yang sulit untuk mempercayai bahwa kecintaan Prabowo terhadap Negara ini. Latar belakang Sang Ayah, Sumitro Jojohadikusumo, juga memperkuat asumsi. Meski jika ingin didebatkan, bisa juga menetralisir asumsi nasionalisme seorang Prabowo.

Namun mengenai isu Kepentingan Orang Terpinggirkan ? Belum ada bukti yang menonjolkan bahwa Prabowo seia-sekata dengan yang (akan) dijanjikan selama kampanye kelak. Adalah peran Anies dan calon-calon Gubernur yang kelak terpilih untuk menjadi contoh nyata dari janji-jani Prabowo. 

Sehingga bila diperhatikan kebijakan-kebijakan Anies sangat memanjakan Kepentingan Orang Terpinggirkan : Kaki lima, keleluasan pemotor, kesempatan orang bekerja meski mengayuh becak hingga membuat Monas bisa dinikmati orang-orang susah mencari tempat hiburan murah. Sementara isu Reklamasi dan penutupan tempat hiburan malam akan dikaitan dengan visi yang lain lagi.

Sehingga secara tidak langsung, sebenarnya Anies tengah mengisi kekosongan portofolio Prabowo untuk menyaingi Jokowi kelak. Prabowo akan lantang mengatakan, "Lihat kebijakan Gubernur dan Bupati-Walikota yang saya usung. Kebijakan mereka terhadap orang-orang lemah..orang-orang terpinggirkan sangat nyata dan itu adalah bukti dari kebijakan saya". 

Prabowo akan menggiring masyarakat bila ia jadi Presiden, bahwa kalangan marjinal tersebut menjadi perhatiannya. Bila asumsi ini benar, maka sangat disayangkan bila Anies, seorang intelektual muda -- yang (sempat) saya kagumi -- ternyata tidak mampu istiqomah sebagai seorang pemimpin yang seharusnya bekerja untuk kepentingan banyak orang (warga Jakarta). Bukan untuk kepentingan politik seseorang.

Atau, jangan-jangan Anies secara tidak langsung juga tengah membuat portofolio untuk menciptakan isu kampanye untuk dirinya kelak yang peduli Kepentingan Orang Terpinggirkan atau kaum marjinal ? Mudah-mudahan asumsi saya terhadap Anies terkait kepentingan Prabowo atau dirinya sendiri, salah !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun