Mohon tunggu...
Juliandi
Juliandi Mohon Tunggu... Swasta -

Tetap menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Saat Lebaran jadi Ajang Dosa

18 Juni 2018   10:57 Diperbarui: 18 Juni 2018   11:20 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkumpul bersama keluarga menjadi pemicu utama untuk mudik. Anak rantauan ataupun tidak berusaha mewajibkan momen kumpul ini diwujudkan. Makan bersama, cerita sana-sini, tertawa bersama sungguh dicari saat lebaran bagi kebanyakan orang.

Tentunya kesedihan bukanlah menjadi buah bibir yang dibahas mutlak, lebaran adalah pesta, pesta makanan tentula pasti, karena meja penuh dengan berbagai kue, bolu, serta makanan ringan lainnya, selain itu ada juga jenis minuman bersoda atau sirup sebagai simbol pesta lebaran. Tak lupa juga berbagai makanan berat seperti opor, rendang, atau olahan daging lainnya dan tentu saja ketupat menjadi penegas bahwa hari itu memang lebaran.

Terkadang lebaran memang identik dengan pesta makanan dan minuman, dengan berbagai bentuknya dan tradisinya lebaran bisa disebut pesta. Pesta dengan kegembiraan menyambut kemenangan, entah kemenangan dari apa? Apakah kemenangan selepas puasa? Atau kemenangan menahan hawa nafsu?. Bukannya dulu para sahabat atau salafus sholih justru bersedih ketika Ramadan berakhir soalnya kesempatan untuk mendapat gelimang pahala menjadi berakhir dan mereka khawatir tidak bakal bertemu lagi dengan Ramadan selanjutnya.

Berkumpul saat lebaran tidaklah menjadi soal tapi ada beberapa hal yang membuat makna Idul Fitri menjadi berubah, berikut beberapa hal tersebut:

1. Topik pembicaraan terkadang merembet ke gossip, menggunjing, membuka aib orang, membicarakan kejelekan orang, ataupun bahkan berubah menjadi fitnah. Ini yang terkadang dilakukan sebagian orang ketika berkumpul bersama keluarga entah disadari atau tidak mengerti semua itu adalah dilarang dalam Islam. 

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang." (QS. Al-Hujurat:12). 

Sabda Rasulullah SAW berikut ini: "Tahukah kalian apa itu ghibah? Jawab para sahabat : Allah dan rasul-Nya yang lebih mengetahui. Maka kata Nabi saw: "engkau membicarakan saudaramu tentang apa yang tidak disukainya. Kata para sahabat: Bagaimana jika pada diri saudara kami itu benar ada hal yang dibicarakan itu? Jawab Nabi SAW: Jika apa yang kamu bicarakan benar-benar ada padanya maka kamu telah mengghibah-nya, dan jika apa yang kamu bicarakan tidak ada padanya maka kamu telah membuat kedustaan atasnya."(HR Muslim/2589, Abu Daud 4874, Tirmidzi 1935).

2. Riya atau menampakan kebaikan, bangga dengan diri sendiri, sombong. Momen lebaran kadang juga menjadi ajang membanggakan diri atau membuktikan diri bahwa telah sukses, baik itu melalui perbuatan atau penampakan perhiasan dan peralatan yang dibawa.

3. Soal status juga menjadi buah bibir ketika kumpul. Entah dengan maksud membanggakan diri atau mengkritisi yang terkandang menimbulkan rasa prasangka atau menyakiti hati seseorang. Baik itu status soal kerja atau jodoh, bagi yang punya pekerjaan yang lebih mumpuni menjadi magnet untuk diajak bicara ketimbang orang yang tak punya pekerjaan.

4. Dan juga terkadang besaran THR menjadi ukuran kekayaan seseorang, bahkan sebagian orang menganggap THR sebagai simbol silaturahmi soalnya niatan mengunjungi atau berkumpul dengan keluarga pemicunya adalah THR.

5. Sholat 5 waktu jadi molor. Gegara momen kumpul-kumpulan sambil makan-makan melupakan suara azan yang terdengar, sangking asyiknya sampai menunda sholat bahkan sebagian orang melupakannya. Sholat adalah kewajiban setiap muslim, tiang agama, dan pembeda antara kekufuran dan keimanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun