Mohon tunggu...
Andi AtikahMelinda
Andi AtikahMelinda Mohon Tunggu... Jurnalis - PWK ITK 2017

PWK ITK 2017

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kondisi Terumbu Karang di Raja Ampat

29 Maret 2019   16:42 Diperbarui: 29 Maret 2019   16:59 1383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Terumbu Karang di Raja Ampat
Sumber: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/03/21/apa-kabar-terumbu-karang-raja-ampat


 

Indonesia merupakan salah satu Negara Kepulauan (Archipelagic State) berdasarkan hasil keputusan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut, dimana suatu negara dapat disebut negara kepulauan apabila negara tersebut terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain (pasal 46 butir (a). Hal tersebut didasari karena Indonesia memiliki 17.508 pulau besar dan kecil, luas wilayah darat 1,937 juta km2, luas laut 5,8 juta km2 dengan garis pantai terpanjang didunia, sehingga dapat dikatakan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia.

Secara geografis, Indonesia terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Hindia dan Pasific) serta dilalui oleh garis khatulistiwa menjadikan Indonesia di anugerahi kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Fungsi laut bagi Indonesia sendiri merupakan sebagai alat pemersatu bangsa, alat perhubungan, medan pertahanan dan sebagai pengelolaan sumber daya alam untuk kesejahteraan bangsa Indonesia.

Kekayaan sumber daya alam pesisir dan lautan Indonesia hadir dalam bentuk suatu ekosistem yang disebut ekosistem pesisir. Umumnya, ekosistem pesisir terdiri dari beberapa komponen penyusun, diantaranya ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove, ekosistem padang lamun dan ekosistem estuari. Ekosistem tersebut saling berhubungan melalui aliran arus air dan migrasi biota laut (Dahuri, 2003).

Pada laut tropis, khusunya zona neritik (perairan dangkal dekat tepi pantai), cahaya matahari masih dapat menembus hingga zona ini, sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Oleh karena itu, terdapat suatu komunitas yang terdiri dari karang batu dan organisme laut lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Terumbu karang dapat tumbuh baik pada daerah tropis atau daerah-daerah tertentu yang sedikit mengalami sedimentasi karena tidak terpengaruh adanya arus dingin dari kutub selatan (Suharsono, 2008).

Di Indonesia terumbu karang memiliki peran penting bagi biota laut dan manusia, diantaranya adalah,

(a) Pelindung ekosistem laut: terumbu karang dapat menahan energi gelombang sehingga dapat mencegah terjadinya abrasi (McAdoo, 2008),

(b) Rumah bagi biota laut: terumbu karang bagaikan pohon tempat hewan berlindung di lautan, karena banyak hewan dan tanaman laut yang mencari makan, berkembang biak dan berlindung. Bagi manusia, terumbu karang memiliki potensi perikanan yang sangat besar, baik sebagai sumber makanan ataupun mata pencaharian mereka (Barnes dan Hughes, 1999),

(c) Sumber obat-obatan: banyak terdapat kandungan bahan-bahan kimia pada terumbu karang yang diperkirakan dapat menjadi obat bagi manusia. Saat ini penelitian mengenai bahan kimia tersebut digunakan untuk mengobati penyakit manusia (Ghoshal dan Lakhsmi, 2004),

(d) Objek Wisata dan Penelitian: terumbu karang yang bagus dapat menarik minat wisatawan sehingga dapat menjadi alternative pendapatan masyarakat sekitar (Hoegh-Gulderber, 1999) serta sebagai daerah penelitian untuk mengetahui jenis ikan dan organisme laut serta kawasan terumbu karang yang belum diketahui manusia (Nababan, 2009).

Secara geografis, Raja Ampat berada pada koordinat 2o25'LU-4o25'LS dan 130o-132o55'BT. Kabupaten Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten di provinsi Papua Barat. Ibukota kabupaten Raja Ampat adalah Waisai, yang juga merupakan pusat pemerintahan. Luas wilayah kepualauan Raja Ampat ialah 46.108 km2 yang terdiri dari 10 distrik, 86 kampung dan 4 dusun. Sebagai wilayah kepulauan, kabupaten Raja Ampat terdiri dari 610 pulau, yang termasuk kepulauan Raja Ampat dan empat pulau besar lainnya yaitu Pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool. Daerah ini memiliki panjang garis pantai 4.860 km dengan 34 pulau yang berpenghuni.

Berdasarkan konteks regional Kawasan Laut Raja Ampat masuk dalam Kawasan segitiga karang dunia dan merupakan Kawasan penting keanekaragaman hayati pesisir dan laut. Raja Ampat memiliki potensi karang dan ikan karang dengan kondisi baik dan pemandangan pantai serta pulau-pulau yang indah. Hal ini menjadikan Raja Ampat sebagai salah satu tujuan wisata laut yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal dan mancanegara. Berdasarkan data dari tahun ke tahun, jumlah kunjungan wisatawan ke Raja Ampat mengalami peningkatan, hal ini berdampak pada kondisi ekonomi yang lebih baik di sekitaran Raja Ampat.

Keanekaragaman hayati khusunya ekosistem terumbu karang di Raja Ampat terbentang di wilayah dangkal di hampir semua pulau-pulau. Tipe terumbu karang yang terdapat di Raja Ampat umumnya berupa karang tepi (fringing reef), terumbu cincin (Atol) dan terumbu penghalang (barrier reef). Raja Ampat memiliki terumbu karang yang indah dan kaya akan berbagai jenis ikan dan moluska. Berdasarkan hasil penelitian, tercatat 537 jenis karang keras (CI, TNC-WWF), 9 diantaranya adalah jenis baru dan 13 jenis endemik. Jumlah ini merupakan 75% dari jumlah karang di dunia. Tercatat juga 828 (CI) dan 899 (TNC-WWF) jenis ikan karang sehingga dapat diketahui Raja Ampat mempunya 1.104 jenis ikan yang berasal dari 91 famili (Mambrisaw, dkk. 2006).

Kerusakan terumbu karang di Indonesia meningkat secara cepat. Status terumbu karang dalam kategori sangat baik di Indonesia hanya 6,5% dengan jumlah 70 site dan yang buruk memiliki persentase 36% dengan jumlah 386 site. Penyebab utama kerusakan ekosistem terumbu karang umumnya disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebutkan bahwa kerusakan terumbu karang mayoritas diakibatkan oleh faktor alam dan perubahan iklim. Adapun kerusakan yang diakibatkan faktor alam diantaranya adlah, gempa bumi, tsunami, perubahan suhu air laut, letusan gunung Merapi, pemangsa dan penyakit. Perubahan iklim menyebabkan terjadinya pemanasan global yang berpengaruh terhadap kondisi terumbu karang.

Terpapar sinar matahari secara langsung dan besar-besaran dapat mengakibatkan terumbu karang mengalami pemutihan, karena terumbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan sekitar. Pemutihan karang merupakan ancaman paling serius, karena hal tersebut tidak bisa dicegah oleh manusia dan dampaknya akan terus terjadi sampai kapanpun. LIPI menyebutkan bahwa saat ini proses pemutihan karang terjadi semakin cepat dibandingkan dekade sebelumnya, jika dulu pemutihan karang terjadi selang waktu 14 tahun sekali, saat ini frekuensi pemutihan karang bisa terjadi dalam selang waktu 6 tahun sekali.

Hal ini dapat mengganggu proses pemulihan karang. Selain faktor alam, kerusakan terumbu karang di Indonesia juga terjadi karena beragam aktivitas yang dilakukan manusia di sekitar terumbu karang seperti penangkapan ikan, kegiatan pariwisata, mencemari laut. Adanya kegiatan-kegiatan tersebut juga dapat mengancam kehidupan terumbu karang.

Kegiatan penangkapan ikan menggunakan bahan peledak mampu merusak terumbu karang, bom ikan seberat satu kilogram dapat merusak terumbu karang seluas 4,9 m2. Aktivitas pengeboman tersebut hingga saat ini masih marak terjadi di perairan Indonesia khususnya di pulau-pulau kecil yang jauh dari pengawasan pemerintah Indonesia. Kegiatan pariwisata tidak hanya bermanfaat dari sisi ekonomi, tetapi juga dapat menimbulkan kerusakan terhadap terumbu karang.

Terumbu karang merupakan makhluk hidup yang sensitif, banyak wisatawan yang menyelam dan tidak sedikit yang menyentuh bahkan membawa pulang terumbu karang tersebut dan tidak sedikit pula yang membuang sampah dilaut, hal ini bisa mengancam kehidupan terumbu karang.

Terbaru kini, adanya kerusakan terumbu karang secara besar-besaran yang diakibatkan oleh tabrakan kapal pesiar pesiar asal Inggris, Caledonian Sky di Raja Ampat. Kapal tersebut kandas dan pergerakan untuk keluar dari area kandas tersebut menabrak sekumpulan terumbu karang di Raja Ampat. Diketahui luasan terumbu karang yang mengalami kerusakan adalah mencapai seluas 1.600 m2. Akibat dari kejadian tersebut Indonesia menuntut ganti rugi sekitar 17 miliar hingga 25 miliar untuk memulihkan kondisi terumbu karang di Raja Ampat.

Kerusakan terumbu karang dapat mempengaruhi keseimbangan alam khususnya di laut. Mengingat banyaknya fungsi dan manfaat dari terumbu karang, maka sudah seharusnya untuk dijaga dan dilestarikan. Kelestarian terumbu karang yang terjaga juga menyebabkan ekosistem alam juga ikut terjaga, serta dapat membantu perekonomian masyarakat.

Terumbu karang juga bermanfaat sebagai pelindung wilayah pesisir dari ancaman pengikisan yang terjadi akibat arus dan ombak. Tanpa adanya terumbu karang, maka dapat mengakibatkan kurangnya perlindungan terhadap tepi pantai. Oleh karena itu, menjaga dan melestarikan terumbu bukan hanya tugas pemerintah, melainkan tugas untuk seluruh masyarakat di Indonesia.

 

Sumber Referensi

Anonim. 2017. Kerusakan Terumbu Karang di Raja Ampat lebih besar dari 1.600m2. Diakses pada 18 Maret 2019: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39276966

Bonnke P. Sagai, dkk. 2017. Kondisi Terumbu Karang di Pulau Salawati Kabupaten Raja Ampat Papua Barat. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. 1(2):1-6.

Cornelia Mirwantini, dkk. 2017. Estimasi Kerugian Ekonomi Kerusakan Terumbu Karang Akibat Tabrakan Kapal Caledonian Sky di Raja Ampat.

Gita Amanda. 2017. Kronologi Rusaknya Terumbu Karang di Raja Ampat oleh Caledonian Sky. Diakses pada 20 Maret 2019:

https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/03/14/omsdz4328-kronologi-rusaknya-terumbu-karang-raja-ampat-oleh-caledonian-sky

M. Ambari. 2018. Kerusakan Terumbu Karang di Indonesia Dipicu Dampak Perubahan Iklim. Diakses pada 20 Maret 2018. https://www.mongabay.co.id/2018/11/30/kerusakan-terumbu-karang-di-indonesia-dipicu-dampak-perubahan-iklim/

Suharto. 2009. Pengembangan Alliance Strategic Supply Chain Management Pengadaan Kapal Angkatan Laut Republik Indonesia [tesis]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun