Tak lama dari situ nampak para remaja dan anak anak  dan juga terlihat ada diantaranya ibu ibu yang berduyun duyun  menuju  jalan utama  dusun.
Mereka  sepertinya membentuk barisan sendiri dan berarak arakan  seraya menabuh  peralatan dapur seadanya  yang mereka bawa  dari rumahnya masing masing .
Alat alat yang mereka bawa antara lain seperti piring seng, kuali kecil, baskom lengkap dengan alat penabuhnya seperti sendok dan centong makan terbuat dari tembaga.
 Tin tin.
Terdengar suara klakson mobil tua “ colt mitsubishi “milik  Indra yang mendahului arak arakan sekaligus menjadi  voredes arak arakan warga dusun. Rupanya tujuan Indra buru buru pamit keluar dari masjid seusai sholat gerhana tadi, tak lain hanya akan mengkoordinir arak arakan  warga dusun.,Â
Teng.. tong..teng ..teng ..tong
Bunyi gaduh tetabuhan saling bersautan yang meramaikan sepanjang jalan utama  di dusun di pagi hari ini .
Tak lama kemudian terdengar  suara beduk bertalu talu yang ditabuh para pemuda dari arah masjid dusun. Memang di dusun kecil itu ada dua masjid satu masjid dibangun bagian hilir dusun  dan yang satu lagi masjid dibangun  dibagian hulu dusun.
Maka lengkaplah kemeriahan dusun itu menyambut datangnya fenomena gerhana matahari. Sekaligus untuk mengusir sang raksasa berkulit hitam dan berwajah bengis yang akan menelan matahari sebagaimana yang menjadi  kepercayaan sebagian besar warga dusun setempat.
Baru beberapa menit berlalu  usai mendengarkan  tausiah chotib masjid, rupanya warga dusun seperti sudah lupa isi dan peringatan dalam tausiah chotib di masjid tadi
Pada hal chotib Masjid  sudah memperingatkan bahwa dengan membunyikan tetabuhan seperti menumbuk lesung, menabuh alat alat dapur itu adalah sebuah perbuatan keliru dan menyelisih aqidah dalam islam atau dengan kata lain perbuatan menabuh alat alat dapur dan menumbuk lesung dikala Gerhana bulan atau gerhana matahari menurut Chotib masjid sebagaimana yang terjadi pagi ini  adalah sebuah perbuatan “  bid’ah.