Sebagai Ummat Islam, penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana Islam menghadapi moment semacam ini? Tentu saja, bukan hanya melewatkannya dengan berfoto-foto ria. Islam punya tuntunan sendiri dalam hal ini sebagaimana yang dituntunkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Keyakinan Keliru yang menyelisihi aqidah
Banyak masyarakat awam yang tidak paham bagaimana menghadapi fenomena alami ini. Banyak di antara mereka yang mengaitkan kejadian alam ini dengan mitos-mitos dan keyakinan khurofat yang menyelisihi aqidah yang benar. Dalam tausiahnya ia pun sempat menyindir warga kampung itu. Chotib sempat menyindir warga dusun
“Di antaranya saudara saudara kita , ada keyakinan yang menyelisihi aqida, mereka mendapat ceritera yang salah secara turun temurun.” Ujar Chotib masjid.
“Tugas saya hanya mengingatkan saja “ Tambah Chotib dalam tausiahnya
Mereka meyakini bahwa di saat terjadinya gerhana, ada sesosok raksasa besar bekulit hitam bermuka bengis yang sedang berupaya menelan matahari sehingga wanita yang hamil disuruh bersembunyi di bawah tempat tidur dan masyarakat menumbuk lesung dan alu serta menabuh berbagai peralatan dapur guna mengusir sang raksasa.
Sebagian lagi ada diantara masyarakat seringkali mengaitkan peristiwa gerhana dengan kejadian-kejadian tertentu, seperti adanya kematian atau kelahiran, dan kepercayaan ini dipercaya secara turun temurun sehingga menjadi keyakinan umum masyarakat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun membantah keyakinan orang Arab tadi. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat gerhana tersebut, maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044)
“Itulah keyakinan-keyakinan keliru yang seharusnya tidak dimiliki seorang muslim ketika terjadi fenomena alam semacam ini.” Kata chotib masjid mengakhiri tausiahnya.
Usai sholat terutama ibu ibu dan anak anak langsung behamburan keluar masjid pulang kerumah masing masing. Sebagian lagi jemaah , terutama orang orang tua sepuh , seraya berzikir tetap ditempat sampai berakhir perkiraan waktu gerhana.