Anita tak menyangka, niatnya pergi bersama rekan perempuannya bakal berujung pada pemerkosaan.
Malam itu usai menunaikan sholat isya Anita diajak keluar oleh “Ida“, rekan perempuannya yang sesama siswa kursus menjahit di sebuah kafe yang letaknya tak begitu jauh dari tempat kost.
Anita dikenalkan kepada pemilik Kafe dan ternyata lelaki muda itu adalah anak pemilik tempat kost dimana Anita tinggal. Karena merasa anak pemilik kost tempat tinggalnya, Anita tanpa curiga meminum es jeruk yang sudah ditaburi obat tidur yang disodorkan oleh salaj seorang pelayan kafe.... di situlah berawalnya bencana yang menimpa dirinya.
"Lelaki itu buaya, saya tertipu dengan janji manisnya,“ ujar Anita terisak
Dokter Arman yang berprofesi sebagai dokter muda dan terikat dengan sumpah dokter sebagaimana yang ia ucapkan di hadapan civitas akademika perguruan tinggi yang telah menggemblengnya, memahami benar apa yang harus dilakukannya tarhadap wanita belia di hadapannya itu.
Di telinga Arman masih terngiang ngiang pesan rektornya.
“Kepada para dokter yang baru lulus, saya ingatkan dalam melaksanakan tugas harus selalu mengingat sumpahnya,“ pesan sang Rektor ketika melepas dirinya dan para dokter yang baru selesai diambil sumpahnya di kala itu.
Dokter Arman paham benar, bahwa permintaan Anita untuk menggugurkan kandungan merupakan perbuatan tercela dan dapat dihukum sesuai hukum yang berlaku.
Seusai memeriksa Anita, Lalu dokter Arman hanya memberikan pil-pil (yang sebenarnya vitamin) dengan pura-pura bahwa pil-pil tersebut dapat menggugurkan kandungan Anita. Setelah itu Anita beberapa kali datang ke tempat praktek dokter Arman.
Semakin lama kandungan Anita semakin besar dan pada saatnya wanita itu melahirkan dengan selamat.
Namun beberapa waktu kemudian, setelah kelahiran putri Anita, dokter Arman dikagetkan dengan kedatangan seorang lelaki berbadan tegap dan berambut “cepak” ke tempat prakteknya. Lelaki itu marah marah seraya menggebrak meja, dia mengaku kerabat dekatnya keluarga Anita