Mohon tunggu...
Andi Alfian
Andi Alfian Mohon Tunggu... Penulis - Sekolah Anak Muda

Direktur Eksekutif Sekolah Anak Muda

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kapitalisasi Ruang Publik di Makassar

10 Agustus 2024   09:00 Diperbarui: 10 Agustus 2024   09:06 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyusutnya ruang publik yang dapat diakses secara setara dan gratis menghasilkan ketimpangan dan ketidakadilan spasial. Misalnya, ada ruang publik di mana layanan sosial seperti pendidikan yang seharusnya dapat dijangkau secara setara oleh semua warga---dalam konteks pengalaman saya adalah mahasiswa---hanya dapat diakses oleh mahasiswa yang berduit.

Dalam konteks sosial seperti ini, orang kaya, dengan hasrat mengumpulkan lebih banyak keuntungan lewat "uang-berlimpah" yang mereka punya, berlomba mengakuisisi ruang-ruang publik strategis untuk mereka miliki dan mereka kapitalisasi. Sementara, warga kelas menegah-bawah terpinggirkan, tergeser ke ruang-ruang yang tidak memiliki infrastruktur yang memadai.

Di konteks mahasiswa, refleksi serupa dapat diajukan: ke mana ruang-ruang publik yang dulu dipunyai oleh mahasiswa untuk diskusi? Apakah ruang publik yang dulu tersedia telah dirampas oleh kampus menjadi toko swalayan? Ke mana pohon-pohon tempat kita berdiskusi dulu? Apakah pohon-pohon itu kini sudah dibabat untuk alasan pembangunan gedung kampus yang hanya bisa dinikmati oleh satu-dua orang saja?

Saya tidak tahu apakah tindakan menolak menjadi pembicara di sebuah diskusi publik itu berlebihan, tapi itu adalah bentuk komitmen kecil kami untuk menentang kapitalisme, khususnya kapitalisasi ruang publik yang memperparah ketidakadilan spasial. Kita butuh ruang publik yang lebih inklusif dan adil bagi semua orang. Ruang publik yang dapat diakses untuk semua kalangan warga negara terlepas dari latarbelakang sosial dan kemampuan finansial mereka.

Tentu saja, untuk mengatasi persoalan semacam ini tidak mudah, tapi saya berharap kita bisa memulainya dengan langkah-langkah kecil: mulai (1) mengusahakan kegiatan di ruang publik yang dapat diakses secara yang adil bagi setiap orang, dan (2) menolak komodifikasi ruang dengan memprioritaskan kebutuhan warga negara secara setara di atas keuntungan pribadi dan korporat. Demikian, kita dapat berjuang mewujudkan masa depan di mana keadilan spasial dapat terpenuhi dan setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat, belajar, dan berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun