Setiap sore hari di komplek perumahan kami ada seorang Nenek yang suka berkeliling berjualan berbagai jenis telor mulai dari telor ayam, telor itik sampai telor puyuh pun menjadi barang dagangan yang dikelilingkannya di sekitar perumahan kami, warga Komplek sering memanggilnya dengan sebutan “Umi” memang jika melihat dari perawakannya mungkin Umi berusia sekitar 70 tahun karena badannya sudah sedikit membongkok kedepan dan terlihat jelas kerut diwajahnya sudah menandakan bahwa umi memang sudah sangat tua, jika sedang berjualan Umi selalu membawa kerangjang anyaman bambu tempat menyimpan telor dagangannya, jika dilihat sepintas cara berdagang Umi mungkin mirip dengan Mba Jamu Gendong Keliling yang selalu mengendong keranjangnya di belakang punggung dan di ikat dengan kain gendongan atau di daerah kami sering di sebut kain samping, itulah sosok Umi yang sering kami lihat apabila sedang menawarkan jualannya dari pintu ke pintu di komplek perumahan kami.
Singkat cerita pada suatu hari ketika Umi sedang berkeliling berjualan, tiba-tiba mendadak turun hujan. Yang membuat Umi tergesa-gesa untuk melindungi keranjang telornya dari guyuran hujan yang cukup lebat, Umi kemudian mengeluarkan lembaran plastik bening dari dalam kranjangnya, mungkin plastik itu sudah dipersiapkan Umi jika sewaktu-waktu memang akan turun hujan, saya bisa melihat dengan jelas apa yang sedang Umi sedang kerjakan karena kejadian tersebut tepat di depan halaman rumah saya, kemudian saya menghampiri dan berniat untuk membantu Umi yang sedang tergesa-gesa menutupi keranjang telornya, karena waktu itu hujan cukup lebat, akhinya saya mengajak Umi untuk berteduh di dalam rumah.
Setelah berada di dalam rumah, saya pun mempersilahkan Umi untuk duduk dan tidak lupa memberi segelas air teh panas untuk Umi, karena kelihatannya Umi cukup kedinginan dengan baju basahnya yang tadi terguyur hujan, saya kemudian menanyakan alasan Umi berjualan, karena menurut saya di usia senja Umi, sudah selayaknya Umi beristirahat dan menikmati hari tuanya.
Saya
:
Kenapa Umi berjualan padahal usia Umi sudah cukup tua ?
Umi
:
Dengan tenang menjawab, dengan satu Hadist “ Ibadahlah Kamu seakan Kamu Mati Besok dan Berusahalah Kamu seakan Kamu akan hidup selamanya”.
Saya tertegun mendengar jawaban Umi yang sangat enteng namun penuh makna, saya pun tidak bisa membantah dengan jawaban Umi tersebut, kemudian saya tanyakan kembali.
Saya
:
Apa Umi tidak punya Anak? lantas dimana mereka?, Seharusnya kan Anak-anak Umi memperhatikan kehidupan Umi.
Umi
:
Anak Umi banyak dan mereka sekarang berada di rumah.
dari raut muka yang nampaknya Umi enggan untuk menjawab, Karena saya semakin penasaran dengan sosok Umi kemudian saya tanya kembali.
Saya
:
Kalau berjualan biasanya Umi dapat keuntungan berapa?
Umi
:
Ya, tergantung berapa banyak telor yang Umi jual.
Saya
:
Memang berapa Sekilo?
Umi
:
Sekilo itu tergantung dari besar kecilnya telor, ada yang 17 butir ada juga yang 18 butir, Umi hanya mengabil keuntungan perbutir, dari satu butir Umi mendapatkan 50 Rupiah, jadi kalau satu kilo Umi mendapatkan sekitar 850 sampai 900 Rupiah.
Saya
:
saya baru tahu kalau sekilo itu isinya 17 sampai 18 butir hehe…
Memangnya itu telor siapa ?
Umi
:
Ini telor titipan tetangga Umi, tetangga Umi ada yang berternak Ayam dan Itik
Saya
:
Sehari Umi bisa menjual berapa Kilo ?
Umi
:
Ya, Paling banyak sekitar 10 Kilo, tapi seringnya sekitar 6 Kilo malah bisa Kurang.
Saya
:
Jadi keuntungan Umi sehari sekitar 5.000 sampai 9.000 Rupiah ya? Cukup untuk Kebutuhan sehari-hari ?
Umi
:
Insyalloh cukup.
Setelah bebrapa saat berbincang-bincang, nampaknya hujan mulai sudah cukup reda, sambil dibarengi oleh ucapan Umi yang meminta ijin pamit pulang. Akhirnya perbincangan kamipun selesai dan saya mempersilahkan Umi untuk pulang. Didalam rumah saya tertegun kembali dengan isi perbincangan tadi dan sikap Umi yang terlihat ikhlas menjalankan aktivitas di usia senjanya, kemudian bertanya-tanya kedalam diri sendiri mana mungkin dengan pendapatan sebesar itu Umi mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bersama anak-anaknya.
Kemudian setelah beberapa jam berlalu, saya mendengar suara pemberitahuan dari pengeras suara yang berasal dari Mesjid sekitar rumah, yang berisi pemberitahuan berita duka “ Innalilahi wa innailaihi rajiun, telah berpulang kerahmatulloh Ibu Rahmah pada sekitar pukul 19.34 menit, mudah-mudahan Amal ibadah Almarhumah diterima disisi Allah Swt “. Saya terkaget-kaget mendengar pemberitahuan tersebut, karena Ibu Rahmah itu adalah Umi, yang tadi sore masih sempat berbincang-bincang dengan saya, tanpa berpikir panjang, akhirnya saya segera pergi menuju rumah Umi untuk melayat Jasad beliau. Setelah tiba di rumahnya, Jasad Umi terbujur kaku dan di tangisi oleh sekitar 4 anak kecil, setelah beberapa saat kemudian saya bertanya kepada tetangga rumah sebelah Umi tinggal.
Saya
:
Itu Anak siapa yang menagisi Umi?
Tetangga Umi
:
Itu anak yatim yang di urus Umi.
Saya
:
Berapa anak?
Tetangga Umi
:
Empat Anak yatim yang diurus oleh Umi
Saya
:
Umi tadi sore masih berbicang-bincang dengan saya?
Tetangga Umi
:
Iya, tadi saya lihat Umi Pulang ke rumahnya dengan Baju yang sedikit Kebasahan.
Saya
:
Suami dan Anak kandung Umi kemana?
Tetangga Umi
:
Suaminya sudah meninggal beberapa tahun kebelakang dan Umi memang tidak punya anak kandung.
Setelah selesai berbincang dengan tetangga Umi tersebut, saya baru tersadar perbincangan tadi sore bersama Umi, jadi selama ini Umi berjualan di masa senjanya hanya untuk memenuhi kebutuhan Anak yatim piatu yang Umi urus dirumahnya, sungguh luhur cita-cita seorang Ibu Rahmah ini, mudah-mudahan apa yang selama ini dikerjakan oleh beliau untuk menghidupi anak yatim piatu mendapat balasan yang setimpal di sisi Allah Swt. Amin…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H