Mohon tunggu...
Tulis Ansa
Tulis Ansa Mohon Tunggu... Administrasi - Setiap kesulitan pasti ada kemudahan

Siapapun yang ingin menjadi teman saya dengan cara follow akun ini dengan senang akan saya follow balik 😊 kita sama-sama belajar...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Keluarga Daun Singkong

24 Maret 2022   09:55 Diperbarui: 24 Maret 2022   10:00 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keluarga Daun Singkong

by Andi Yasa

 "Aaaaaaaaaaaaakh, emaaaaaaaaaaak."

teriak anak laki-laki itu menangis kencang, suaranya yang nyaring hingga terdengar dari dapur sampai ke luar rumah. Sesuatu yang ada dipikiran anak itu adalah takut jika ada hantu yang menculiknya. Suasana yang gelap dan sunyi ditambah banyak sarang laba-laba yang menempel dikepala dan wajahnya. Tak lama lantai papan kian mengeluarkan suara hentakan berirama ,Semuanya berlari menuju ruang tengah mencari sumber teriakan itu yang menggelegar.

"Siapa yang menangis?" ucap sang ibu paruh baya dengan muka terlihat cemas sambil memandang kesegala arah sudut ruangan,

 "Adikmu mana." Tanya ibu itu lagi.

"Tadi main kelereng  disini bu." Jawab anak perempuan remaja berusia 14 tahun.

Tangisan itu semakin kencang tak kala anak laki-laki itu melihat cacing tanah yang sedang keluar daun-daun kering yang basah. Ia mengira cacing itu adalah Ular.

"Mak, lihat itu!" 

Teriak anak perempuan tadi sambil menunjuk kearah sisi pojok ruangan. Ternyata lantai rumah tersebut berlubang seukuran dua keping papan. Sontak dua perempuan yang berumur berbeda berlari menuju papan yang berlubang. lalu ditemukan seorang anak kecil dibawah rumah sambil menangis dengan pipinya yang basah kemudian wajah anak kecil itu berubah seketika ia terlihat sangat senang setelah melihat ibu dan kakaknya diatas tepat kepalanya. Anak bocah laki-laki terperosok hingga jatuh ketanah akibat papan yang sudah lapuk di injaknya.

"Emaaak, Tilo takuuut." 

teriakan anak kecil itu kian kencang  sambil mengangkat kedua tangannya isyarat meminta diangkat dari atas.

"Kamu ini, seperti tidak ada tempat lain untuk bermain." Ucap ibunya mendengus sambil menggelengkan keduanya.

"Emak, Tilo tadi kan cari kelereng tilo jatuh dilantai menggelinding, ketika Ketika mau ambil kelerengnya, Tilo langsung jatuh kesitu, terus Tilo ada liat Ular mak."   Jelas anak bocah laki-laki itu dengan muka polosnya sontak membuat perempuan paruh baya dan anak perempuan itu terkejut.

"Ha.. Ular, mana ular Tilo, kamu gak digigitkan." Ucap Ibunya sontak membuat Pompa darahnya mengalir lebih cepat sambil meraba-raba tubuh anak kecil itu khawatir anaknya digigit ular.

"Itu maaaaaak,"

 bocah laki-laki itu menunjuk kebawah rumahnya tempat ia terjatuh. Ibunya dan kakaknya dengan reflex sedikit mundurkan melangkahnya. Ibunya semakin mempertajam penglihatannya kearah bawah rumah yang bolong dan Ternyata itu hanyalah seekor cacing yang berada permukaan tanah mungkin sedang kepanasan. Ibunya kembali menggelengkan kepalanya sambil mengerutkan keningnya karena saking gemasnya terhadap bocah kecilnya itu.

"Tiloku sayang, itu bukan Ular.. itu cuman cacing yang sedang kepanasan makanya ia keluar." Ibunya kemudian menyentuh idungnya dengan pelan.

"Tilo kira itu ular ma, soalnya gak ada kakinya, maafin Tilo ya mak lantainya jadi bolong gara-gara tilo"  Terangnya dengan raut muka sedih.

"Udah, tidak apa-apa nanti ayah yang memperbaikinya ,laki-laki harus kuat, sekarang kamu main dihalaman rumah dulu ya ibu mau masak dulu, sebentar lagi ayah pulang."  

ujar ibunya kemudian Ia pun melanjutkan pekerjaannya didapur sedangkan Tilo langsung berlari kehalaman.

Keluarga Sederhana penuh kehangatan yang tinggal di Pedalaman Kalimantan, tinggal dirumah sederhana berukuran 8 x 10 Meter, beratap daun sagu, berlantai papan panjang berukuran 4 meter disetiap kepingnya, dinding yang dilapisi semen kawat tipis menjadikan ketahannya cukup kokoh. Dikedua sisi rumah terdapat dua jendela kayu yang dilapisi cat minyak berwarna merah, bagian belakang  rumah terdapat sungai yang biasa digunakan untuk aktivitas mandi dan mencuci pakaian, di halaman teras depan terdapat dua sepeda yang biasa digunakan untuk aktivitas sehari-hari, disamping halaman rumah terdapat lapangan yang biasa digunakan untuk menjemur padi ataupun hasil panen lainnya. Meski sangat sederhana dan terkadang serba kekurangan tidak hal apapun yang wanita paruh baya itu syukuri selain mempunyai keluarga kecilnya yang didasari cinta dan keindahan.

Siang itu setelah bermain seharian  bocah kecil itu menghampiri ibunya yang sedang memasak untuk masak siang. Menggunakan lesung batu kecil berbentuk bulat, terlihat ibunya menumbuk beberapa suing bawang merah dan putih tidak lupa ia menumbuk cabe kering yang telah dipotong kecil-kecil. Si bocah kecil itu terpangu memperhatikan kelakuan ibunya yang begitu lihat dalam menumbuk bahan-bahan masakan.

"Emak... Tilo lapar." seru bocah kecil itu sambil memonyongkan mulutnya. Ibunya sedikit terkejut melihatnya anaknya dengan muka yang penuh dengan kotoran tanah liat, warna bajunya hampir sebagian berwarna cokelat, rambut tipisnya acak-acakan bau matahari kembali menyengat. 


"Iya sebentar lagi siap Tilo sayang, kamu mandi dulu gih, baju kamu kotor sekali, emangnya Tilo dari mana.?" Tanya perempuan tua yang sedang menumbuk rempah-rempah dilesung.

"Tilo tadi menangkap ikan mak, buat nanti digoleng, tapi tilo cuman dapat satu."  Ucapnya polos sambil memperlihatkan anak ikan kecil yang ia tampat di parit kecil depan rumahnya.

"Hmm..dasar anak adventure mandi gih, setelah itu kita makan bersama ya."   ibunya menyuruh.

"Iya maaaaak."

 bocah laki-laki itu pun segera menuju kamar mandi meski umurnya baru masih 5 tahun bocah laki-laki kecil itu sudah bisa mandi sendir. Setelah mandi Muka bocah laki-laki itu Nampak sangat senang sekali ketika ia melihat sosok bapak tua berumur 40-an duduk mengobrol dengan ibunya.

"Ayaaaaaaaah.." 

teriak Tilo dengan badannya yang masih basah ia berlari menuju bapak tua tersebut yang merupakan ayahnya. Lelaki tua berkumis tebal, dengan ukuran badan tidak terbilang tinggi, rambut tipis dengan mata sedikit sayu langsung menyambutnya dengan terbuka dengan membuka lebar untuk memeluknya.

"Ayah lama sekali kekebun hari ini." Tanya bocah kecil itu. disaat  ayahnya mengusap badan bocah kecil itu dengan handuk kecilnya.

"Tadi ayah ke rumah nenek sebentar," jawab lelaki tua tersebut.

"Hmm ternyata ayah ke rumah nenek, tadi pagi tilo jatuh ke bawah rumah yah lantai rumah kita lobong, terus tilo ketemu cacing panjangaaaaaang banget" jelas Tilo lengkap dengan gaya tubuhnya ketika menjelaskan ceritanya.

"Ha, jatuh...tapi Adek gak apa-apa kan, ada yang terluka tidak?." Ucap ayahnya cemas sambil memeriksa badan mungilnya.

"Tilo tidak apa-apa, cuman dia tadi cemas saja teriak ketakutan liat Cacing tapi dia kira itu ular." sahut wanita yang sibuk memasak air panas.

"Tidak apa-apa ayah, Tilo kan kuat kayak Spiderman." Ucapnya dengan mengangkat tangan kanannya dan tangan kirinya mengibarkan handuknya dibelakang pundaknya.

"Hahahaha, itu mah Superman. Tilo tilo..." 

ayahnya tertawa sambil menggelengkan kepalanya karena melihat tingkah lucu anak  lelaki satu-satunya.

"Tilo pakai pakaiannya gih, habis itu panggil kakaknya ya kita makan siang bersama." suruh ibunya sambil menyiapkan hidangan makanan dilantai beralaskan tikar ayaman bambu.

"Oke mak." Jawab bocah kecil itu dengan melingkarkan jari jempolnya dan telunjuknya. Ia pun beranjak dari pangkuan ayahnya.

Makan siang telah siap dengan hidangan Nasi putih, Gulai Keladi kunyit, Sambal Goreng Petai, Ikan Asin dan yang tak pernah ketinggalan yaitu Rebusan daun Singkong sebagai Lalapan. Mereka semua pun makan bersama tak elak semua bercerita tentang hari ini. kisah cerita semua terucap dari bibir masing-masing sungguh keluarga yang harmonis. Semua hidup layaknya keluarga yang bahagia meski tidak semampu tetangga dan orang orang disekitarnya, namun bagi sang ibu adalah selalu senantiasa keluarganya tersenyum.

Tilo dan kakak perempuannya yang bernama Sushi bukanlah satu-satunya anak dari kedua orangtuanya, mereka sebenarnya masih punya satu saudara kakak laki-laki yang paling tua bernama Tedi, namun nasib malang menimpanya saat berusia 6 tahun ketika Ia bermain ditepi sungai tanpa sepengetahuan Ibu dan Ayahnya, secara tidak sengaja ia terjatuh kesungai namun kondisi arus air pada saat itu sangat deras sehingga teman-temannya tidak bisa menolongnya dan akhirnya meningggal. Hal itu yang membuat orang tuanya sangat terpukul dan bahkan ibunya hampir depresi setelah Menjelang 3 tahun peristiwa tersebut lahirlah Sushi kemudian disusul Tilo.

Tilo dan kakaknya Sushi dimasa kecilnya ia selalu bersama, ketika Ayahnya dan ibunya pergi ke ladang untuk bekerja. Si Sushi selalu disuruh menjaga adiknya yang tidak pernah diam dan polos. Tak jarang Sushi menjadi tumpuan menjadi sosok orang tua ketika adiknya terluka atau menangis karena sesuatu lain saat ibu dan ayahnya tidak ada dirumah, namun Si Sushi yang punya sifat sabar dan telaten itu sudah biasa menghadapinya. karena ia selalu ingat pesan orang tuanya.

Hari demi hari terlewati seperti biasa candaan dan keriangan sebuah keluarga sangat terpancar dari masing-masih kedua bola mata Tilo, Sushi, dan kedua orang tuanya. Ketika malam hari adalah moment ketika mereka semua berkumpul di dalam rumahnya, merebahkan kepala di tikar yang dibuat secara diayam dengan bahan yang berasal dari bambu. Dihadapan mereka terdapat sebuah televise tabung beerbentuk segi empat kecil dengan tabung yang besar menandakan bahwa televisi itu sangatlah kuno dan sudah lama. Namun masih berfungsi dengan baik. Terlihat mereka semua menonton acara music ajang mencari penyanyi dangdut berbakat. Terlihat semua peserta disusun secara berbaris setelah mereka semua memberikan suara terbaik mereka, namun hari itu adalah penentuan masuk final, dan dari keempat peserta akhirnya ada 3 orang yang masuk final bermodalkan suara yang indah menggema serta paras cantik dan tampan, setelah itu acaranya pun selesai untuk disambung besok malam.

"Hmmmm, jagoan mama gak masuk final." Ucap wanita tua paruh baya itu sambil mengambil Remote untuk mengganti siaran yang lebih menarik.

"Alhamdulillah, cantika dari Kalbar masuk final." Sahut lelaki dengan muka sumingrah yang tengah duduk disamping istrinya saat sibuk mengganti siaran Televisi satu persatu.

"Alah abun tau, ayah itu cuman kepincrut karena mukanya yang cantik itu kan." 

Wanita itu mulai mengangkat alis dan memiringkan kedua bola matanya kearah suaminya yang masih duduk diam memperhatikan siaran televise yang terus diganti oleh istrinya. Abun adalah panggilan terhadap ayah tilo dan sushi.

"Hmmmmm, Abun kan tau Cantika itu kan satu-satunya peserta  berasal dari Kalimantan, orang pontianak lagi. Kita sebagai warga Pontianak harus bangga  dan mendukung siapapun yang masih bertahan saat ini. itu adalah suatu kebanggan buat  daerah kita sendiri." sang ayah berargumen.

"Elleh, tahun lalu kan ada peserta dari Kalimantan dekat lagi dengan kabupaten kita, tapi ayah milih peserta lain dengan alasan suaranya jelek dan tidak bagus."

"Ayah dukung mereka kan tidak selalu dengan melihat asal daerah mereka, namun kualitas suara itu nomor satu."

"Iya Abun tau, Ayah cuman cari alasan, mengaku saja." Sindir wanita paruh baya itu.

"Hmmm terserah Abun deh"  kemudian Suaminya itu beranjak ke dapur mengambil sendok dan kaleng putih panjang, kemudian Ia mengambil Kopi dan gula untuk membuat minuman.

Tilo dan kakaknya Sushi dari tadi cuman cengar cegir melihat orang tuanya bertengkar hanya karena tontonan dari acara televisi

 "Mak kami ikut kegiatan pramuka di tepi sungai dekat kebun sawit pak dukos, seru sekali mak, kami menjelajah ditepi sungai itu, badanku lelah sekali." Ucap Sushi dengan muka polosnya.

"Apa, kamu pergi kesungai itu...."  Ibunya terdongak mendengar perkataan putrinya.

 "Kak, ibu kan sudah bilang jangan pernah main dekat sungai itu?"

 tatapan ibunya mulai serius dan suasana berubah menjadi hening

"Tapi Sushi tidak sendiri kok mak, sama teman-teman satu sekolah Sushi."  ia mejelaskan.

"Iya ibu tau kakak sama teman-teman kakak tapi Ibu khawatir sama kakak,"

 ibunya mengambil posisi duduk mengambil nafas sejenak, "tapi paling tidak Kakak ijin dulu sama emak atau ayah, hidup emak pernah hancur karena peristiwa yang ada dilokasi sungai itu, Ibu tidak mau kehilangan orang yang emak cintai dan sayangi sepenuh hati untuk kedua kalinya. Ibu tau rasanya ditinggalkan, sakit.. Ibu tidak pernah meminta apapun sesuatu yang lebih., yang ibu inginkan hanyalah keluarga kita baik dan sehat semuanya." Kalimat yang penuh sesak saat diucapkan dan tak sadar wanita paruh baya itu menitikkan air mata.

Sushi diam dan sedikit kaget mendengar respon ibunya yang tidak seperti tidak biasanya, dengan polosnya ia mendekati ibunya dan mendekat wanita paruh baya itu, Si anak remaja Sushi tidak sepenuhnya tau apa yang dirasakan ibunya. Si bocah perempuan itu berpikir bahwa sekarang ia punya salah terhadap ibunya.

"Mak, Sushi minta maaf , Sushi janji gak akan main kesungai itu lagi dan Sushi minta maaf karena Sushi tidak ijin tadi sore, karena Sushi langsung diajak sama teman-teman Sushi" 

Ucap Sushi langsung memeluk ibunya dengan terisak dan tangisan yang mulai memecah suasana hening. Ibunya yang sedikit menyesal atas apa yang barusan ia kataan dengan nada yang tidak seharusnya, ia pun memegang kepala putrinya  dan sesekali mengusap rambut panjangnya.

"Kamu gak salah nak, Emak yang minta maaf karena sedikit emosional, kakak janji ya,. jangan main kesana lagi, kalau tidak ada yang sangat penting. Ibu itu berharap ke kamu untuk sekolah pintar-pintar biar bisa kuliah untuk mengangkat derajat keluarga kita, meskipun kondisi saat ini kita masih serba kekurangan tapi ibu dan ayah akan usahakan semampu kami untuk kedepannya agar kalian bisa sekolah hingga lulus. cukup kakak-kakak kalian berhenti sekolah.  ibu dan ayah sayang sama kalian. Cinta Ibu dan Ayah itu ibarat Buah Kelapa sama air yang ada didalamnya, tidak akan pernah hilang ataupun mengering" tangis ibu mengiri ucapannya.

Tilo kecil hanya bisa melihat penuh heran dan merasa ikut sedih, ia pun mendekati dua perempuan yang saling mendekap.

"Emak jangan nangis, nanti emak gak bisa ketawa lagi." Sambil mengusap pipi ibunya yang  basah, ucapan anak bungsunya itu membuat ibunya sedikit ketawa kecil.

Ayahnya yang berada didapur ternyata melihat Istri dan anak-anaknya saling berpelukan dengan curahan air mata yang mengalir. ia tahu istrinya pasti mengingat masa lalu nya yang kelam. Disisi lain ia merasa tidak sangat tidak berguna karena masih belum bisa memberikan kehidupan yang layak seperti orang lain disekitarnya karena pekerjaannya selama ini hanya bisa mencukupi kebutuhan makan mereka, tidak kurang tidak lebih. Ia pun menghampiri Istri dan anak-anaknya membawa minuman dan rebusan singkong ditambah gula pasir sebagai cecahan.

"Ayoo siapa yang mau singkong rebus." Ucap ayahnya untuk memecahkan keheningan.

Istri dan kedua anaknya terdongak melihat ayahnya membawa minuman dan makanan dengan senyuman. wajah ceria mereka kembali memancar  yang hampir tenggelam karena tangisan.

Mereka pun akhirnya dengan makan bersama dengan penuh kegembiraan, moto yang selalu mereka jaga adalah apapun permasalahan yang menimpa keluarga mereka yang penting jangan lupa untuk selalu bersyukur. Cinta ada pada diri kita yang selalu menjaganya. Karena Cinta yang tulus melebihi dari apapun. Seperti daun singkong yang selalu dianggap murah dan tidak bernilai namun menjadi Paling berharga ketika kita mencintai dan membutuhkannya. Inilah keluargaku yang kucinta........

Biodata Singkat Penulis :  Intagram : andiyasa11 /No.  WA 081255681064 / mahasiswa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun