Tilo dan kakaknya Sushi dimasa kecilnya ia selalu bersama, ketika Ayahnya dan ibunya pergi ke ladang untuk bekerja. Si Sushi selalu disuruh menjaga adiknya yang tidak pernah diam dan polos. Tak jarang Sushi menjadi tumpuan menjadi sosok orang tua ketika adiknya terluka atau menangis karena sesuatu lain saat ibu dan ayahnya tidak ada dirumah, namun Si Sushi yang punya sifat sabar dan telaten itu sudah biasa menghadapinya. karena ia selalu ingat pesan orang tuanya.
Hari demi hari terlewati seperti biasa candaan dan keriangan sebuah keluarga sangat terpancar dari masing-masih kedua bola mata Tilo, Sushi, dan kedua orang tuanya. Ketika malam hari adalah moment ketika mereka semua berkumpul di dalam rumahnya, merebahkan kepala di tikar yang dibuat secara diayam dengan bahan yang berasal dari bambu. Dihadapan mereka terdapat sebuah televise tabung beerbentuk segi empat kecil dengan tabung yang besar menandakan bahwa televisi itu sangatlah kuno dan sudah lama. Namun masih berfungsi dengan baik. Terlihat mereka semua menonton acara music ajang mencari penyanyi dangdut berbakat. Terlihat semua peserta disusun secara berbaris setelah mereka semua memberikan suara terbaik mereka, namun hari itu adalah penentuan masuk final, dan dari keempat peserta akhirnya ada 3 orang yang masuk final bermodalkan suara yang indah menggema serta paras cantik dan tampan, setelah itu acaranya pun selesai untuk disambung besok malam.
"Hmmmm, jagoan mama gak masuk final." Ucap wanita tua paruh baya itu sambil mengambil Remote untuk mengganti siaran yang lebih menarik.
"Alhamdulillah, cantika dari Kalbar masuk final." Sahut lelaki dengan muka sumingrah yang tengah duduk disamping istrinya saat sibuk mengganti siaran Televisi satu persatu.
"Alah abun tau, ayah itu cuman kepincrut karena mukanya yang cantik itu kan."Â
Wanita itu mulai mengangkat alis dan memiringkan kedua bola matanya kearah suaminya yang masih duduk diam memperhatikan siaran televise yang terus diganti oleh istrinya. Abun adalah panggilan terhadap ayah tilo dan sushi.
"Hmmmmm, Abun kan tau Cantika itu kan satu-satunya peserta  berasal dari Kalimantan, orang pontianak lagi. Kita sebagai warga Pontianak harus bangga  dan mendukung siapapun yang masih bertahan saat ini. itu adalah suatu kebanggan buat  daerah kita sendiri." sang ayah berargumen.
"Elleh, tahun lalu kan ada peserta dari Kalimantan dekat lagi dengan kabupaten kita, tapi ayah milih peserta lain dengan alasan suaranya jelek dan tidak bagus."
"Ayah dukung mereka kan tidak selalu dengan melihat asal daerah mereka, namun kualitas suara itu nomor satu."
"Iya Abun tau, Ayah cuman cari alasan, mengaku saja." Sindir wanita paruh baya itu.
"Hmmm terserah Abun deh"Â kemudian Suaminya itu beranjak ke dapur mengambil sendok dan kaleng putih panjang, kemudian Ia mengambil Kopi dan gula untuk membuat minuman.