Mohon tunggu...
Andi ZainuddinJaperi
Andi ZainuddinJaperi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Psikologi Profesi

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Mindfullness Parenting: Anti Stress dalam Mengasuh Anak

22 Desember 2022   23:10 Diperbarui: 22 Desember 2022   23:14 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Keluarga: Basis Pendidikan Utama Anak

Setiap anak tentunya unik, masing-masing mengalami fase perkembangannya sendiri sehingga tidak dapat disamaratakan prosesnya. Begitu pula dengan proses tumbuh kembang dan pembentukan karakter anak, seolah tidak lepas begitu saja dari orang-orang terdekat dan lingkungan tempat anak dibesarkan. 

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan basis Pendidikan pertama dan utama bagi anak, sebabpengalaman yang diperoleh anak melalui Pendidikan dalam keluarga inilah yang nantinya akan memengaruhi mereka dalam proses Pendidikan selanjutnya.

Menelisik Hakikat Parenting

Menjadi orang tua secara sadar menuntut agar kita terlibat dalam pekerjaan batiniah pada diri kita sendiri serta dalam pekerjaan lahiriah untuk mengasuh dan merawat anak-anak kita. 

Nasihat "bagaimana-untuk" yang dapat kita ambil dari buku-buku untuk membantu kita dengan pekerjaan luar harus dilengkapi dengan otoritas batin yang hanya dapat kita kembangkan di dalam diri kita sendiri melalui pengalaman kita sendiri. 

Otoritas batin seperti itu hanya berkembang ketika kita menyadari bahwa, terlepas dari semua hal yang terjadi pada kita yang berada di luar kendali kita, melalui pilihan kita dalam menanggapi peristiwa semacam itu dan melalui apa yang kita mulai sendiri, kita masih dalam ukuran besar. , "menulis" hidup kita sendiri. 

Dalam prosesnya, kita menemukan cara kita sendiri untuk berada di dunia ini, memanfaatkan apa yang terdalam, terbaik, dan paling kreatif dalam diri kita. Menyadari hal ini, kita mungkin menyadari pentingnya bagi anak-anak kita dan bagi diri kita sendiri untuk mengambil tanggung jawab atas cara kita menjalani hidup kita dan konsekuensi dari pilihan yang kita buat.

Seiring waktu, kita dapat belajar untuk melihat lebih dalam siapa anak kita dan apa yang mereka butuhkan, dan mengambil inisiatif dalam menemukan cara yang tepat untuk memelihara mereka dan memajukan pertumbuhan dan perkembangan mereka. 

Kita juga dapat belajar menafsirkan banyak sinyal mereka yang berbeda, terkadang membingungkan, dan memercayai kemampuan kita untuk menemukan cara merespons dengan tepat. 

Perhatian, pemeriksaan, dan perhatian terus-menerus sangat penting bahkan untuk mengetahui apa yang kita hadapi sebagai orang tua, apalagi bagaimana kita dapat bertindak secara efektif untuk membantu anak-anak kita tumbuh dengan cara yang sehat.

Mengasuh anak adalah pekerjaan yang unik, Pada akhirnya, itu harus datang dari dalam diri kita sendiri. Cara orang lain dalam melakukan sesuatu tidak akan pernah berhasil. Kita masing-masing harus menemukan cara kita sendiri, belajar dari semua sumber yang bermanfaat dan belajar memercayai insting kita sendiri dengan memelihara serta menyempurnakannya.

Tetapi dalam mengasuh anak, bahkan apa yang kita pikirkan dan lakukan kemarin yang "berhasil dengan baik", belum tentu akan membantu hari ini. Kita harus sangat banyak berada di saat ini untuk merasakan apa yang mungkin diperlukan. Dan ketika sumber daya batin kita habis, kita harus memiliki cara yang efektif dan sehat untuk mengisinya kembali, untuk memulihkan diri kita sendiri, tanpa harus mengorbankan anak-anak.

Menjadi orang tua dapat terjadi secara sengaja atau tidak sengaja, tetapi bagaimanapun itu terjadi, mengasuh anak itu sendiri adalah sebuah panggilan. Itu memanggil kita untuk menciptakan kembali dunia kita setiap hari, untuk menghadapinya dengan segar setiap saat. 

Panggilan seperti itu sebenarnya tidak kurang dari disiplin spiritual yang ketat – sebuah pencarian untuk menyadari sifat kita yang paling sejati dan terdalam sebagai manusia. Fakta bahwa kita adalah orang tua terus-menerus meminta kita untuk menemukan dan mengungkapkan apa yang paling bergizi, paling penuh kasih, paling bijak dan perhatian dalam diri kita, untuk menjadi, sebanyak yang kita bisa, menjadi diri kita yang terbaik.

Orang-orang yang memilih untuk menjadi orang tua melakukan pekerjaan yang paling berat ini tanpa gaji, seringkali tanpa diduga, pada usia yang relatif muda dan belum berpengalaman, dan seringkali dalam kondisi tekanan ekonomi dan ketidakamanan. Biasanya, perjalanan mengasuh anak dimulai tanpa strategi yang jelas atau pandangan menyeluruh tentang medan, dengan cara yang sama intuitif dan optimis kita mendekati banyak aspek kehidupan lainnya. Kami belajar di tempat kerja, saat kami pergi. Nyatanya, tidak ada cara lain

Tetapi untuk memulainya, kita mungkin tidak menyadari seberapa banyak mengasuh anak menambah serangkaian tuntutan dan perubahan yang sama sekali baru dalam hidup kita, mengharuskan kita untuk melepaskan begitu banyak hal yang sudah biasa dan menerima begitu banyak hal yang tidak biasa. 

Mungkin ini juga baik, karena pada akhirnya setiap anak itu unik dan setiap situasi berbeda. Kita harus mengandalkan hati kita, naluri manusia terdalam kita, dan hal-hal yang kita bawa dari masa kanak-kanak kita sendiri, baik positif maupun negatif, untuk menghadapi wilayah yang tidak diketahui dalam memiliki dan membesarkan anak.

Sehingga, dari pemaparan diarasMenjadi orang tua bisa membuat stress. Apalagi mengasuh anak-anak dengan kebutuhan khusus yang bisa lebih membuat stress, dan itu bisa menyebabkan kecemasan, depresi, dan masalah dalam keluarga.

Latihan mindfulness dapat membantu mengurangi stress dan mencegah masalah ini terjadi. Mindfullness dirancang untuk membantu untuk memperhatikan emosi dan dapat menenangkan diri dalam situasi stress. Mindfullness termasuk juga Latihan pernafasan dan meditasi yang dapat kita lakukan sehari-hari di sela-sela kesibukan kita selain menjadi orang tua.

Orang tua juga menjadi sosok terpenting dalam gaya pengasuhan anak, mereka memiliki caranya sendiri dalam membesarkan dan mendidik buah hatinya. Kesalahan dalam mengasuh anak dapat membawa dampak Ketika dewasa nanti. Gaya pengasuhan yang kurang tepat dapat memunculkan sikap seseorang dalam merespon sesuatu di sekitarnya. Tanpa disadari, orang tersebut bisa menggunakan pola asuh yang sama seperti yang diterapkan oleh orang tuanya dahulu. Sebuah siklus negatif yang belum bisa terputus mata rantainya. Guna menjawab persoalan tersebut, sebuah studi menunjukkan bahwa mindfull parenting digadang-gadang menjadi solusi yang tepat. Sebenarnya, apa itu mindful parenting?

Mindfull Parenting

Konsep mindful parenting pada dasarnya merujuk pada pendekatan mindful (berkesadaran) dalam psikologi atau yang disebut dengan praktik hidup mindfulness psychology. 

Mindful parenting merupakan konsep dalam pengasuhan yang menekankan pada proses mengasuh dengan penuh kesadaran (eling). Dalam modul Mindful Parenting yang dikeluarkan oleh Kemendikbud pada tahun 2015 menyebutkan bahwa Pengasuhan dengan mindful parenting merupakan salah satu dari bebagai metode yang mulai banyak disarankan untuk dapat membangun hubungan antara orangtua dan anak yang aman.

Manfaat dari penggunaan metode mindful parenting ini juga sudah terbukti dari berbagai jurnal seperti jurnal Mindfullnes oleh Beer, dkk pada tahun 2013, jurnal Child Family oleh Cohen & Semple pada tahun 2010, Van der Oord, dkk pada tahun 2012, dan jurnal Child Pyschotherapy oleh Reynold pada tahun 2003. 

Mereka menyebutkan bahwa penggunaan mindful parenting ini terbukti dapat mengurangi stress, menurunkan agresi anak, meningkatkan perilaku prososial anak, meningkatkan kepuasan dalam pengasuhan, dan meningkatkan kualitas komunikasi verbal dan nonverbal antara orangtua dan anak, bahlan secara efektif mampu membantu orangtua dalam mengasuh anak yang mengalami autis dan ADHD. Sehingga dari begitu banyaknya manfaat yang sudah ditemukan penggunaan metode ini perlu untuk diterapkan.

Model mindful parenting ini dirumuskan kedalam gambaran lima dimensi mindful parenting yang diambil dari konsep praktik hidup mindfulness psychology sebagai salah satu strategi dalam membangun pengasuhan positif dalam keluarga. Lima dimensi tersebut antara lain: (1) mendengarkan dengan penuh perhatian dan berbicara dengan empati, (2) pemahaman dan penerimaan untuk tidak menghakimi, (3) pengaturan emosi atau sabar, (4) pola pengaturan diri yang bijaksana atau tidak berlebihan, dan (5) welas asih. Konsep mindful parenting dengan lima dimensi tersebut yang direkomendasikan melalui paper ini.

Dimensi yang pertama yaitu mendengarkan dengan penuh perhatian dan berbicara dengan empati menunjukkan bahwa pada dimensi ini memfokuskan pada cara komunikasi yang efektif. 

Komunikasi efektif dapat terjadi apabila komunikator dapat menghindari kesalahan-kesalahan yang dapat muncul pada saat berkomunikasi dengan komunikan, terutama pada proses mendidik anak. Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada gaya komunikasi orangtua pada anak anak antara lain: memerintah. Mengancam, menceramahi, menginterogasi, memberi label, membandingkan, menghakimi, menyalahkan, mendiagnosis, menyindir, memberi solusi, menyuap, dan membohongi. 

Kesalahan tersebut dapat dihindari dimulai dengan menerapkan dimensi mendengarkan dengan penuh perhatian dan berbicara dengan empati. Keterampilan mendengarkan secara aktif oleh orangtua sangat diperlukan agar anak merasa benar-benar diperhatikan dan dihargai. 

Mendengarkan dengan menatap wajah anak dengan ekspresi yang menyenangkan atau menunjukkan ketertarikan akan cerita anak juga akan membuatnya lebih senang dan merasakan kehadiran orangtuanya seara hakiki. Karena memalingkan wajah pada saat berkomunikasi dengan oranglain atau anak merupakan hal yang tidak dianjurkan oleh Allah SWT.

Ketika orangtua mampu berbicara dengan empati maka hal tersebut dapat membuat orangtua tidak terburu-buru memberikan nasehat saat anak bercerita atau berbicara tentang pengalamannya. Karena menasehati, menceramahi, mengintrogasi, menyalahkan, dan memberi solusi Ketika anak baru menceritakan tentnag pengalaman atau permasalahnnya kepada orangtua dapat membuat anak menarik diri dan enggan melanjutkan pembicaraan. Sementara itu, menggali cerita anak dan pemikiran anak sangat penting untuk tetap dapat mendampingi anak dalam menyelesaikan masalah dengan tepat.

Dimensi kedua yaitu pemahaman dan penerimaan untuk tidak menghakimi juga merupakan bagian dari pembentuk komunikasi efektif. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Widayanti pada tahun 2017 menyebutkan sekitar 90% permasalahan anak disebabkan oleh kesalahan cara komunikasi atau penyampaian niali baik pada anak. Dengan tidak adanya perilaku menghakimi oleh orangtua pada anak, maka salah satu kesalahan dalam komunikasi dapat dihindari. 

Memahami dan menerima anak secara penuh akan membuat anak merasa lebih dilindungi. Hubungan orangtua dan anak juga akan menjadi semakin dekat dan lekat. Anak akan merasa bahwa Kembali pada orangtuanya saat mendapati ada masalah akan jauh lebih baik daripada mencari pelarian di luar rumah.

Orangtua diharapkan tidak bersikap menghakimi, yaitu tidak memaksakan pada anak untuk sesuatu yang di luar kemampuan dan keinginan anak. Contohnya: orangtua memaksakan anaknya menjadi dokter, sementara anak memiliki passion di bidang seni. Hal yang penting untuk secara sadar orangtua memandang anak sebagai apa adanya diri anak. Menggunakan persepsi alam bawah sadar dan persepsi masa lalu  orangtua akan membawa dampak yang buruk bagi anak.

Dimensi ketiga yaitu pengaturan emosi atau sabar. Dengan keterampilan mengelola emosi, orangtua dapat lebih sabar menghadapi apapun perilaku anak. Ketika orangtua bisa menjadi lebih sabat, maka perilaku anak menjadi lebih tenang dan meniru kesabaran orangtua. Mindfull parenting menekankan pada kesadaran dalam mengasuh, termasuk sadar dalam membatas luapan-luapan emosi terutama emosi negative. DImensi ketiga ini akan menjadi lebih mudah untuk diterapkan jika orangtua mampu melakukan dimensi yang pertama dan kedua dengan baik dan penuh kesadaran (eling).

Dengan memahami dimensi ketiga, orangtua dapat secara sadar mengajak anak dan secara Bersama-sama mengelola emosi masing-masing selama berinteraksi. Pola asuh orangtua terbukti berpengaruh terhadap kematangan emosi anak. Mindfull parenting juga mebangun praktik-praktik pengasuhan seperti mengajarkan anak bagaimana mengekspresikan diri, berbicara tentang perasaannya, melabel keadaan, yang pada gilirannya membangun kemampuan anak dalam pengendalian diri.

Dimensi keempat yaitu pola pengaturan diri yang bijaksana atau tidak berlebihan. Dimensi ini berkaitan dengan keterampilan pengaturan diiri (self regulation) dalam sebuah hubungan atau interaksi. 

Orangtua yang mempraktikkan mindful parenting tidak akan bereaksi secara berlebihan terhadap pencapaian normative anak. Orangtua akan cenderung memilih untuk berhenti sejenak daripada bereaksi langsung terhadap anak. Orangtua yang memiliki sikap toleran, suportif, dan tidak membiarkan dirinya mengeluarkan emosi negative saat anaknya sedang menunjukkan emosi negative, maka anak tersebut akan dapat tumbuh dan memiliki kematangan yang baik dalam aspek perkembangan sosial emosinya.

Terakhir, dimensi kelima yaitu welas asih (compassion) merupakan bentuk kemanusiaan. Membangun rasa welas asih pada orangtua akan membuat mereka bersikap lebih lemah lembut dan pemaaf dalam pengasuhan. Jiwa welas asih dimaknai sebagai emosi yang dapat memfasilitasi kerja sama dan perlindungan orang lemah dan mereka yang menderita. Welas asih juga memiliki pengaruh yang besar terhadap mood seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun