Mohon tunggu...
Andi Saddam Khusein
Andi Saddam Khusein Mohon Tunggu... Editor - Sahabat semua

Editor Pojokbekasi.com Blog pribadi saya http://andisaddam.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berita Kriminal, Apa Manfaatnya?

18 Februari 2017   20:37 Diperbarui: 19 Februari 2017   12:45 2389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. [Gambar: http://www.cjp.tcu.edu]

Tulisan ini dipicu oleh sebuah pertanyaan singkat teman saya. “Apa sih pentingnya berita kriminal?” ucap dia. Pertanyaan itu dia lontarkan usai saya menjelaskan kalau saya lebih suka meliput peristiwa terkait kriminalitas dibandingkan politik. Sebuah percakapan kecil di Commuter Line tujuan Kota Bekasi.

Saya berpikir sejenak saat itu, tidak lebih dari 2 menit. Lantas saya jawab berita kriminal bermanfaat bagi masyarakat agar dapat terhindar dari peristiwa serupa ke depannya atau secara singkat: agar waspada.

Saya memutuskan menulis ini lebih lanjut dan sedikit lebih lengkap, setidaknya ada beberapa manfaat berita kriminal, antara lain:

Meningkatkan kewaspadaan

Ketika kita membaca sebuah berita bahwa begal terjadi di Jalan Jenderal Sudirman pada pukul 00.10 WIB. Maka saya sebagai masyarakat yang kerap lewat jalan tersebut pada malam hari dengan frekuensi yang cukup sering, patut menjadikan kalimat tadi sebagai peringatan.

Isi berita tadi dapat membuat saya mengambil keputusan agar tidak melewati Jalan Sudirman pada waktu mendekati tengah malam selama beberapa saat, sampai ada berita lanjutan tentang penangkapan pelaku begal di wilayah tersebut.

Jika ada beberapa berita begal di kota saya, dengan tempat kejadian yang berbeda-beda tapi dengan karakteristik sama, misalkan pada pagi hari atau tengah malam saat lalu-lintas sepi. Maka saya akan menghindari waktu keberangkatan pada hari itu dan menghindari jalan mana saja yang sepi pada waktu tersebut, sebagai upaya waspada.

Memang kita tidak bisa menebak takdir, kata orang, kalau kena ya kena. Atau ada juga yang berkata, berita kriminal banyak yang dilebih-lebihkan. Tapi waspada sebagai salah satu unsur tawakkal tidak membuat kita rugi.

Contohnya, saya seorang pekerja 9—5 yang mau tak mau lewat jalan tertentu pada pagi hari dan saat itu suasana masih sepi. Lewat kalimat tersebut (berita kriminal), alam bawah sadar saya akan berfungsi sebagai peringatan dini. Saya akan lebih peka dengan keadaan sekitar, setidaknya sampai saya telah berada di area yang tidak lagi berkriteria sebagai daerah rawan begal.

Mengetahui modus

Masih dalam upaya meningkatkan kewaspadaan. Tetapi pada taraf ini, kita diajak lebih aktif untuk mencegah terjadinya kejahatan bahkan menggagalkanya ketika itu telah terjadi. Misal ada kalimat pada berita kriminal seperti ini:

Tersangka mengambil motor korban menggunakan kunci T. Hanya dalam tiga detik tersangka berhasil menjebol kendaraan yang diparkir dalam keadaan stang terkunci di halaman rumah korban.

Hanya dari kalimat itu, walau di mana pun lokasi pencuriannya, kita mendapat banyak informasi yang dapat kita jadikan bahan pengambilan keputusan.

Pertama, maling motor menjebol stop kontak dalam waktu singkat. Kedua, kunci T bahkan dapat membuka kunci stang. Ketiga, tersangka tak segan masuk halaman rumah.

Kita dapat berikhtiar dengan membeli gembok ban, memodifikasi motor dengan kunci rahasia atau dengan perangkat lain seperti alarm. Dengan itu keamanan motor pun meningkat. Perangkat itu dapat memperlambat upaya maling, menggagalkannya, atau bahkan mengurungkan niat.

Setelah segi kendaraan telah dilengkapi perangkat pendukung, maka langkah selanjutnya dari segi lokasi. Misalkan kita parkir di teras rumah, maka manfaat yang bisa kita petik dari berita kriminal di atas ialah mengunci pagar. Jika mengunci pagar dirasa kurang cukup, yakni bisa ditingkankan dengan menggembok pagar. Jika Anda masih ragu kualitas gembok, maka belilah gembok yang mahal. Jika Anda masih ragu juga, rantai motor pada tiang rumah atau upaya lain seperti memasang kamera pengawas.

Termasuk saya sebelum menjadi penyampai berita kriminal ke masyarakat, banyak orang yang membaca berita kriminal tentang pencurian, perampokan, pemerasan, penipuan dan lainnya hanya sebagai rasa ingin tahu pada beberapa hal: di mana, siapa pelakunya, orang mana, kapan, apa aja saja yang kerugian, apakah korban tewas atau tidak, apakah pelaku ditangkap atau tidak.

Saya sebenarnya ingin pembaca tidak hanya melihat sisi ‘wow’ dari berita kriminal tersebut, tapi mengambil manfaat untuk diterapkan.

Contoh lain. Misalkan, seorang nasabah yang mengambil uang dalam jumlah besar dari bank, kemudian dirampok dalam perjalanan. Diduga korban telah diikuti sebelumnya.

Saya yakin berita seperti ini tidak satu-dua, tetapi puluhan, dan terjadi banyak daerah. Di Kabupaten Bekasi pun demikian. Telah beberapa kali kami meliput berita serupa dengan modus yang kurang lebih sama. Pernah ada seorang satpam SPBU yang meletakkan uang puluhan juta dalam kantong kresek hitam yang disangkutkan di motor untuk disetorkan ke sebuah bank. Dalam perjalanan ia dirampok plus… dibacok. Untung nyawanya selamat.

Lewat berita itu kita dapat mengetahui beberapa modus operandi pelaku perampokan, yakni membuntuti sejak berada di bank, memepet motor korban, mengacungkan senjata lalu mengancam dan tidak segan melukai.

Kita bermain peran. Andaikan Anda berada pada posisi seorang pegawai yang ditugaskan menyetor uang senilai Rp100 juta ke bank menggunakan motor bersama seorang teman. Sebelumnya Anda membaca berita tentang perampokan nasabah bank. Apa yang akan Anda lakukan?

Ada beberapa pilihan. Anda membawa senjata, semisal pisau lipat, semprotan merica atau pengejut. Anda minta pengawalan polisi. Anda awasi keadaan sekitar selama perjalanan atau Anda mengubah penampilan seperti orang yang tidak sedang membawa uang banyak—atau lainnya. Itu pilihan Anda.

Sejak Anda keluar kantor, di spion melihat orang yang mencurigakan, berboncengan, mengikuti Anda dalam waktu yang cukup lama. Anda patut curiga. Boleh saja menambah kecepatan dan mencari daerah yang aman. Misal langsung menghampiri polantas dan pura-pura bertanya atau strategi lainnya. Yap. Itulah manfaatnya. Kita dapat mengurangi kesempatan menjadi korban dengan mengetahui modus pelaku.

Kontemplasi

Saat membaca berita pembunuhan sadis dengan pemicu sepele, kita trenyuh dan bertanya-tanya, “Kok bisa sampai seperti itu?” Ketika berita dengan modus yang sama namun motif berbeda, pertanyaan itu tampak seperti, pertanyaan yang jawabannya ada pada isi berita tersebut.

Kalau kita dalami, ada pelajaran yang kita dapat ambil. Misal hati-hati dalam bersikap, jangan sakit hati orang, jangan gegabah, jangan berkata terlalu kasar, jangan bertindak terlalu keras.

Saat membaca berita anak gadis dibawa kabur teman Facebook kemudian digagahi. Kita baca berkali-kali. Di daerah ini, itu. Bulan lalu, kemarin, tadi. Satu, dua, tiga, enam kali. Lalu masih ada saja berita serupa kita barusan baca lewat ponsel. Kita dapat ambil pelajaran.

Awasi penggunaan media sosial pada anak. Perhatikan tingkah laku anak. Selalu jadi orang tua layaknya teman, agar anak tidak segan berkeluh kesah, termasuk dalam urusan asmara. Selalu tanamkan nilai-nilai agama, nasihat bijak dan lainnya. Itulah pelajaran yang dapat kita petik.

Saat membaca berita investasi bodong makan ratusan korban dengan nilai hingga Rp300 miliar. Kita diajarkan agar tidak mudah tergiur dengan investasi serupa. Terlebih, ketika kita mempunyai uang, kadang ada saja tawaran-tawaran untuk membuat uang kita berlipat ganda.

Pernyataan korban mengungkapkan kronologis penipuan adalah pelajaran bagi kita. Siapa saja yang mencoba bermulut manis kepada kita dengan penutup ajakan investasi menjanjikan dengan keuntungan yang wah, maka kita dapat tolak dengan berat hati, walau sebenarnya dari sisi materialisme kita, tujuh liter ludah telah mengalir deras saking tergiur. Tolak.

Saat membaca berita bunuh diri—bagi saya ini kriminalisme, kita dibuat tersentak, tertawa sembari miris, dengan berbagai latar belakang para korban sekaligus pelaku. Intinya para pelaku bunuh diri adalah penjahat. Ya, kenapa saya sebut demikian? Mengakiri hidup adalah tindakan kriminal. Anda pelaku, Anda pun korban.

Intisari

Lepas dari kerugian ragawi, hidup ini adalah anugerah dan satu-satunya kesempatan. Bunuh diri bukan jalan terakhir ketika Anda terpentok suatu masalah yang Anda anggap mustahil untuk diselesaikan. Jalan terakhir bagi masalah itu, yakni mencari solusi sampai masalah itu selesai.

Saya sebut barusan, bunuh diri bukan jalan terakhir. Maka pada opsi terakhir Anda seharusnya tidak ada kata budi atau bunuh diri, yang ada hanyalah ‘selesaikan masalah ini dengan segala cara’. Ya, bagi saya ada pelajaran pada berita bunuh diri. Untuk saya. Untuk orang-orang yang saya cinta. Untuk siapapun. Beda orang beda sudut pandang kemanfaatan.

Saat membaca tulisan ini. Saya tersadar bahwa saya telah menulis terlalu panjang. Intinya padahal hanya tiga poin ini: Manfaat berita kriminal, (1) meningkatkan kewaspadaan, (2) mengetahui modus pelaku, dan (3) sebagai bahan kontemplasi atau renungan.

Saya akhiri tulisan ini. Semoga bermanfaat. Terima kasih banyak telah membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun