Mohon tunggu...
Andhika Zulkarnaen
Andhika Zulkarnaen Mohon Tunggu... Wiraswasta - Founder of Cultura Magazine

A creativepreneur with more than 15 years of professional experience in communication, branding, and new media.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Menikmati Musik Era Walkman dan Spotify

13 April 2020   07:51 Diperbarui: 4 Juli 2020   12:20 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indie Ten | Sumber: Sony Music via pophariini.com

Waktu terus berubah. Dunia berubah. Pada bulan Juli 1979, hari ketika Sony merilis Walkman TPS-L2 yang ikonik, pemutar musik portable pertama yang merevolusi cara kita mendengarkan musik. Kini, kita mengenal Spotify.

Saat itu Boombox dan radio portable sudah populer sebelum Walkman dirilis, tetapi Walkman membuat musik portable bersifat lebih pribadi, memasuki era baru bagi orang yang ingin mendengarkan musik di luar rumah.

Sekarang kita memasuki era digital dengan perubahan alat pemutar musik. Spotify, Apple Music, Deezer, dan JOOX adalah sebagian dari sekian banyak platform penyedia layanan music streaming populer saat ini.

Saya termasuk anak generasi 90an. Dulu kita mendengarkan musik masih pakai kaset yang bisa diputar menggunakan radio tape ataupun walkman. Masa itu pengalaman menikmati musik sangat berkesan. 

Kita mendengarkan album dari musisi/band favorit lagu per lagu. Kalau mau dengar lagu lain kita harus skip dengan tombol FWD, yang pastinya membutuhkan waktu.

Jadi, mau tidak mau kita akan mendengarkan setiap lagu dari album tersebut, menghafalkan, dan memaknai liriknya. Mungkin itulah salah satu mengapa lagu-lagu dulu lebih abadi.

Dewa 19 - Pandawa Lima | Sumber: Aquarius Musikindo via kasetlalu.com
Dewa 19 - Pandawa Lima | Sumber: Aquarius Musikindo via kasetlalu.com
Waktu masih SMA saya sering sekali patungan sama teman-teman untuk bisa membeli sebuah kaset. Salah satu kaset yang kami beli secara kolektif waktu itu Dewa 19 - Pandawa Lima (1997). 

Saat itu uang mulai terkumpul dan saatnya pergi ke toko kaset. Di toko kaset kita bisa mendengarkan demo lagu-lagu yang sedang hits dan saatnya membuat wishlist album yang akan dibeli berikutnya. 

Pulang dari toko kaset kita ke rumah salah satu teman yang uangnya paling banyak untuk membeli kaset. Kita mulai mendengarkan Kirana, Aku Disini Untukmu, Bunga, sampai Kamulah Satu-satunya sambil membaca lirik di sampul kaset dan bernyanyi bersama. 

Untuk teman yang paling banyak menyumbang, maka dia yang pertama boleh menyimpan kaset itu dan mendengarkannya sampai puas. Setelah itu kita bergantian menyimpan kaset itu di rumah dan bergantian memuaskan telinga.

Momen yang luar biasa dan tidak akan pernah saya lupakan. Selain gotong royong untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, hubungan pertemanan pun terasa sangat solid dan menyenangkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun