Mohon tunggu...
Andhika Zulkarnaen
Andhika Zulkarnaen Mohon Tunggu... Wiraswasta - Founder of Cultura Magazine

A creativepreneur with more than 15 years of professional experience in communication, branding, and new media.

Selanjutnya

Tutup

Film

Furie: Film Action Thriller Vietnam

30 Mei 2019   06:18 Diperbarui: 20 November 2019   07:42 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka tak sekalipun mengucapkan dialog yang meremehkan kemampuan Phuong hanya karena ia perempuan. Phuong juga dilawan sekuat tenaga, baik dengan tangan kosong maupun senjata.

 Sebenarnya ini adalah gambaran kultur Vietnam yang matrilineal. Vietnam memiliki sejarah panjang yang menempatkan perempuan pada posisi setara dalam masyarakat.

Banyak dewa-dewa yang digambarkan sebagai perempuan. Pada peperangan pun perempuan memiliki peran besar. Kadang perempuan bekerja lebih berat dibandingkan lelaki di ladang. Perempuan juga umum berada di pemerintahan dan menempati berbagai jabatan.

 Ada beberapa suku yang memiliki aturan bahwa keputusan pernikahan di tangan perempuan. Pengantin laki-lakilah yang harus pindah ke rumah pengantin perempuan setelah menikah. 

Kultur ini sempat berubah atas pengaruh China dan Konfusion. Namun pada dasarnya Vietnam tidak memandang perempuan sebagai warga negara kelas dua atau makhluk lemah.

Ada pula dialog menarik ketika dua ibu-ibu pedagang daging di pasar mengomentari hidup Phuong. Phuong dianggap perempuan jalang karena tak punya suami padahal memiliki anak. 

Tetapi ibu lain menyahut bahwa komentar seperti itu tidak benar karena tak ada yang tahu hidup Phuong sebenarnya bagaimana. Ini gambaran yang bagus mengenai bagaimana stigma perlu dipatahkan. Perempuan yang melahirkan anak tanpa suami belum tentu perempuan yang buruk.

Selain scene laga yang digarap sangat baik, setting yang diciptakan dalam film ini benar-benar patut diacungi jempol. Sang sutradara membuat film ini sarat dengan kearifan lokal. Kita akan melihat sawah-sawah yang hijau, jalanan kampung yang gersang, juga perahu bermotor sebagai kendaraan di sungai yang membelah desa. 

Setting yang terasa alami dan tak dipaksakan inilah yang membuat Furie (2019) membekas di ingatan. Begitupun dengan perpindahan adegan. Misalnya gambaran dari masa kini ke masa lalu. Coloring-nya juga sangat apik dan khas.


Melalui Furie, kita diajak melihat dari pandangan mata kaum marjinal. Bisakah kita menyalahkan Phuong karena jalan hidup yang ia pilih? Seandainya ia memilih hidup yang baik, mungkin anaknya takkan diculik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun