Saat kesedihan kita sudah berlarut, saat kita merasa lelah walaupun  sudah berbaring di tempat tidur sepanjang hari dan saat kita mulai  kehilangan minat pada sesuatu yang bikin kita senang, sekarang saatnya  minta bantuan.Â
Gampang sekali bagi orang untuk mencari bantuan. Untuk menunjukkan pada dunia mereka lemah. Tapi bagaimana bisa seorang founder startup yang sudah memilih naik harimau mencari bantuan?
Itulah kenyataan yang saya hadapi. Cerita ini saya tulis bukan untuk  menakuti kalian yang akan terjun ke dunia bisnis menjadi entrepreneur.  Tapi inilah yang saya alami bertahun-tahun. Buat kalian yang masih  bekerja sebagai karyawan dengan posisi dan gaji yang cukup bagus, lebih  baik bertahan saja dulu (apalagi sudah berkeluarga) sampai kondisi  keuangan sudah stabil dan siap dengan segala risikonya.
 Selalu ingat, untuk menjadi seorang entrepreneur yang baik membutuhkan mindset dan mental yang kuat!
Entrepreneurship is neither a science nor an art. It is a practice. --- Peter Drucker
Notes (checklist) to employess before leaving your job
- Kenapa berhenti? Apa karena benci bos atau pekerjaan, mau mengejar passion, atau mau menjadi bos untuk diri sendiri?
- Bisa tidak saya bekerja untuk bisnis impian saat melakukan full-time  job? Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk memulai sebuah usaha?
- Apa plan A dan B saya? Bagaimana kalau keduanya gagal? Apakah saya punya plan C dan D?
- Berapa lama saya bisa bertahan tanpa gaji? Apakah saya punya backup secara financial?
- Berapa pengeluaran dan waktu yang saya perlukan untuk keluarga di  masa depan? Pertimbangkan kewajiban saat sudah menikah, pendidikan anak,  kebutuhan bulanan, liburan dan lain sebagainya.
Pikirkan baik-baik pertanyaan ini. "Kalau saya berhenti bekerja  kantoran dan mengikuti passion setelah bertahun-tahun berdedikasi pada perusahaan tempat saya bekerja sekarang, apa yang saya rasakan?"Â
Kalau  merasa takut, pertimbangkan kembali keputusan kamu. Kecuali kamu  siap gagal dan bersedia menanggung rasa sakit dari kegagalan itu, plus  orang sekitar kamu seperti keluarga siap menerimanya dan bisa mem-backup  kamu. Berani ambil risiko itu harus, tapi tetap perlu pakai perhitungan!
This is my story, how about your story?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H