Mohon tunggu...
Andhika Fachrell
Andhika Fachrell Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Sukuk Hijau dalam Transportasi Berkelanjutan

28 Februari 2024   23:57 Diperbarui: 29 Februari 2024   00:02 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama:  Andhika Fachrell Fatihah
NIM: 220910101046
Kelas: Ekonomi Politik Internasional A2

Dalam beberapa tahun terakhir ini dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa disruptif yang memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap umat manusia. Di mulai dari pandemi COVID-19 yang menyebabkan terjadinya New Normal yang tidak lama kemudian ditambah juga oleh perang di Ukraina, menyebabkan krisis pangan dan energi serta merusak kemajuan yang telah dicapai selama beberapa dekade terakhir. 

Masuk dalam tahun 2023, dunia sedang menghadapi tantangan kombinasi jenis resiko yang baru dan lama. Resiko lama seperti inflasi, perang dagang, kerusuhan sosial, dan konflik antar geopolitik telah muncul kembali, sementara resiko -resiko baru seperti tingkat utang yang tidak berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi yang rendah, menurunnya pembangunan manusia, kemajuan teknologi yang pesat, dan masalah iklim yang mendesak, menjadi perubahan yang akan membentuk masa depan. Faktor - faktor ini menciptakan era ketidakpastian dan kekawathiran bagi dunia untuk dekade - dekade mendatang. 

Perubahan iklim atau Climate Change adalah salah satu masalah paling mendesak saat ini. Dampak perubahan iklim yang drastis sudah dapat dirasakan di seluruh bagian dunia, dan datang dalam bentuk perubahan cuaca yang lebih ekstrem, naiknya permukaan air laut, dan turunya produktivitas dalam pertanian. Indonesia sendiri sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, karena populasinya yang besar dan padat, lokasi geografis yang berbentuk kepulauan, dan ketergantungan pada sumber daya alam. 

Untuk menanggapi tantangan yang ada akibat perubahan iklim, Indonesia telah membuat sejumlah komitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan usaha beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim. Salah satu komitmen tersebut adalah dengan mengeluarkan isu sukuk hijau, dimana pembiayaan terbesarnya berfokus pada transportasi berkelanjutan. 

Sukuk Hijau atau Green Sukuk merupakan instrumen investasi berbasis prinsip syariah yang bertujuan untuk mendukung proyek ramah lingkungan. Instrumen investasi ini berupa obligasi atau underlying asset yang bisa dibeli oleh masyarakat investor dari berbagai kalangan. Dana dari aset ini berguna untuk membiayai kegiatan berwawasan lingkungan. Adanya instrumen investasi ini menjadi bentuk dukungan terhadap komitmen Indonesia mencegah perubahan iklim dan menjaga lingkungan. 

Sejak 2018, Pemerintah Indonesia Kementerian Keuangan ( Kemenkeu ) telah menerbitkan Green Sukuk di pasar global dengan total mencapai USD6 miliar. Sementara untuk pasar domestik, pemerintah juga menerbitkan Green Sukuk ritel pertama di dunia. Green Sukuk ritel ini dijual secara online kepada investor individu dengan total penerbitan rentang 2019-2023 mencapai Rp25,2 triliun. 

Penerbitan ini melalui lelang dengan seri PBSG001 sejak 2022 dengan total hingga kini mencapai Rp20,4 triliun. Berdasarkan sektornya, transportasi berkelanjutan memiliki proporsi kumulatif pembiayaan green sukuk terbesar sepanjang 2018 hingga 2022 yaitu mencapai 32,39% dari persentase total pembiayaan.

Salah satu sektor pembiayaan terbesarnya jatuh pada sektor transportasi berkelanjutan seperti pembangunan Kereta Rel Listrik atau KRL dan Light Rail Transit atau LRT. transportasi berkelanjutan ini sendiri memiliki dampak terhadap pembangunan berkelanjutan atau SDG nomor 11 kota dan pemukiman yang berkelanjutan, serta nomor 13 penanganan perubahan iklim. 

Salah satu contoh proyek - proyek Sustainable Transport transportasi berkelanjutan yang didanai dengan dana Green sukuk ini adalah proyek rel kereta di Pantai Utara Pulau Jawa, proyek rel kereta lintas Sumatera dan proyek rel kereta Jabodetabek. Demi pembangunan jalur kereta api baru di Provinsi Sulawesi Selatan untuk membuka akses masyarakat terhadap pelayanan kereta api dalam rangka pembangunan perekonomian daerah dan konektivitas transportasi. 

Proyek tersebut juga mencakup pembangunan jalan dan jembatan. Pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan kapasitas operasi perkeretaapian, termasuk pembangunan ganda lintasan dalam rangka transportasi konektivitas di Pulau Jawa. Proyek termasuk konstruksi kereta api dan jembatan serta pendanaan operasi dan manajemen. 

Tidak hanya di daratan pemasangan dan revitalisasi alat bantu navigasi di laut bertenaga surya untuk meningkatkan keselamatan transportasi laut dan pelayanan lalu lintas juga menjadi hasil pendanaan. Perangkat tersebut mencakup panel surya untuk mercusuar, suar, dan pelampung suar.

Dengan adanya kendaraan publik yang berkelanjutan ini harapanya dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh kendaraan berbahan bakar fosil. Sukuk hijau juga digunakan untuk mendukung proyek - proyek transportasi berkelanjutan lainnya, seperti pengembangan infrastruktur pengisian kendaraan listrik, transportasi pertanian berkelanjutan, dan pengelolaan limbah bahan bakar, juga mencakup berbagai aspek transportasi, dari pembangunan infrastruktur hingga penggunaan teknologi dan praktek yang ramah lingkungan.

Selain manfaat lingkungan, investasi melalui sukuk hijau juga memberikan dampak sosial dan ekonomi yang positif terhadap sosial dan ekonomi. Proyek - proyek transportasi berkelanjutan akan menciptakan lapangan kerja lokal dan meningkatkan aksesibilitas mobilitas bagi masyarakat yang kurang mampu untuk berpergian. 

Ini juga meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat dan meningkatkan keterampilan dan membuka peluang kerja bagi penduduk lokal. Namun pembangunan infrastruktur dan fasilitas perkeretaapian belum memberikan kontribusi signifikan terhadap penurunan emisi gas rumah kaca akibat tren penurunan penggunaan transportasi umum akibat kebijakan pembatasan sosial serta perubahan gaya hidup dan pola pergerakan selama pandemi COVID19.

Disisi lain juga dengan pertumbuhan kesadaran akan pentingnya transportasi berkelanjutan dan investasi yang ramah lingkungan, terdapat potensi pengembangan lebih lanjut dalam pasar sukuk hijau. Negara-negara dan lembaga keuangan dapat meningkatkan inisiatif penerbitan sukuk hijau untuk mendukung proyek-proyek transportasi berkelanjutan yang lebih luas, seperti pengembangan infrastruktur transportasi ramah lingkungan di daerah perkotaan dan pedesaan, serta investasi dalam teknologi transportasi bersih yang inovatif. 

Kolaborasi antara negara-negara dan lembaga keuangan juga merupakan kunci untuk mengoptimalkan penggunaan sukuk hijau dalam mendukung transportasi berkelanjutan. Pertukaran pengetahuan dan pengalaman antara negara-negara dapat memperkuat praktik terbaik dalam penerbitan dan penggunaan sukuk hijau untuk transportasi berkelanjutan, sementara kerjasama antara lembaga keuangan dapat memperluas sumber daya yang tersedia untuk pembiayaan proyek-proyek tersebut.

Langkah-langkah yang diambil oleh Indonesia dalam menerbitkan sukuk hijau untuk mendukung transportasi berkelanjutan telah mendapatkan tanggapan positif dari berbagai pihak, termasuk masyarakat internasional dan pasar keuangan global. Dukungan yang luas ini menunjukkan bahwa sukuk hijau memiliki potensi yang besar untuk menjadi instrumen penting dalam mendorong transformasi menuju transportasi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan di masa depan.

Dengan demikian, meskipun sukuk hijau menawarkan banyak potensi dalam mendukung transportasi berkelanjutan, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti kurangnya pemahaman dan kesadaran tentang instrumen keuangan ini di kalangan investor dan masyarakat umum. Namun, dengan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga keuangan, serta peningkatan edukasi dan regulasi yang mendukung, sukuk hijau memiliki potensi besar untuk memainkan peran sebagai insentif yang signifikan dalam mendorong transportasi berkelanjutan di seluruh dunia.

Sekian opini saya mengenai peran Sukuk Hijau dalam Transportasi Berkelanjutan. Saya sadar bahwa tulisan saya memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun