Sampai di gapura sekolah yang berbahan bambu dan coran semen, seperti biasa ada upacara pada senin pagi. Selesainya, Zuhri langsung menuju ke kelas untuk mendapatkan materi pelajaran. Ia tidak bersandar pada keluhan terhadap sekolahnya, tapi etos kerja dan semangat dalam menimba ilmu inilah yang membuat setiap guru yang akan mengajarkannya menjadi tersanjung. Seakan bercerita pada gurunya, bahwa suatu saat nanti lewat pendidikan, ia akan mampu menjadi pribadi yang bernilai, sukses, dan bermanfaat. Dalam hal ini ia percaya bahwa akan ada waktunya ia akan membangun suatu tatanan masyarakat yang sejahtera dan makmur. Itulah hakikat pendidikan, kelak akan membawa suatu kemajuan bagi orang yang bertekad dan berkemauan untuk belajar.
Ohh ya, Teludo ini hanya memiliki satu bangunan sekolah yang berluaskan 50km2 dan lapangan seluas 10m2. Sekolah yang sederhana tetapi memiliki andil yang besar untuk menyebarluaskan pengetahuan bagi masyarakat. Di kelas, Zuhri aktif dalam menulis. Melalui untaian kata, menurutnya cara yang efektif untuk memberikan pesan dan informasi kepada seseorang. Apabila diperhatikan seksama, tidak ada yang salah darinya. Seorang anak sekolah dasar yang mempunyai ambisi dan ingin membangun suatu perubahan yang lebih baik, dan itu patut diapresiasi. Terlebih, diusianya yang begitu muda, ia sudah berpikir jauh kedepan. Itulah yang unik dari Zuhri.
Melihat sesuatu yang tidak biasa dari desanya, yaitu kurangnya kesadaran bagi masyarakat untuk bersekolah. Apakah ini karena faktor kurangnya penyediaan akses sekolah dan infrastruktur sosial sebagai penunjangnya? Tentu jawabannya bisa iya, bisa tidak. Seberapa pun kondisinya, mengenyam pendidikan dibangku sekolah itu hal yang utama. Bersyukur, bangunan yang menjadi sandaran dan harapan untuk mendapatkan secercah cahaya ilmu yang kelak akan berguna bagi pemiliknya.
Jika membahas hal ini, Zuhri tentu merasakan hal yang sama. Baginya, sebuah pengorbanan yang berarti, terletak pada orang tuanya yang telah membesarkan dan membimbingnya. Maka, tak patut bagi seorang anak yang enggan untuk mengabdi dan berbakti pada orangtuanya, juga halnya mendengarkan nasihat yang kemudian dijalankan. Orang tua zuhri memang hanya lulusan sekolah dasar, yang sekarang tempat zuhri bersekolah. Perkiraan sekolah itu sudah berusia lebih kurang tigapuluh tahun lamanya, dan perlahan bangunan itu terlihat sudah ingin dipensiunkan.
Zuhri sehari-harinya bermain bersama teman-temannya di seberang Desa Buana. Layang-layang menjadi kegemarannya, karena angin disana cukup kencang dan mudah untuk menaiki sebuah layangan. Dalam perjalanannya menuju kesana, ia merasakan ada sedikit perbedaan antara kondisi Teludo dan Buana. Dari bangunan-bangunannya yang corak pedesaannya ada, tetapi terlihat begitu rapih dan kokoh. Jarang ditemukan jalan yang usang, atau hal-hal yang biasanya ditemukan di Teludo.
Menjelang akhir semester, tentu sekolah akan diliburkan. Terlebih dahulu akan ada pelaksanaan ujian yang wajib diikuti oleh siswa SD Harapan Teludo. Zuhri yang telah belajar dengan giat, dapat mengerjakan soal itu dengan jujur dan tepat waktu. Saat pengumuman, ia mendapat nilai-nilai yang memuaskan dan naik tingkat menjadi kelas enam. Kedua orang tuanya bersyukur bahagia dan bangga atas putranya yaitu Zuhri.
Waktu liburan, inilah saat Zuhri mulai merenung dan mencoba menggali apa yang akan terjadi di masa depan. Ia mengelukan secarik kertas untuk mengeluarkan curahan hatinya. Dalam tulisan-tulisannya, memuat akan cita-cita, harapan, tujuan kedepan, dan pesan-pesan yang ingin ia sampaikan kepada semua orang. Pesan yang mendalam itu, layak menjadi juara apabila dilombakan. Tentu yang membaca akan ikut terasa apa yang dirasakan Zuhri. Bila dilihat seperti inilah secarik kertas dari Zuhri.
Tanggal, Minggu 27 Juni 20021
Dari Zuhri
Kepada Siapa saja yang membacanya