Mohon tunggu...
Andhika ivananta budiman
Andhika ivananta budiman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memupuk dengan membaca, memetik dengan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

01.40

9 Januari 2024   08:30 Diperbarui: 9 Januari 2024   08:41 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Wah, masnya suka nulis puisi juga? Boleh dong sharing tulisan mas, mas lagi nulis tentang apa? oh iya, ngomong-ngomong namaku shanti," ujar seorang puan yang ternyata Bernama shanti itu, ia terlihat sangat bersemangat Ketika mengetahu Atman sedang menulis puisi.

"Wahh, boleh-boleh, aku juga butuh temen buat sharing, siapa tau bisa tukeran ide-ide, namaku Atman, aku lagi nulis puisi tema percintaan sih, mungkin buat awalan, kenapa kamu suka nulis puisi?" jawab Atman yang juga tampak semangat.

"Awal aku nulis puisi iu semenjak aku berkunjung ke panti asuhan, waktu itu aku lagi bagi-bagi buku di sana, entah kenapa dari banyaknya buku yang ku bagiin, kebanyakan anak-anak usia sekitaran anak SMP mungkin ya? Mereka tertarik sama buku-buku sastra, kita jadi bercerita tentang perasaan dari pengalaman yang mereka rasakan, dari situ aku entah kenapa jadi bersemangat buat menulis karya sastra dan aku mulai dari puisi, mungkin karena dari situ aku merasa kalua karya sastra adalah media penghubung perasaan sesame manusia, kalau mas sendiri kenapa suka nulis puisi?"

"Hmm, awalnya sih aku nulis puisi cuman sebagai pengisi waktu luang aja, cuman seiring berjalannya waktu, aku ngerasa menulis nambah keahlian ku mengolah kata dan khususnya berfikir, mungkin pandanganmu benar, karena dari proses menulis itu kita jadi lebih mengenali apa yang kita rasakan dan juga apa yang orang lain rasakan kan? Lalu kita curahkan itu dalam bentuk tulisan,"

"Mungkin iya sih mas.. dari yang sering aku tulis, aku lebih sering nulis dari apa yang kulihat lalu dari situ baru aku terjemahin ke dalam diriku, seperti tulisan pertama ku sepulang dari panti asuhan itu, aku menulis apa yang mereka rasakan, lalu aku selami itu, aku bentrokkan dengan apa yang aku rasakan, ngomong-ngomong soal ide, mas lebih sering nulis genre apa?"

"Sebelum bahas genre tulisan, aku ada pertanyaan, kenapa kamu menulis tentang hal luar terlebih dahulu sebelum diri kamu? ini menarik, karena yang aku lakukan itu sebaliknya, menurutku proses menyelami diri itu penting sebelum kita berpindah ke luar itu," Tanya Atman yang penasaran, karena apa yang Shanti lakukan berbeda dengan Atman.

"Awalnya aku pun begitu, tapi lama-kelamaan aku merasa jika terlalu lama meresapi apa yang ada dalam diri, kita hanyut di dalamnya, terlena, aku menulis pun sebenarnya juga jadi salah satu proses damai dengan diri sendiri, menurutku untuk berdamai, kita harus mempunyai perbandingan, agar tidak tenggelam dalam satu sudut pandang saja, kalau mungkin aku masih menggunakan cara itu, cara yang mas lakukan, bukankah itu malah membawakan kebencian?"

Atman terdiam sejenak, pertanyaan terakhir Shanti menggema dalam pikirannya, "bagaimana bisa? Bukankah dengan mengamati penderitaan orang lain agar tidak terjadi di kita adalah sebuah tarian di atas tangisan mereka?"

"Itu sepertinya berbeda hal mas, yang aku lakukan itu aku mencoba menjadi dua arah, keluar dan kedalam di saat bersamaan, aku rasa akan ada kemunafikkan, jika mas bermaksud mengenali diri sendiri secara penuh terlebih dahulu sebelum membagikannya ke orang lain, karena nantinya sifat besar kepala akan terbawa keluar sana, yang meruntuhkan mas di tangga kedua, dari khayalan dan harapan yang mas ciptakan, tanpa diiringi kenyataan"

"Sebentar, biarkan aku berfikir," Atman meminta waktu seraya memikirkan apa yang sudah, sedang dan akan ia alami.

Percintaan, hubungan seperti Romeo dan Juliet, Atman meyakini bahwa itu adalah omong kosong, tidak ada lagi Romeo dan Juliet pada masa kini, hanya ada Romeo atau Juliet, usaha-usaha yang dilakukan oleh Romeo atau Juliet hanya menghasilkan rasa sakit, benci dan dendam, cinta yang murni itu hanya ada dalam ilusi yang muncul dari sentuhan pertama, selanjutnya bukan cinta namanya, melainkan proses negosiasi, jual-beli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun