Mohon tunggu...
Petra Andella Rista Shianturii
Petra Andella Rista Shianturii Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

stay healthy and happy everyone !

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selamatkan! Lestarikan! Realisasikan!

20 April 2018   23:37 Diperbarui: 21 April 2018   09:48 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dilansir dari linimasa Badan Standar Nasional Pendidikan, Presiden Republik Indonesia, Jokowi Dodo, pada saat Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 5-8 Februari 2018 Sawangan, Depok, mengatakan bahwa kekayaan sumberdaya alam tidak bisa menjamin kesejahteraan dan kesuksesan sebuah bangsa. 

Oleh karena itu, jangan sampai sumber daya alam yang melimpah membuat kita malas, melemahkan daya juang dan membuat kita lemah dan tidak membuat kita kreatif. Orang nomor satu di Indonesia ini pun menambahkan yang memajukan sebuah negara adalah SDM, stabilitas sosial dan politik, kepemimpinan dan manajemen pemerintah, IPTEKS, serta kreatifitas dan inovasi1.

Pernyataan tersebut menekankan bahwa hal yang perlu dilakukan untuk mengubah sebuah negara adalah meningkatkan kualitas SDM masyarakat negara tersebut. Bagaimana caranya meningkatkan kualitas SDM? Secara khusus di Indonesia?

Pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu cara merubah dan meningkatkan kualitas SDM. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara2. 

Pendidikan juga merupakan upaya merealisasikan tujuan negara Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 "...Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan Kesejahteraan Umum, Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, dan Ikut Melaksanakan Ketertiban Dunia yang Berdasarkan Kemerdekaan, Perdamaian Abadi dan Keadilan Sosial..."

Hadirnya teknologi sangat membantu dalam proses pendidikan Indonesia. Semua sistem pembelajaran dapat diakses melalui internet di mana saja dan kapan saja. Teknolgi yang sangat cepat ini merupakan dampak positif dari adanya globalisasi. 

Kini, hampir semua sistem dalam pendidikan berbasis internet, mulai dari pendaftaran sekolah, data-data siswa, ujian sekolah sampai ujian nasional. Sudah seharusnya teknologi memberikan dampak yang positif.

Namun globalisasi dan teknologi juga memberikan dampak yang negatif. Dengan adanya globalisasi masyarakat Indonesia dapat mengakses dengan mudah segala informasi baik nasional maupun internasional. Kemudahan berinformasi juga dapat dilihat dari banyaknya media sosial yang ada saat ini, sebut saja Instagram, facebook, line, twitter, path dan lain sebagainya, yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia terutama para milenial.

Lalu apa keterkaitan antara pendidikan dan kebudayaan dengan teknologi?

Kecenderungan masyarakat yang tidak bisa lepas dari gawai merupakan dampak dari teknologi yang sangat nyata. Di setiap saat dan tempat, semua orang dari anak-anak hingga dewasa selalu bermain dengan gawai mereka tanpa memperdulikan sekitar mereka. Dilansir dari linimasa Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, bahwa Indonesia menempati tempat keenam dunia sebagai pengguna internet terbanyak di dunia3. 

Berdasarkan data statistik  Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia tahun 20174, terlihat bahwa pengguna internet terbesar adalah masyarakat dengan usia 19-34 tahun dengan angka 49,52%, yang masih merupakan usia sekolah atau sedang menempuh pendidikan. Dapat dipastikan generasi penerus bangsa kini sangat bergantung pada internet dan gawai.

Hal ini dapat dibuktikan pula dengan banyaknya unggahan masyarakat di media sosial. Masyarakat kini bertindak seolah-olah apa pun yang mereka lakukan dan rasakan harus diketahui semua orang sehingga setiap harinya hampir semua orang pasti mengunggah salah satu kegiatannya di media sosial.

Unggahan-unggahan di media sosial pun kerap kali dijadikan standar dalam kehidupan, seperti gaya berpakaian yang kini lebih cenderung ke budaya pakaian luar negeri, gaya berpacaran, harus mengambil makanan yang dipesan sebelum dimakan dan sebagainya.

Dengan standar-standar yang kian lama menjadi budaya itu memberikan dampak yang negatif pada kebudayan Indonesia. Budaya Indonesia yang dikenal ramah pada siapa pun tak lagi dirasakan sebab setiap pertemuan semua orang sibuk dengan gawainya masing-masing, tidak berniat untuk bercengkrama dengan orang-orang disekitarnya. 

Kebudayaan Indonesia pun tidak terlalu menonjol lagi sebab banyak kebudayaan negara lain yang menarik perhatian generasi milenial, seperti mengikuti tarian K-Pop. Banyak sekali acara-acara yang mengadakan lomba tarian K-Pop dan jarang acara-acara yang mengadakan lomba menari daerah, kecuali acara-acara yang diselenggarakan pemerintah.

Anak-anak usia di bawah 18 tahun yang melihat tren ini secara otomatis akan mengikuti perkembangan ini, mengapa? Sebab anak-anak di bawah 18 tahun secara psikologis belum dapat menentukan dengan benar apa yang harus dilakukan maupun tidak. Ketika ada tren tertentu mereka akan segera mengikuti dengan tujuan akan menjadi pusat perhatian seperti tren tersebut. 

Selain tariannya, mereka pun cenderung mengikuti cara berpakaian luar negeri yang bebas dan terbuka. Akibatnya anak-anak yang mengikuti tren tersebut tidak lagi disebut anak-anak dikarenakan gayanya yang sudah seperti orang dewasa.

Tidak hanya tren luar negeri, tetapi juga gaya berpacaran dan bentuk tubuh. Media sosial tidak menyaring unggahan apa pun yang ada di linimasanya sehingga ketika orang-orang dewasa mengunggah kegiatannya dengan pasangannya itu dapat dilihat dengan mudah oleh anak-anak di bawah umur yang memiliki media sosial yang sama. 

Sama seperti tren luar negeri, ketika melihat gaya berpacaran orang dewasa tersebut anak-anak dengan cepat akan mengikutinya kerena mereka menganggap itulah standar yang ada. Sehingga banyak bermunculan kasus-kasus anak SD yang berpacaran di luar batas.

Bentuk tubuh ideal bagi generasi milenial, khususnya wanita, seolah menjadi hal yang wajib. Para remaja di Indonesia berlomba-lomba menunjukkan bahwa bentuk tubuh mereka yang terbaik. Sehingga mereka tak segan lagi menggunakan pakaian-pakaian yang terlampau ketat dan terbuka. Ini mencoreng budaya Indonesia, sebagai negara timur yang identik dengan pakaian sopan dan tertutup. Tidak hanya media sosial, tayangan televisi pun menjadi sumber tiruan anak-anak di zaman ini.

Inilah alasan mengapa pendidikan sangat dibutuhkan sebagai tameng masyarakat Indonesia dalam menghadapai kemajuan teknologi. Tidak hanya pendidikan formal tetapi juga pendidikan nonformal yang dapat diperoleh di luar sekolah, seperti keluarga dan lingkungan tempat tinggal.

Para pendidik di sekolah diharapkan dapat mendidik anak-anak muridnya menjadi anak yang cerdas dan berkarakter. Hal ini dapat dilakukan tidak hanya dengan menetapkan berbagai peraturan dan sanksi tetapi juga dengan cara sederhana yang dimulai dari para pendidik, seperti selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan santun, tidak menggunakan kata-kata kasar, bertingkah laku sopan sekalipun pada anak muridnya yang notabene jauh lebih muda darinya, tidak datang terlambat ke sekolah dan lain sebagainya. 

Mengapa menggunakan cara ini? karena mengidentifikasikan diri dengan seorang tokoh atau model (misalnya orang tua), maka anak cenderung meniru pola-pola tingkah laku moral dari tokoh atau model tersebut tanpa disadari yang lama-kelamaan diambil alih oleh anak tersebut menjadi bagian dari dirinya sendiri4.

Sehingga dengan mencontohkan secara langsung karakter-karakter yang baik, anak-anak akan terbiasa dengan karakter yang baik dan menjadikan hal tersebut bagian dari dirinya. 

Anak-anak juga perlu diajarkan mengenai teknologi yang terbatas, artinya memberikan mereka pengatahuan teknolgi (sains) yang seluas-luasnya tetapi tidak dengan konten yang belum pantas untuk mereka. Sehingga kualitas pendidikan anak dapat berkembang sesuai zaman tetapi tetap dalam karakter yang baik.

Tidak hanya diajarkan untuk terus berkembang secara global, namun anak-anak juga perlu ditanamkan kecintaan akan Indonesia terlebih budayanya sehingga kebudayaan di Indonesia akan tetap lestari tanpa terkecoh adanya globalisasi. 

Solusi mempertahankan kebudayaan ini salah satunya melalui ekstrakulikuler, seperti ekstrakulikuler menari daerah, membuat kerajinan daerah atau dengan menyanyikan lagu daerah setelah pulang sekolah serta pengadaan satu hari menggunakan bahasa daerah. Ini akan sangat membantu anak-anak untuk mengenal dan melestarikan budaya daerah Indonesia.

Pendidikan dan pelestarian budaya dapat juga dilakukan di lingkungan tempat tinggal, dengan cara membentuk komunitas atau semacamnya yang isinya mengajarkan tentang kebudayaan, mulai dari sejarah, musik, alat dan lainnya.

Peran orang tua dan keluarga lainnya juga sangat penting. Orang tua diharapkan untuk mengawasi dan mengajarkan pendidikan karatkter kepada anak-anaknya. Apabila anak-anaknya sudah menggunakan gawai sebaiknya terus dipantau konten apa saja yang ada di gawai sang anak, apakah konten tersebut pantas atau tidak atau apakah sang anak menjalin hubungan dengan lawan jenis. 

Ketika menemukan hal-hal yang tidak sesuai, orang tua sebaiknya memberikan pengertian kepada sang anak bahwa apa yang dilakukannya atau konten yang dilihatnya pada gawai itu belum pantas untuk dirinya. Sampaikan dengan tenang dan sertakan alasan yang logis tetapi mudah dimengerti. Jangan langsung memarahi atau melarang sang anak, sebab hal itu akan membuat anak takut tetapi tidak menghentikan aksinya.

Saat menonton televisi bersama pun, usahakan untuk menonton tayangan televisi yang cocok untuk anak-anak, seperti kartun, berita atau acara ragam yang memberikan pengetahuan dan hiburan dengan konten yang pas. Jangan menonton tayangan sinetron saat bersama anak-anak, sebab tayangan tersebut belum dapat dipahami dengan baik oleh anak-anak.

Menggunakan bahasa daerah saat di rumah juga sangat membantu anak-anak untuk mengenali budaya daerah dan mereka pun tidak kehilangan jati diri budaya mereka. Karena pada dasarnya, semua berawal dari keluarga. Oleh sebab itu, orang tua dan keluarga lainnya sebagai agen sosial pertama harus menjadi pendidik dan pemberi contoh yang baik.

Pemerintah dapat memberikan andil dengan cara menetapkan kurikulum yang sesuai untuk pendidikan anak-anak Indonesia juga memberikan batasan penggunaan internet pada masyarakat sesuai umur masyarakat. 

Pemerintah dapat membuat sistem internet terbarukan yang bisa mengelompokkan konten berdasarkan pengguna yang dapat diketahui dari profil (tahun lahir) pengguna internet. Hal ini dimaksudkan agar ketika anak-anak di bawah umur menggunakan internet, konten yang akan muncul atau yang tersedia itu sesuai dengan mereka sehingga tidak ada konten yang menyimpang.

Dengan demikian, pendidikan menjadi salah satu jalan memajukan negara Indonesia. Melalui pendidikan, baik akademik maupun karakter, generasi bangsa akan terus berkembang seiring dengan globalisasi yang tak terhentikan namun jati diri kebudayaan Indonesia tetap melekat dan berada pada puncak kelestariannya. Pendidikan dan kebudayaan bersinergi menjadi satu kekuatan Indonesia yang luar biasa.

Generasi Indonesia terselamatkan, budaya dilestarikan, dan tujuan bangsa terealisasikan.

TINJAUAN PUSTAKA : 

1. http://bsnp-indonesia.org/

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (1).

3. https://kominfo.go.id/4. https://www.apjii.or.id/

5. Gunarsa, Singgih D & Ny.Y. Singgih D.2008. Perkembangan Psikologi Anak dan Remaja.PT BPK Gunung Mulia : Jakarta. Hal-65

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun