Sebagai salah satu Kompasianer saya ikut berbangga dengan kesuksesan  kompasianer lain yang telah menerbitkan buku seperti salah satunya Mas Wisnu Nugroho, setidak-tidaknya saya bisa bilang ke sanak famili ketika menonton TV "nah itu salah satu penulis terkenal yang sama-sama jadi kompasioner dengan saya" (hehehe... semoga mas Inu memang menganggap saya juga temannya.. ngarep.com). Saya sangat beruntung karena telah dua kali melihat acara bedah buku beliau ini di stasiun Televisi Berita Nasional terbesar saat ini yaitu TV One dan Metro TV. Ketika acara di Kabar Malam saya tidak begitu konsentrasi menontonnya karena sedang mengetik tulisan untuk Kompasiana yang ternyata setelah di publish tiba-tiba menghilang dari layar Kompasiana dan sampai saat ini saya tak tahu sebabnya karena admin Kompasiana belum menjawab pertanyaan yang saya kirim lewat kolom Messages. Nah tadi ketika Metro TV menyiarkan bedah buku Mas Inu di Metro Hari Ini jam 17.30 sore saya lebih fokus menontonnya. Bagi kompasianer lain yang tidak seberuntung saya bisa menonton acara itu saya akan membeberkannya untuk anda berikut ini. Yang dibahas dalam bedah buku itu antara lain adalah : 1. Jilbab Biru Andi Merpati
Wisnu Nugroho sebenarnya tidak sengaja memperhatikan foto ketika anggota KPU termasuk Andi Merpati menemui Presiden terpilih tahun 2009, tapi setelah dia hengkang dari KPU ke Partai Demokrat barulah Inu sadar bahwa dalam foto itu ada yang agak aneh (kurang maching antara baju coklat dan jilbab biru Andi Merpati). Maka kemudian ditulislah cerita itu karena Inu merasa pasti sesuatu yag ganjil dan tentu ada yang mensetting pemakaian jilbab biru itu sebelumnya.
Kalau saya pribadi malah melihat bahwa sebenarnya sebelum kampanye dijalankan, dengan cerdik dan lihai orang-orang partai Demokrat telah "menyusupkan simpatisan atau orang seideologi dengan mereka menjadi anggota KPU" . Wallahu'alam.
2. Biaya kampanye Partai Demokrat terbesar kedua :
Wisnu Nugroho : SBY pernah mengungkapkan bahwa seharusnya biaya politik di Indonesia itu jangan terlalu besar. Tapi ironisnya biaya kampanye partainya sendiri sangat mahal, karena partai Demokrat menyewa pakar-pakar komunikasi dan selebritis yang termahal saat itu seperti Fox Indonesia, Band Ungu dll untuk pencitraan partainya.
3. SBY adalah pribadi yang sangat Perfeksionis:
Wisnu Nugoho mengggambarkan keperfeksionisannya itu seperti dia tidak mau pecinya miring ke kiri atau ke kanan dan benar-benar harus dalam posisi pas lurus di tengah-tengah, untuk itu SBY selalu bertanya pada staf sekelilingnya sebelum tampil mengenakan peci tersebut. Contoh lainnya adalah SBY selalu latihan berpidato seperempat jam sebelum tampil benar-benar berpidato. Latihan itu direkam dan dievaluasi dalam team yang ditugaskan. Ketika kampanye SBY menugaskan team yang disebut Inu "Team Hore" (ini hanya penamaan Inu saja karena dia bingung terlalu banyak team yang ada disekeliling SBY) untuk menghitung lama pidato SBY. SBY sangat memperhatikan lama masa pidato ini karena tahu bahwa audiens kampanye itu hanya akan betah 7 menit saja mendengarkan pidato. Maka setelah 7 menit SBY akan langsung menghentikan orasinya.
Untuk keperfeksionisan SBY ini Tjipta Lesmana mengatakan bahwa hanya SBY satu-satunya Presiden Indonesia yang terlalu mengutamakan detail seperti itu. Dari orang-orang Suharto Tjipta Lesmana mengatakan bahwa Suharto tidaklah melakukan hal itu. Kesukaan terlalu peduli pada detail seperti itu membuat SBY seolah-olah sedang melakukan "acting" dan itu tidak perlu. Detail itu adalah kepentingan sekunder dan bahkan tersier. Yang akan lebih diperhatkan rakyat adalah subtansi atau isi dari pidato itu sendiri.
Wisnu Nugroho : kalau peci saja harus lurus karena cemas seandainya condong ke kiri atau ke kanan nanti rakyat akan mentafsirkan bahwa SBY condong ke ideologi kanan atau kiri adalah tdak benar karena sejatinya ideologi itu sendiri sudah lama mati di Indonesia.
Kalau menurut pengalaman saya pribadi, seseorang yang perfeksionis sering menyakitkan orang-orang yang dekat dan membantu dirinya, karena biasanya mereka cendrung pemarah kepada lingkungan terdekat. Bila bertemu mas Inu saya akan tanya hal ini, apakah SBY itu pemarah kepada orang-orang terdekatnya? Saya yakin bahwa kepemimpinan orang yang perfeksionis itu tidaklah efektif, biasanya pembantu terdekatnya hanya patuh secara kamuflase karena mereka bersedia membantu hanya karena unsur keterpaksaan (seperti terdesaknya ekonomi atau sebagai balas budi semata). Orang yang perfeksionis lebih mengutamakan citranya ke luar tapi sulit memenej ke dalam (orang sekitarnya)
4. Faktor yang membuat partai Demokrat menang
Di 2004 Demokrat menang menurut Tjipta Lesmana adalah karena faktor ketokohan SBY dan saat itu pamor Megawati dan PDIP sedang babak belur. Di 2009 kemenangan itu tetap karena ketokohan SBY dan mesin pencitraannya yang sukses dimata rakyat.
5. SBY percaya Klenik
Wisnu Nugroho selain mengamati pribadi juga mengkonfirmasi ke orang-orang terdekat ternyata SBY itu percaya sekali dengan kekeramatan angka seperti angka 9. Contoh tanggal peresmian partai Demokrat adalah tanggal 9 bulan 9 tahun 2001 dihadiri oleh 99 orang. Undian di KPU Demokrat no 9 . Menurut Anas Urbaningrum sebenarnya mereka kecewa ketika Demokrat no 31 tapi setelah diotak-atik ternyata angka itu adalah penjumlahan dari 9+9+9+4 yang diambil dari kelahiran SBY 9-9-49 dan mereka akhirnya senang dengan nomor 31 itu, lampu gantung di Istana berjumlah 9 begitu juga gambar rusa yang terpajang juga berjumlah 9.
Tjipta Lesmana : barangkali SBY terinspirasi oleh teman-temannya yang non Pri yang percaya dengan angka 9 ini, mustinya jangan lagi begitu karena sekarang kan sudah abad moderen.
Menutup dialog bedah buku ini Wisnu Nugroho menjelaskan bahwa buku Pak Beye pertama menyiratkan ajakan mas Inu agar pembaca SENYUM, buku kedua mengajak pembaca GELISAH dan buku ketiga nanti mengajak pembaca BERPIKIR. Sebagai salah satu kompasioner saya berharap buku mas Inu akan membawa kita rakyat Indonesia lebih tahu siapa yang memimpin kita dan selanjutnya lebih berhati-hati memilih pemimpin karena setiap yang memimpin kita akan turut menentukan bangaimana nasib rakyat selanjutnya. Disamping itu saya berharap pula suatu saat tulisan-tulisan saya juga bisa terbit menjadi sebuah buku yang bisa menjadi tabungan saya untuk masa depan yang abadi (di alam baqa).. amin. Tangerang, 19 September 2010 foto diambil dari : http://rumahabi.info/buku-pak-beye-dan-istananya.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H