Mohon tunggu...
Julia Andayani
Julia Andayani Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

Karyawati antusias yang menuangkan segala ide, pemikiran, pendapat, ulasan dan pengalaman dalam sebuah tulisan. Dimana tulisan adalah bentuk dari berontak logika dan perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan ucapan. Silahkan kunjungi blog saya di juliaimnida.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bonus Langka, Berupa Peluang Ataukah Ancaman?

19 September 2016   12:58 Diperbarui: 19 September 2016   13:10 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu saya pulang kantor sedikit lebih malam dari biasanya. Terlalu lelah rasanya apabila saya harus menunggu lagi transjakarta untuk transit. Maka saya putuskan untuk naik angkutan umum saja. Meskipun naik angkutan juga mesti menunggu, setidaknya saya bisa menunggu sambil duduk. Waktu itu angkutan umum yang saya naiki tidak sepenuh biasanya, mungkin karena sudah jam sepuluh malam. Abang supir pun mulai menyalakan mesin, tiba-tiba saja dari arah kiri jalan masuklah dua orang anak remaja yang kira-kira berumur 17 tahun, masuk dan duduk dipinggiran angkot yang saya tumpangi. 

Berbekal krecekan seadanya dan suara yang terdengar serak dan tak bersemangat, mereka pun mulai bernyanyi. Entah lagu dari siapa yang dibawakan, saya hanya mendengar sayupan-sayupan suaranya karena sudah terlalu cape. Lagu pun selesai, salah satu anak yang memakai topi pun melepas topinya dan kemudian menyosorkan topinya kearah penumpang satu per satu dan memberikan kami masing-masing secarik kertas,dengan tulisan tangan yang kurang lebih berbunyi “minta belas kasihannya, kami cari uang untuk makan”. 

Pikiran ku pun kosong, saya pun berpikir, seharusnya di jam segini mereka sudah dirumah dan tidur. Karena mereka besok harus berangkat sekolah pagi-pagi. Tapi mereka sudah tidak mengenyam pendidikan, mengamen adalah pekerjaan yang mereka tekuni sekarang. Pendapatan yang tidak seberapa pun harus mereka terima. 

Beginilah kondisi sebagian kecil anak-anak di Indonesia. Tidak hanya itu, banyak sekali wanita-wanita separuh baya yang mengamen dijalanan dengan membawa anak-anak mereka yang masih bayi demi sesuap nasi. Bayangkan saja jika dari kecil mereka sudah diajarkan untuk hidup sedemikian, bukankah mereka akan kehilangan kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan mengenal hidup yang lebih baik? Masa depan mereka terenggut hanya karena ketidakmampuan mereka untuk menyesuaikan kehidupan sosial maupun ekonomi  nya. 

Padahal mayoritas dari mereka masih dalam usia produktif, mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan meningkatkan kesejahteraan hidupya, namun karena keterbatasan pendidikan dan ilmu pengetahuan, mereka kalah bersaing. Kondisi seperti ini akan terus terjadi jika tidak ada kesadaran yang membawa kita ke arah perubahan yang lebih baik. 

Apalagi dalam jangka waktu empat tahun lagi Indonesia akan diberikan kejutan berupa bonus demografi. Demografi??? Bukankah itu ledakan penduduk?? Apa yang bisa disebut bonus?? Bonus demografi yang diperkirakan akan terjadi di tahun 2020-2030 adalah persentase usia produktif (15-64 tahun) yang lebih banyak dibanding usia non-produktif(dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun).

Apakah berarti Indonesia akan segera menjadi negara maju?? Harapannya adalah seperti itu, kenyataannya masih belum bisa diprediksi. Namun ibarat mata uang logam, bonus demografi ini pun memiliki dua sisi, positif dan negatif. Jika kita berbicara soal demografi, banyak sekali aspek-aspek yang akan dipengaruhi, antara lain ekonomi, pendidikan, sosial, teknologi, dan kesejahteraan masyarakat. Jadi, sebenarnya bonus demografi itu suatu berkah ataukah petaka? Itu hanya bisa dijawab saat kita menghadapi kenyataan. 

Suatu bangsa yang maju adalah bangsa yang penuh perencanaan. Bahkan untuk mendirikan suatu perusahaan saja butuh perencanaan yang matang, apalagi sebuah bangsa yang besar. Indonesia seringkali gagal akibat perencanaan yang tidak matang akhirnya pelaksanaannya pun berantakan dan menjadikan bangsa kita lebih buruk. 

Namun, sekarang Indonesia pun diberikan kesempatan dan dihadapkan dengan dua pilihan, apakah ingin bonus nya berupa berkah atau berupa petaka. Siapapun  pasti memilih berkah, namun jika kondisi bangsa Indonesia tetap tidak ada perubahan selama empat tahun mendatang, otomatis bonus akan menjadi petaka. 

Bonus demografi sebagai berkah 

Dalam bidang ekonomi akan sangat menguntungkan apabila Indonesia diterpa bonus demografi. Mengapa tidak? Usia produktif akan lebih banyak dibanding usia non-produktif. Secara kasat mata, usia yang bekerja akan lebih banyak daripada usia yang belum/tidak bekerja, sehingga tanggungan untuk setiap usia produktif terhadap usia non-produktif akan lebih sedikit. 

Banyaknya usia produktif akan meningkatkan jumlah tenaga kerja produktif dan mengurangi pengangguran dan kriminalitas. Kenaikan tenaga kerja diharapkan mampu menaikkan pendapatan per kapita masyarakat dan meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat sehingga kemiskinan pun ikut berkurang dan tindak kejahatan juga menurun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun