Mohon tunggu...
Andar Kaneka
Andar Kaneka Mohon Tunggu... -

Salah seorang yang gak mau masuk surga. Munafik gak sih gue? Tapi lebih munafikan elo? haha. Kita sama sama munafik!!!! Rahayu!! Merdeka!!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pelangi

24 Mei 2013   04:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:07 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

tidak seperti romeo dan juliet

ini lebih tepat punguk dan si bulan

dalam nyata bukan indah akhirnya

tapi dalam ingatan pelangilah nampaknya

.

bagaimana bisa manusia hidup menjadi lupa?

jika yang diingat masih elok dimatanya

jika yang dirasa masih harum wanginya

otakku masih bekerja,tentu saja masih melekat parasnya

.

sudah lama aku tak melihat pelangi

barulah saja kutemukan di negeri seberang

mungkin ada baiknya aku hanya memandang

biar tetap kukagumi tanpa dia tahu

.

berkaca diri aku di muka cermin

dan sadarlah seperti apa aku ini

seorang brandal tak cakap, pembangkang tak bertuan

hanya lelaki yang mencoba melawan

.

tapi, ini perkara lain, perkara yang berhubungan dengan hati

aku terpikat pelangi ,pelangi yang kukenal dua bulan lalu

siluet yang memukau, layaknya aurora yg indah

aku benar benar hidup kembali, tak akan kulawan perasaan ini

.

judes,jutek,menyebalkan, biarlah seperti itu

toh aku senang memandangmu dalam pekat kabut

aku cinta suaramu dalam bisingnya badai

otakku sudah terkontaminasi indahmu

.

kini mendung mulai memayungi langit

mungkin saja hujan badai akan menyusul

biar basah menggigil, biar terbakar petir

.

sungguh...

aku tak akan menyerah dalam penantianku

menunggu pelangi itu muncul kembali,

menampakkan diri,

mendamaikan hati

hingga aku puas menikmati yang mereka sebut indah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun