tidak seperti romeo dan juliet
ini lebih tepat punguk dan si bulan
dalam nyata bukan indah akhirnya
tapi dalam ingatan pelangilah nampaknya
.
bagaimana bisa manusia hidup menjadi lupa?
jika yang diingat masih elok dimatanya
jika yang dirasa masih harum wanginya
otakku masih bekerja,tentu saja masih melekat parasnya
.
sudah lama aku tak melihat pelangi
barulah saja kutemukan di negeri seberang
mungkin ada baiknya aku hanya memandang
biar tetap kukagumi tanpa dia tahu
.
berkaca diri aku di muka cermin
dan sadarlah seperti apa aku ini
seorang brandal tak cakap, pembangkang tak bertuan
hanya lelaki yang mencoba melawan
.
tapi, ini perkara lain, perkara yang berhubungan dengan hati
aku terpikat pelangi ,pelangi yang kukenal dua bulan lalu
siluet yang memukau, layaknya aurora yg indah
aku benar benar hidup kembali, tak akan kulawan perasaan ini
.
judes,jutek,menyebalkan, biarlah seperti itu
toh aku senang memandangmu dalam pekat kabut
aku cinta suaramu dalam bisingnya badai
otakku sudah terkontaminasi indahmu
.
kini mendung mulai memayungi langit
mungkin saja hujan badai akan menyusul
biar basah menggigil, biar terbakar petir
.
sungguh...
aku tak akan menyerah dalam penantianku
menunggu pelangi itu muncul kembali,
menampakkan diri,
mendamaikan hati
hingga aku puas menikmati yang mereka sebut indah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H