Tantangan berikutnya adalah tingginya partisipisasi masyarakat juga mengarah pada tingginya tensi politik yang berujung pada perpecahan sesama anak bangsa. Kita tentu tidak menginginkan pesta demokrasi ini menjadi tempat atau cara memecah belah persatuan. Konflik horisontal antar sesama pendukung kandidat sebisa mungkin dapat dihindari.
Pendidikan politik secara continue atau terus menerus tentu menjadi salah satu kuncinya. Kegiatan-kegiatan yang memberikan kesadaran berpolitik bagi seluruh lapisan masyarakat menjadi penting. Mengingatkan masyarakat bahwa perbedaan dalam kehidupan berdemokrasi adalah hal yang tidak bisa dihindarkan, tetapi perbedaan tersebut bukan hal yang perlu  dipermasalahkan.
Metode sosialisasi dan pendidikan pemilih kita harapkan tidak bersifat insidental saja. Dimana kegiatan sosialisasi atau pendidikan pemilih dilaksanakan hanya apabila suatu daerah mengadakan Pilkada atau secara keseluruhan negara ini sedang melaksanakan tahapan  Pemilu.
Tetapi sosialisasi ini mesti bersifat continue, baik yang dilaksanakan oleh KPU beserta jajaran, para pegiat demokrasi, para akademisi melalui seminar atau pelatihan, maupun pemerintah baik pusat maupun pemerintah daerah.
Agar sadar demokrasi dapat mengakar pada seluruh lapisan masyarakat jauh sebelum tahapan pelaksanaan Pemilu dimulai.  Sehingga  pada pemilu selanjutnya kesuksesan atau tren positif dalam hal capaian angka partisipasi pemilih dapat terus ditingkatkan.
Begitu juga ketika kita bicara tentang kualitas kesadaran berpolitik masyarakat dapat terus meningkat. Sehingga kita harapkan masyarkat kita tidak mudah di provokasi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap kokoh.
Catatan : *Penulis adalah Komisioner KPU Kab. Konawe yang membidangi Divisi Parmas dan SDM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H