Mohon tunggu...
Ancha Sitorus
Ancha Sitorus Mohon Tunggu... -

saya lahir di siantar dan geograf. pencinta travelling dan hal-hal sosial

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sabang...The West Poin of Indonesia...

18 Januari 2011   08:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:27 1778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

akhirnya sampai juga di Iboih, pemandangan yang didapatkan adalah pantai pasir putih dan pulau rubiah yang begitu eksotis.  Selanjutnya yang kami lakukan adalah rehat sejenak di musholla di pinggir pantai untuk menentukan akan menginap dimana malam ini sekaligus untuk melakukan shalat. Ada yang unik di daerah ini, wilayah penduduk dan wisata bergabung menjadi satu. Kita mengetahui kalau Aceh menerapkan hukum syariah, maka di wilayah ini juga dibagi menjadi areal untuk menggunakan pakaian renang atau bikini dan daerah bebas dari penggunan bikini (harus menggunakan pakaian sewajarnya). daerah yang bebas menggunakan bikini meruakan wilayah sekitar penginapan dengan jarak 300 meter dari daerah perkampungan yang dilakukan dengan menyusuri perbukitan pinggir pantai. Karena perjalanan dilakukan ala backpacker, maka kami  memutuskan untuk tinggal di Mamamia Guest House yang mematok harga 75 ribu rupiah per malamnya  dengan fasilitas standard yaitu tempat tidur ukuran 6 kaki dan kamar mandi di luar. Karena kami bertiga, maka per orangnya haya dikenakan biaya 25 ribu rupiah semalamnya. Kalau mau mendapat fasilitas lebih bisa juga menginap di Iboih Inn dengan tarif sekitar 250 ribu, selain itu ada juga erick guest house, oo'ong dan banyak lagi, tinggal disesuaikan saja dengan kekuatan uang danfasilitas yang ditawarkan. untuk menutup sore ini kami memutuskan untuk berenang di pantai, pemandangan bawah lautnya keren gan.. tapi tetep aja aku parno... IKAN HIU (sebenarnya gak ada).. xixxixixii. tapi sebenarnya yang harus ditakutkan adalah bulu babi.

untuk makan malam ini kami memesan makanan ke Mama dengan harga 10.000 rupiah. Esok paginya kami bangun dan mendapat pemandangan yang tak kalah bagusnya. Sunrise di sekitar perbukitan dengan rona jingga dan segarnya udara pantai. makin tak sabar untuk melakukan penaklukan di hari ini.

PULAU RUBIAH

Pulau rubiah adalah satu dari tiga pulau di sabang yaitu Pulau Klah dan Pulau Seulako. Pulau inilah yang menjadikan aceh serambi mekahnya Indonesia. Dahulu, ketika naik haji masih menggunakan kapal laut sebelum megarungi samudra hindia ke jazirah arab, maka akan tinggal terlebih dahulu di pulau ini. perjalanan menuju Pulau Rubiah kami lakukan menggunakan boat wisata yang kita bisa langsung melihat keindahan dasar lautnya dengan biaya sewa 200 ribu rupah (dibagi enam, jadi 34.000 lah per orang), tapi kalo mau, kita juga bisa beranang ke pulau tersebut dari Iboih. Selama perjalanan, mata terus dimanjakan oleh pemandangan bawah lautnya yang gila, terumbu karangnya masih bagus dengan ikan-ikan seperti angelfish, lionfish, lobster, clownfish, ikan pisang-pisang, ikan paruh kakak tua. Ada juga cumi-cumi tutul dan ular laut. benar benar penuh warna warni di dasar laut disamping bisa juga menyaksikan karang-karang yang mati akibat tsunami 2004 kemaren.Pulau Rubiah sendiri merupakan taman dengan sebuatan Taman Laut Rubiah (Sea Garden Of Rubiah) yang luasnya 2.600 hektar. Pulau rubiah sendiri setengahnya merupakan tanah milik Keluarga Pak Yahya yang mengelola bungalow-bungalow di Pulau Rubiah.

Pulau Rubiah ini juga juga menyimpan sejarah yang dulu pernah dipakai sebagai benteng pertahanan oleh pasukan Belanda dan Jepang pada Perang Dunia Kedua. Kalau kita berjalan memasuki hutan yang ada di belakang rumah Pak Yahya, kita masih bisa melihat reruntuhan bangunan-bangunan benteng tersebut. Balik lagi ke panorama bawah laut, untuk menikmati keindahannya kita bisa menyewa pellampung, alat snorkling, dan kaki katak dengan harga per itemnya 15.000 rupiah. Daerah Timur pulau ini memiliki karang yang bagus, tapi ombaknya lumayan besar sehingga tak jarang kaki kita bisa lecet atau terantuk karang kalo tak bisa menyeimbangkan badan. Kalau mau agak tenang, bisa coba di daerah barat yang lebih tenang, perlu di ingat kalau daerah barat ini dulunya adalah makam (cemetery) yang nisannya hilang akibat tsunami. tapi okelah, asal tidak melakukan hal yang aneh aneh disini. Kami sendiri memilih untuk snorkling di kedua tempat tersebut, keindahan bawah lautnya jangan ditanya, pokoknya keren lah. selepas selesai semuanya kami makan siang di tempat pak yahya dengan harga 12.000 rupiah, dan setelahnya kembali ke iboih.

KILOMETER NOL INDONESIA

Kilometer nol Indonesia di sabang terletak di Ujong Ba'u, awalnya agak bingung mau kesana dengan kendaraan apa. kalo mau bisa juga menyewa sepeda motor seharga 80.000 rupiah. kami menuju kilometer nil menggunakan bantuan bang midun, nah dapat carteran bus dengan harga 15.000 per orang sampe ke pusat Kota Sabang. Sepanjang jalan kita melalui jalan berkelok kelok yang ditutupi hutan lindung yang teduh. Kilometer nol sendiri adalah bangunan dengan tinggi 22,5 meter berbentuk lingkaran. Bagian puncaknya terdapat burung garuda dan lingkaran atas menyerupai kerucut. Tugu ini juga dilengkapi titik triangulasi yang menunjukkan posisi geografis wilayah. Tips kalau mau ke tugu ini sebaiknya dilakukan pada sore hari karena bisa menikmati matahari terbenam yang indah di uasnya samudera hindia yang berwarna kebiruan. Sayangnya di beberapa bagian banyak coretan akibat tangan-tangan jahil yang mengurangi nilai estetikanya. di samping tugu ini banyak terdapat prasasti yang menunjukkan kelopok atau organisasi yang berkunjung, seperti komunitas bikers, pendidikan, sekolah, kampus, dan lainnya. Sekedar info, sebenarnya yang lebih tepat menjadi daerah tugu ini adalah Pulau Rond yang terletak lebih di utara lagi. Menurut informasi yang terdengar, suatu saat tugu ini akan dipindahkan ke pulau tersebut. Dari kilometer nol, kami menuju ke pusat kota sabang untuk menginap di Losmen Sabang-Merauke di Jalan Teuku Umar. Ada pengalaman seru disini, pada awalnya kami memutuskun untuk bermalam di rumah teman yang ada disana untuk menginap. Sampai sana kami baru tahu, kalau yang punya rumah sedang mengalami kemalangan. Info yang kami dengar, ini sudah memsuki hari ke-5 setelah kematian. Kalau di daerah kami (Sumatera Utara), takjiah atau mengirim doa dilakukan sampai hari ke tiga. Nah karena ini kami memutuskan untuk bermalam disana, tetapi sesampai disana ternyata di Sabang prosesi ini di lakukan sampai hari ke-7 secara terus menerus. akhirnya akibat perbedaan ini kami memutuskan untuk menginap di losmen setelah selesai acara takjiah-an. tapi kami tau satu hal kalau daerah Sabang juga dikenal sebagai Tanah Keramat 44 yang artinya di setiap sudut pulau ada 44 makam aulia yaang dikuburkan, intinya dimanapun berada selama disabang kita harus menjaga sikaplah (menurut penduduk sekitar). Untuk tarif menginap di losmen ini dikenakan biaya Rp. 75.000 rupiah per malamnya.

PANTAI SUMUR TIGA

Besoknya kami berangkat untuk eksplorasi wilayah timur setelah sebelumnya sarapan nasi lemak di seputaran jalan perdagangan seharga 6000 rupiah. Karena gak ada kendaraan, maka kami menghubungi bang midun dan menyarter mobil kembali dengan harga 250.000 setengah hari menyusuri pantai Timur. sebelumnya kami singgak ke dinas pariwisata kota sabang untuk mengurus sertifikat Kilometer Nol, Aku sendiri menjadi pengunjung ke 25.625 di tugu tersebut. sekedar info: lebih pagi lebih baik kalo mau datang ke dinas ini, karena kalau sampai agak siangan dikit maka anda akan bertemu hanya dengan sedikit orang yang bertugas di kantor. Setelah berjalan akhirnya sampai di Pantai Sumur Tiga, daerah ini dinamakan seperti itu karena di pantainya terdapat tiga sumur air tawar yang tidak terpengaruh air laut. lokasi pantai ini terletak di desa Ie Meulee Kota Sabang. kalau ditanya soal viewnya, T.O.P.B.G.T alias keren sekali. sepanjang pantai banyak ditumbuhi pohon kelapa yang tersusun rapi, deburan ombak yang berirama, langit yang cerah, laut yang biru, matahari yang bersinar hangat, hadeehh romantislah pokoknya. kalau mau menginap disini, sangat disarankan di freddies guest house. Lokasinya nyaman dengan view langsung ke laut lepas. Menurut informasi, kisaran harga penginapan disana berkisar Rp.300.000-an, untuk tambahan, bagi yang mau honeymoon di tempat ini cocok kali lah. dari sini, perjalanan kami lanjutkan ke benteng jepang.

BENTENG JEPANG

Kota sabang sendiri di masa lalu merupakan basis pertahanan tentara jepang, maka tak heran di sekitaran Pulau We banyak kita jumpai benteng-benteng pertahanan. untuk daerah benteng di sekitaran anoi itam, daerah ini merupakan tujuan wisata utama. di sekitar benteng banyak terdapat lorong lorong dan sudah ditutup untuk sekarang ini dan lubang persembunyian tentara jepang. benteng ini sendiri di bangun diatas batuan karang yang terjal dan berkelok saling berhubungan. di beberapa sisi masih bisa kita lihat meriam yang digunakan pada saat perang yang dibuat oleh portugis. benteng ini sedang dalam masa renovasi (*dulunya-red), mungkin sekarang sudah selesai. bila berkunjung ke benteng ini jangan lupa mengabadikan dalam karya fotografi, karena viewnya yang cukup bagus. setelah puas berlama-lama di benteng jepang, kami melanjutkan perjalanan ke anoi itam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun