Menjadi mahasiswa rantau merupakan hal yang susah-susah bahagia. Bagaimana tidak, kita bisa merasakan serta menikmati indahnya dunia dari berbagai sisi pandang yang berbeda.
Namun, ketika berada jauh dari tanah kelahiran pastinya akan banyak hal yang akan dirindukan dari tanah air. Sebuah istilah beken yang semua perantau tentu paham akan maknanya, yah homesick atau homesickness.
Jika dalam peribahasa "tak ada gading yang tak retak", maka tak adapula perantau yang tak homesick.
Secara garis besar homesick atau homesickness adalah sebuah rasa kerinduan akan sesuatu yang ada di kampung halaman. Kerinduannya pun bervariasi, ada yang rindu akan suasana rumah, rindu teriknya mentari, rindu kehangatan kerabat dan keluarga dan pastinya rindu akan makanan yang khas nan kaya rasa dan selera.
Untungnya saat ini kita tidak hidup pada zaman megalitikum, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menuntaskan sindrom rindu kampung halaman. Dunia sekarang telah menawarkan teknologi yang super canggih untuk sekedar berjumpa via suara atau bersua jarak jauh namun terasa dekat melalui video call.
Kita tidak perlu lagi menunggu berminggu-minggu hingga berbulan lamanya sampai seorang pak pos datang menyelipkan surat sepucuk bukan? Pastinya! karena orangtua dan anak kadang punya beda cerita. hehehe
Lalu bagaimana jika yang dirindukan adalah makanannya?
Ada banyak pilihan, dua di antaranya dengan membeli atau masak sendiri. Sebenarnya di kota Warsawa terdapat dua restoran Indonesia yang menyediakan menu beragam, sekali dua tak apa jika makan di restoran, tapi jika setiap minggu mungkin harus mikir-mikir apabila kalian adalah tipikal mahasiswa yang ingin berhemat. hahaha.
Jadi masak sendiri adalah pilihan terbaik.
Kali ini saya akan berbagi referensi mengenai tempat yang bisa jadi alternatif pilihan jika merindukan makanan dengan cita rasa bumi pertiwi. Karena hampir semua bahan bakunya dijual di tempat tersebut.
Jika kamu tinggal di kota Warsawa ataupun berkunjung ke kota Warsawa dalam jangka waktu yang lumayan lama namun terlanjur terserang homesick, Bakalarskala obatnya.
![Bakalarska on map/Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/12/29/img-0488-1-5c26e576aeebe13ba75a0657.jpg?t=o&v=770)
Pasar yang mayoritas pedangannya orang-orang Vietnam itu bernuansa pasar tradisional jadi tak hanya bahan baku makanan yang dijual namun keperluan lainnyapun tersedia. Kenapa beli bahan makanan Indonesia di Pasar Asia yang notabenenya orang Vietnam? Karena bahan baku masakan khas Vietnam tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Yaash
Nah, kembali ke pembahasan awal apa saja sih yang bisa dijumpai di sana? saya akan membagikan referensi beberapa di antaranya.
1. Kangkung. harganya sekitar 5-8 Zloty (20K-32K) tergantung dari jumlahnya dalam seikat.
![Kangkung satu ikat/Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/12/29/809bcd4a-dc0e-454e-a12c-a16f0b6b0347-5c26e63312ae94083f1566e9.jpg?t=o&v=770)
3. Sayur Okra. Sayuran ini pastinya tidak asing lagi buat kamu. Harganya sekitar 20 Zloty (100K) per kilo.
![Sayur Okra/Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/12/29/24dbb450-9248-4b2a-9995-500d8ec0ac72-5c26e9756ddcae79620fafa3.jpg?t=o&v=770)
![Kacang Hijau/Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/12/29/img-0489-5c26e69a43322f161a6eff9a.jpg?t=o&v=770)
![Jagung Rebus/dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/12/29/9e2eae3a-7642-4604-a9fd-372f23b822ef-5c26e8b8ab12ae4dd13ce8aa.jpg?t=o&v=770)
Karena keduanya buahan-buahan tropis dan tentunya di ekspor harganya cukup merogok kantong 50-100 Zloty per satuan untuk durian (200 K-400 K) tergantung ukuran dan bobotnya dan untuk nangka dihargai 20 Zloty.
![Durian,Nangka /Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/12/29/img-0504-5c274b306ddcae52ce4b82c2.jpg?t=o&v=770)
Hal unik yang sekaligus menjadi tantangan di pasar ini adalah penjualnya tidak bisa bisa berbahasa Inggris, jika kamu bertransaksi kamu harus menggunakan bahasa tubuh. Tapi jangan khawatir, untuk menjumlahkan belanjaan kita akan dicatatkan di sebuah kertas yang kemudian yang berisi jumlah dari belanjaan.
Untungnya, ketika saya mengunjungi dan berbelanja di sana, saya mengajak seorang teman yang berasal dari Vietnam sehingga itu sangat membantu ketika proses transaksi.
Semoga tulisan ini menjadi bagian dari solusi homesick makanan yang sedang dialami, atau bahkan sekedar dikonsumsi sebagai informasi tambahan bahwa di belahan bumi manapun entah itu Afrika, Eropa, makanan Asia khususnya Asia Tenggara tidaklah sulit ditemui seperti yang dibayangkan sebelumnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI