Mohon tunggu...
Fancawati Rahman
Fancawati Rahman Mohon Tunggu... Guru - Fancawati

Mahasiswa Magister Management Pariwisata đź“ŤWarszawa, Poland | Sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

6 Hal yang Harus Dipersiapkan untuk Studi ke Eropa

28 Desember 2018   16:11 Diperbarui: 28 Desember 2018   22:44 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Old Town, Krakow Poland | Dokpri

Sejak duduk di bangku kuliah strata satu saya sudah berangan-angan bisa melanjutkan studi master ke luar negeri yakni di benua Eropa, yang walaupun saya masih merangkak dan memikirkan bagaimana agar mimpi itu bisa menjadi nyata.

Mengapa harus ke Eropa? Kenapa tidak Asia saja? toh juga pendidikan di negara-negara Asia tidak kalah berdaya saing tinggi. Salah satunya Singapura yang terkenal dengan disiplin ilmu nan berkualitas baik dari bidang sosial, teknologi dan sains.

Tapi kembali lagi, setiap orang mempunyai cara pandang yang berbeda, karena sebenarnya dimapun kita menuntut ilmu itu tergantung kepada penerapan personaliti. Emas tak ubahnya  menjadi perak walau dilumuri lumpur sekalipun, itulah analogi ilmu menurut saya.

Lalu kenapa saya tetap memilih Eropa sebagai sasaran belajar saya selanjutnya? Jawabannya adalah  saya ingin merasakan  atmosfer  yang berbeda mulai dari pemahaman lintas budaya, bahasa, disiplin ilmu, dan tentunya ingin sekali merasakan suasana belajar di empat musim yang berganti. hehehe

Sejak  bermimpi dan akan memperjuangkannya, mulailah saya menjadi pemburu beasiswa, setiap event pameran pendidikan yang di selenggarakan oleh konsultan-konsultan baik itu di kota dimana saya menempuh S1 maupun di luar kota, sekalipun saya harus menabung untuk biaya transportasi.

Tak jarang saya duduk di bangku paling depan ketika menyimak berbagai tips dan trik yang di sajikan oleh narasumber, berselancar di sosial media dengan keyword andalan ' Tips mendapatkan beasiswa keluar negeri', serta banyak bertanya dan konsultasi kepada yang sudah berpengalaman.

Banyak pengorbanan dan pengalaman unik yang tak terlupakan yang saya telah alami sebelum pada akhirnya menjadi awardee salah satu beasiswa, mulai dari nyasar di Surabaya, ketiduran di stasiun dan ketinggalan kereta hingga bertemu dengan orang-orang baik dan menyelamatkan perjalanan. tapi itu tidak pernah menyusutkan niat saya untuk tetap mengincar beasiswa luar negeri.

Well guys, lets go to the points
Banyak yang bertanya, bagaimana sih agar berhasil menjadi pemburu beasiswa? yang pertama yang harus di lakukan itu apa? dan mulai dari mana?

Pertama, Niat dan Restu orang tua. Sebelum memulai sesuatu niatkan dan mintalah restu orang tua atau orang terdekat, karena setiap bait dari doa mereka inshaAllah akan mempermudah setiap langkah dalam berjuang.

Kedua, Susun Rencana Pendidikan. Hal yang sangat penting ketika memburu beasiswa adalah perencanaan pendidikan, mulai dari universitas, negara dan jurusan apa yang akan di ambil. Walau banyak fakta yang terjadi bahwa,apa yang kita telah kita rencankan terkadang tidak sesuai dengan perencanaan awal, saya misalnya, dulu berencana melanjutkan pendidikan di Inggris, namun pada akhirnya saya kuliah di Polandia, rezeki sudah ada yang atur bukan? jadi tak usah risau, usaha terbaik haruslah tetap kita tunaikan

Ketiga, Persiapan Bahasa Inggris. Yang satu ini hal krusial yang semua orang pasti paham akan pentingnya, terutama untuk pemburu beasiswa luar negeri, karena kecakapan bahasa Inggris baik lisan maupun tulisan sangat dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan baik dari pemberi beasiswa (Sponsor) pun untuk persyaratan enrollment kampus tujuan.

Masing-masing kampus mempunyai standar yang diisyratkan untuk mahasiswanya, dan pada umumnya kampus luar negeri mengisyartkan sertifikat bahasa seperti IELTS, TOEFL ataupun TOIEC dengan standar skor sesuai dengan jurusan pilihan. Saya pribadi, memilih persiapan bahasa dengan mengikuti kelas kursus International English Language Testing System (IELTS) di salah satu lembaga bahasa yang ada di Mataram selama 3 bulan lamanya persis setelah sebulan menerima ijazah S1.

Keempat, Kesiapan Fisik dan Mental. Nah ini tidak kalah penting dong, kenapa saya menulis kesiapan fisik dan mental karena mempersiapkan beasiswa tidak semudah menyajikan makanan di meja makan, xoxo.

Kamu harus siap sibuk dengan segala persiapan berkas saat mengajukan, seperti menulis essay yang harus review berulang kali, dan mempersiapkan beberapa dokumen-dokumen lainnya yang tentunya harus sesuai dengan permintaan pemberi beasiswa dan kampus tujuan. Kembali lagi ke kasus saya yang persiapan beasiswa sambil kerja, jauh dari keluarga, dan bahkan tidak sedikit yang meremehkan impian saya. Tapi jika itu sudah di niatkan dari awal sebesar apapun tentangannya kamu pasti akan mampu bertahan.

Kelima, Mengasah Soft Skill. Karena untuk mendapat sebuah golden tiket ke luar negeri, kemampuan akademik bukan satu-satunya syarat administrasi yang harus terpenuhi, kamu juga butuh yang namanya Soft Skill.  

Soft skill atau keterampilan lunak merupakan kombinasi antara keterampilan interpersonal, keterampilan sosial, kemampuan berkomunikasi, publik speaking, dan  kecerdasan emosi, keterampilan ini sangat dibutuhkan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, dan bagaimana bekerjasama dengan orang lain, sangat penting buat kamu pemburu beasiswa. Karena soft skill merupakan salah satu aspek penilaian pemberi beasiswa.

Itu sangat berlaku ketika kamu telah sampai ke tahap wawancara beasiswa, pewawancara akan menanyakan banyak hal, bukan hanya berapa koma berapa indeks prestasi akademikmu melainkan apa saja pengalaman yang kita punya, kontribusi apa yang sudah kita lakukan untuk negeri, sejauh mana kita bisa bermanfaat untuk sesama dan masih banyak lagi.

Lalu pertanyaannya, bagaimana agar kita memperoleh soft skill tersebut, apalagi bagi kamu yang masih menyandang gelar siswa atau mahasiswa? Kamu dapat memulai dengan aktif berorganisasi, bergabung di komunitas sosial, mengikuti seminar dan workshop, mengikuti kegiatan kepemudaan, yang walaupun kamu harus mulai belajar mengatur dan mengelolah waktu dengan sebijak mungkin. Dengan demikian kamu akan terbantu dalam peningkatan soft skill. Juga, tidak kalah penting Soft Skill dapat memantenkan Curriculum Vitae.

Keenam, Berdoa. Jika perjuanganmu sudah sekuat baja, maka perkencanlah dengan doa, sehingga segala usaha berat yang kita usahakan akan membuat kita lebih tenang dan bersyukur bagaiamanapun hasilnya.
                                                         
Pada akhirnya, semua akan kembali kepada motivasi dan usaha yang kita miliki, berbagai cara di atas hanyalah gambaran untuk memfasilitasi agar lebih mengoptimalkan hasil yang di inginkan.Karena pencapaian butuh pengorbanan, ada harga yang harus dibayar untuk semua yang ingin diperoleh.

Selamat berjuang para scholarship hunter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun