Satu asa, satu rasa, dan satu cinta untuk kita semua, Bangsa Indonesia (WS)
“Berjuang! Maju! Serang!”
Inilah kata-kata yang mungkin berkali-kali terulang di benak dan mulut para pejuang Bangsa Indonesia kala itu. Asa, rasa, dan cinta yang melekat begitu kuat di hati mereka untuk suatu bangsa yang besar, makmur dan memimpin, yang layak mereka perjuangkan.
Akan tetapi, jika melihat kondisi Negara Indonesia yang saat ini, kondisi yang tentunya tidak diharapkan oleh bapak-bapak pendiri bangsa kita ini. Ini bukan Indonesia yang mereka perjuangkan. Indonesia yang mereka perjuangkan adalah Indonesia yang makmur dan bersahaja, baik karena kekayaan alamnya, mau pun dan terlebih lagi orang-orangnya. Ya, kita, bangsa Indonesia. Tuhan memberikan dan mempercayakan kekayaan alam yang dahsyat bagi kita karena Tuhan tahu kita mampu mengelolanya.
Kualitas kekayaan yang besar berbanding lurus dengan kualitas orang yang mengusahakannya. Seberapa besar kekayaan yang ada, sebesar itulah orang-orang yang mengelolanya dengan pikiran-pikiran mereka yang cerdas. Ya, ini sungguh benar, inilah gambaran yang juga dilihat dan dipercayai oleh bapak-bapak bangsa ini bersama semua pejuangnnya, sebagai suatu karunia yang menghasilkan sebuah harapan nyata yang diberikan Tuhan kepada mereka waktu itu.
Suatu harapan besar yang terlihat dan terlintas beribu-ribu kali di benak mereka, yang membuat mereka terus berjuang sampai akhir hayat mereka, di titik darah penghabisan. Sebuah perjuangan untuk sebuah Negara yang layak ditempati dan diteruskan dengan nilai-nilai kebangsaan yang sama dengan yang mereka peluk.
Apakah bangsa itu? Siapakah Bangsa Indonesia itu?
Kamu tahu? Mereka tahu? Lebih lagi, apakah kita tahu?
Tidak! Kita tidak tahu. Sepertinya kita benar-benar sudah melupakan secara total apa itu Bangsa Indonesia dan siapakah Bangsa Indonesia itu. Kita sudah benar-benar lupa bagaimana perjuangan mati-matian para pejuang kita dulu untuk Indonesia yang makmur dan merdeka, secara fisik dan mental. Kita tidak tahu bahwa Bangsa Indonesia adalah kita, orang-orangnya, yang mengelola kekayaan alamnya yang Tuhan percayakan berdiam di tanah kita. Sayangnya “mereka” tahu, mereka tahu bahwa kita tidak tahu tentang Bangsa Indonesia dan kekayaan alamnya. Inilah jalan masuk mereka, saudara-saudaraku.
Apakah ini, keadaan Indonesia sekarang, yang akan menjadi akhir perjalanannya? Apakah keadaan ini pernah terlintas di benak bapak-bapak pendiri dan semua pejuang bangsa ini?
Tidak, tentu tidak saudara-saudaraku! Keadaan ini hanyalah bagian dari proses perjalanan bangsa kita menuju destinasinya, bangsa yang merdeka, makmur dan memimpin. Indonesia akan memasuki kondisi kehidupan surga, ya paradise, seperti kata Ir. Soekarno di salah satu suratnya bagi penerus-penerus bangsa ini.
Bertahanlah, terus berjuang, saudara-saudaraku!
Kita bersama-sama, di mana pun kamu dan saya berada, di negeri ini, kita teruskan perjuangan ini untuk menjadikan bangsa kita ini menjadi seperti gambaran dan harapan yang ada di para pejuang kita dulu, sebagaimana sudah didestinasikan Tuhan bagi bangsa ini.
Berhenti? Tidak, saudaraku, tidak! Kita tidak akan berhenti. Keadaan ini hanya sementara. Injinkan saya mengutip perkataan Bung Hatta untuk kita: “Engkau mempunyai tanah air yang besar! Engkau turunan suatu bangsa yang besar, yang sejarahnya gilang-gemilang di masa dahulu.”